Serambi Awards 2024

RSUDZA Buat Inovasi “Putroe” untuk Obati Pasien TBC

Salah satu inovasi milik RSUDZA diberi nama ‘PUTROE’. Akronim ini diadaptasikan dari bahasa Aceh yaitu Pajoh Ubat Tiep Uroe yang berarti minum obat se

Penulis: Said Kamaruzzaman | Editor: IKL
For Serambinews
RSUDZA Buat Inovasi “Putroe” untuk Obati Pasien TBC 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Salah satu inovasi milik RSUDZA diberi nama ‘PUTROE’. Akronim ini diadaptasikan dari bahasa Aceh yaitu Pajoh Ubat Tiep Uroe yang berarti minum obat setiap hari.

Inovasi PUTROE berbasis Aplikasi WhatsApp berupa layanan komunikasi via grup WhatsApp yang menghubungkan petugas dan seluruh pasien Tuberkulosis (TBC) Resisten Obat (RO) RSUDZA. Tujuannya untuk memudahkan memantau pasien untuk meminum obat secara rutin tanpa harus datang ke rumah sakit.

“Urgensi dari terciptanya inovasi ini adalah masih tingginya kasus putus obat Pasien TBC resisten obat (RO) di Poli TBC RO RSUD dr. Zainoel Abidin bila pasien TBC RO tidak rutin dan atau tidak menyelesaikan pengobatan secara lengkap maka akan menyebabkan kebal terhadap obat TBC yang ada saat ini, sehingga berakibat fatal bagi pasien dan menjadi sumber penularan bagi keluarga dan masyarakat sekitar.

RSUDZA Buat Inovasi “Putroe” untuk Obati Pasien TBC

Serta ada beberapa faktor lain seperti dikarenakan obat TBC RO ini harus diminum setiap hari dan harus di depan petugas, terdapat pasien yang tidak datang setiap hari, jarak tempat tinggal ke rumah sakit, terutama pada saat wabah covid-19 banyak pasien yang isolasi mandiri,” kata Pencetus Inovasi, Dewi Behtri Yanifitri dalam paparan materinya.

Dokter Spesialis Paru Konsultan ini dalam paparan materinya juga menyebutkan dengan hadirnya inovasi PUTROE ini yang menggunakan grup WhatsApp, pasien mendapatkan notifikasi jadwal minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) harian dan wajib mengirimkan bukti video minum OAT.

Kemudian Dewi melanjutkan, pasien-pasien yang tergabung di dalam grup WhatsApp tersebut menjadi termotivasi semangat untuk sembuh dan pasien tidak merasa sendirian. Keluhan efek samping obat disampaikan langsung. Pasien didampingi petugas dan dapat menghubungi kapan saja (24 jam) dan inovasi ini juga memberikan pengingat untuk jadwal kontrol ulang.

“Inovasi ini dapat hadir karena kerja sama tim, jadi mereka ini sangat peduli dan cepat menanggapi dengan pasien-pasien TBC. Awalnya kami tidak menganggap ini inovasi, karena kami beranggapan ini adalah kewajiban kami memastikan obat itu diminum setiap hari oleh pasien.

Selanjutnya ini juga menjadi salah satu objek audit klinis oleh Kementerian Kesehatan, apakah obat tersebut ada diminum oleh pasien di depan petugas apalagi obat yang harus diminum mencapai 20 tablet setiap hari dengan berat badan minimal, jika memiliki berat badan lebih lagi maka bisa sampai 25 tablet per hari yang harus dikonsumsi,” jelas Dewi.

Dewi menambahkan, dari hasil implementasi inovasi ini berdasarkan data yang dihimpun didapati Jumlah Kasus TBC RO yang Minum Obat Setiap Hari meningkat dari 85 Persen menjadi 100 Persen, kemudian Jumlah Kasus TBC RO dengan Efek Samping Obat Terdeteksi meningkat dari 44 Persen menjadi 100 Persen.

Dampak lainnya adalah Jumlah Kasus TBC RO dengan Jadwal Kontrol Ulang Teratur meningkat dari 81 Persen dan Jumlah Kasus TBC RO yang Putus Obat/Drop Out (DO) menurun dari 15 Persen menjadi 0 Persen.(*)

Baca juga: RSUDZA Hasilkan Beragam Inovasi, Mulai dari TAGTO hingga Ketan Durian

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved