Berita Banda Aceh

30 Mahasiswa dan Siswa SLTA Se-Aceh Belajar Kelola Sampah di Bank Sampah USK

Di BSU, kaum milineal itu disambut oleh Direktur Bank Sampah USK, Ir Rama Herawati MP dan staf.

Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Mursal Ismail
SERAMBINEWS.COM/YARMEN DINAMIKA
Direktur Bank Sampah Universitas Syiah Kuala (BSU), Ir Rama Herawati MP, sedang memberi penjelasan mengapa USK mendirikan bank sampah dan bagaimana tata kelolanya kepada 30 peserta Pelatihan Kreasi dan Inovasi Sampah oleh Dispora Aceh yang berkunjung ke BSU di Darussalam, Banda Aceh, Rabu (12/6/2024) pagi. 

Rama juga getol mengingatkan penyelenggara kegiatan di lingkungan USK, terutama di Gedung AAC Dayan Dawood, bahwa silakan bikin kegiatan, tapi ingat di sini berlaku ketentuan ‘zero waste event’ (event-nya harus bebas sampah).

Dalam acara-acara resmi di lingkungan USK, seperti diakui Rama, USK tidak lagi menggunakan plastik. Untuk minum, disediakan gelas.

Airnya bebas diambil sendiri di galon air yang disediakan. USK bahkan telah lama memproduksi sendiri air mineral dalam kemasan dengan merek U-Qua.

“Jadi, setuju kan kalian semua kalau di USK ada bank sampah?” tanya Rama.

“Setuju!” sahut 30 peserta yang menjadi tamu BSU.

Dalam urusan sampah, kata Rama, pemilahan adalah nomor satu. Sampah yang diantar ke BSU dia harapkan sudah terpilah dengan rapi.

Misalnya, tutup botol sudah harus terpisah dari botolnya. Dan botol air mineral saat diantar sebaiknya sudah tak ada lagi plastik mereknya.

“Pabrik enggan membeli botol plastik yang masih ada merek atau iklannya,” ungkap Rama.

Ia bandingkan, botol plastik tanpa stiker merek (jenama) mereka tampung dengan harga Rp 4.000 hingga Rp 4.500/kg.

Tapi, kalau masih pakai stiker merek, harga belinya hanya Rp 1.500/kg.

“Soalnya, kami harus membuang lagi satu per satu plastik mereknya dan memisahkan juga tutup botolnya sebelum dipres, ” kata Rama.

Ia juga menyebutkan bahwa BSU membeli Rp 4.000/kg minyak jelantah baik dari rumah tangga, pesantren, maupun dari dapur restoran, resto cepat saji, kafe, bahkan hotel.

Oleh penampung yang sudah teken kontrak dengan BSU, minyak jelantah itu dijemput berkala ke BSU untuk dijual juga ke Sumatera Utara.

Di Sumut ada beberapa perusahaan yang mengekspornya ke luar negeri untuk dijadikan bahan bakar jenis biodiesel.

Rama juga mengimbau para milenial yang menjadi tamunya itu agar, “Mudah-mudahan kalian harus selesai dengan sampah kalian sendiri. Sampahmu, tangung jawabmu! Jangan sampah kita, suruh urus pada orang lain.”

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved