Berita Banda Aceh

30 Mahasiswa dan Siswa SLTA Se-Aceh Belajar Kelola Sampah di Bank Sampah USK

Di BSU, kaum milineal itu disambut oleh Direktur Bank Sampah USK, Ir Rama Herawati MP dan staf.

Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Mursal Ismail
SERAMBINEWS.COM/YARMEN DINAMIKA
Direktur Bank Sampah Universitas Syiah Kuala (BSU), Ir Rama Herawati MP, sedang memberi penjelasan mengapa USK mendirikan bank sampah dan bagaimana tata kelolanya kepada 30 peserta Pelatihan Kreasi dan Inovasi Sampah oleh Dispora Aceh yang berkunjung ke BSU di Darussalam, Banda Aceh, Rabu (12/6/2024) pagi. 

Di BSU, kaum milineal itu disambut oleh Direktur Bank Sampah USK, Ir Rama Herawati MP dan staf.

Laporan Yarmen Dinamika | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Bank Sampah Universitas Syiah Kuala (BSU) di Kopelma Darussalam, Banda Aceh, kedatangan puluhan tamu milenial, Rabu (12/6/2024) pagi.

Mereka yang datang berkunjung itu mayoritas mahasiswa-mahasiswi dari berbagai perguruan tinggi serta sejumlah siswa SLTA se-Aceh.

Di BSU, kaum milineal itu disambut oleh Direktur Bank Sampah USK, Ir Rama Herawati MP dan staf.

Rama juga mengundang jurnalis lingkungan dari Serambi Indonesia, Yarmen Dinamika, untuk berbagi pengalaman cara merawat lingkungan hidup agar tertib sampah berdasarkan praktik baik (best practice) Amerika Serikat dan Australia dalam mengelola sampah.

Ke-30 mahasiswa dan siswa yang berkunjung itu memperkenalkan diri satu per satu, sesuai permintaan Direktur BSU, Rama Herawati.

Sebagain besar mereka berasal dari USK, UIN Ar-Raniry, dan Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh, dan kampus lainnya di Aceh.

Baca juga: Kampung Kesehatan Siapkan Lokasi untuk Bank Sampah Aceh Tamiang

Kesemua mereka sedang ikut Pelatihan Kreasi dan Inovasi Sampah di Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Aceh.

Awalnya ada 337 mahasiswa dan siswa SLTA se-Aceh yang ikut seleksi untuk bisa menjadi peserta pelatihan ini.

Namun, yang lolos hanya 60 orang.

Dari sekian hari pelatihan, salah satu agendanya adalah 30 orang berkunjung ke BSU dan 30 orang lagi berkunjung ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Kota Banda Aceh di Gampong Pande.

Nah, peserta yang berkunjung ke BSU itu, mendapat penjelasan dari Direktur BSU tentang cara mengelola sampah yang ramah lingkungan dan berdaya guna.

Diterangkan juga alasan mengapa USK sampai harus membentuk bank sampah sejak tahun 2019.

Baca juga: KONI Aceh Utara Gelar Rapat Perdana Persiapan Pra-PORA

BSU ini terletak di belakang Gedung Kantor Urusan Internasional atau Office of International Affair (OIA) USK. OIA sendiri berada di depan gedung baru Fakultas Teknik USK.

Di tempat inilah ke-30 anak milenial pro lingkungan hidup yang bersih dan sehat ini melihat langsung proses pemilahan sampah (organik dan anorganik), hingga pengepresan sampah anorganik berupa plastik, kertas, kardus, dan alumunium.

“Semua sampah yang sudah terpilah dan dipres itu dibawa ke Sumatera Utara untuk diolah sebagai bahan baku pabrik.

Jadi, kita kirim ke sana bukan dalam bentuk sampah, melainkan bahan baku pabrik untuk diolah lagi,” kata Rama Herawati.

Dalam seminggu sekitar 8 ton aneka sampah anorganik dari BSU diangkut naik truk ke Sumatera Utara. Umumnya sudah dipres dengan ketat dan diikat rapi, kecuali plastik jenis atom yang kalau dipres justru pecah-pecah.

Menurut Rama Herawati, Aceh bisa menjadi yang terbaik dalam urusan sampah. Sampah-sampah di Aceh tidak mengandung bahan haram, katakanlah daging, kulit, atau tulang belulang babi.

Baca juga: Jawab Keinginan Pecinta Big Bike Cruiser, Honda Luncurkan Rebel 1100, Harganya Setara Innova Reborn

“Kalau di Aceh ini saya berani pegang dan aduk-aduk sampahnya dengan tangan. Tapi kalau sampah di Sumatera  Utara, saya nggak berani pegang,” ungkap Rama.

Di Aceh, juga hampir tidak ada limbah yang tergolong bahan berbahaya dan beracun (B3), kecuali limbah rumah sakit. Limbah rumah sakit itu pun umumnya sudah mereka tangani sendiri.

Jadi, BSU menampung mulai dari sampah plastik (paling banyak botol air mineral), plastik atom (ember, mangkuk, dan helm), besi, tembaga, kabel, botol kaca, kertas, kardus, bahkan minyak jelantah.

“Terkadang ada juga yang mengantar kemari kanvas tempat tidur bekas. Itu pun masih bisa kita olah, kita ambil dan potong-potong besinya menggunakan gerinda,” ungkap Rama.

Lulusan Prodi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian USK ini sangat terobsesi bagaimana agar seluruh tanah di Kampus USK dan di Aceh umumnya tidak tercemar oleh sampah plastik atau bahan berbahaya semisal merkuri dan potasium sianida.

Itu sebab, Rama terus-menerus mengedukasi mahasiswa, siswa, dan murid TK agar tertib sampah.

Lebih 40 taman kanak-kanak (TK) di Aceh sudah dikunjunginya untuk melakukan eduaksi tertib sampah.

Rama bahkan sudah sampai ke Pulau Banyak, Aceh Singkil, juga untuk melakukan edukasi tertib sampah di kawasan wisata bahari tersebut. Tujuannya hanya satu, agar laut tidak dijadikan tempat pembuangan sampah.

“Di BSU ini kita tidak pernah berhenti mengedukasi berbagai pihak. Supaya tidak lelah, itu saya anggap ibadah saja,” ujar Rama.

Di kampungnya, Desa Blang Krueng, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar, Rama juga pemrakarsa berdirinya bank sampah.

Rama juga getol mengingatkan penyelenggara kegiatan di lingkungan USK, terutama di Gedung AAC Dayan Dawood, bahwa silakan bikin kegiatan, tapi ingat di sini berlaku ketentuan ‘zero waste event’ (event-nya harus bebas sampah).

Dalam acara-acara resmi di lingkungan USK, seperti diakui Rama, USK tidak lagi menggunakan plastik. Untuk minum, disediakan gelas.

Airnya bebas diambil sendiri di galon air yang disediakan. USK bahkan telah lama memproduksi sendiri air mineral dalam kemasan dengan merek U-Qua.

“Jadi, setuju kan kalian semua kalau di USK ada bank sampah?” tanya Rama.

“Setuju!” sahut 30 peserta yang menjadi tamu BSU.

Dalam urusan sampah, kata Rama, pemilahan adalah nomor satu. Sampah yang diantar ke BSU dia harapkan sudah terpilah dengan rapi.

Misalnya, tutup botol sudah harus terpisah dari botolnya. Dan botol air mineral saat diantar sebaiknya sudah tak ada lagi plastik mereknya.

“Pabrik enggan membeli botol plastik yang masih ada merek atau iklannya,” ungkap Rama.

Ia bandingkan, botol plastik tanpa stiker merek (jenama) mereka tampung dengan harga Rp 4.000 hingga Rp 4.500/kg.

Tapi, kalau masih pakai stiker merek, harga belinya hanya Rp 1.500/kg.

“Soalnya, kami harus membuang lagi satu per satu plastik mereknya dan memisahkan juga tutup botolnya sebelum dipres, ” kata Rama.

Ia juga menyebutkan bahwa BSU membeli Rp 4.000/kg minyak jelantah baik dari rumah tangga, pesantren, maupun dari dapur restoran, resto cepat saji, kafe, bahkan hotel.

Oleh penampung yang sudah teken kontrak dengan BSU, minyak jelantah itu dijemput berkala ke BSU untuk dijual juga ke Sumatera Utara.

Di Sumut ada beberapa perusahaan yang mengekspornya ke luar negeri untuk dijadikan bahan bakar jenis biodiesel.

Rama juga mengimbau para milenial yang menjadi tamunya itu agar, “Mudah-mudahan kalian harus selesai dengan sampah kalian sendiri. Sampahmu, tangung jawabmu! Jangan sampah kita, suruh urus pada orang lain.”

“Kalau lihat laut bersampah, sungai bersampah, dan got bersampah, Anda harus menangis,” imbuhnya.

Rama juga mengaku sering kali mendatangi MC (pewara) untuk mengingatkan dan mengumumkan bahwa acara yang hendak digelar adalah acara yang tertib sampah.

Hal itu, antara lain, dilakukan Rama saat Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) 8 pada November tahun lalu. Hasilnya, arena PKA 8 paling “clean” dibandingkan PKA-PKA sebelumnya.

Ke depan pun, saat PON XXI berlangsung di Aceh pada September nanti, Rama dan para stafnya dari BSU sudah siap-siap untuk menggencarkan kampanye “zero waste event”.

Diskusi dua jam di bawah pohon rindang itu diakhiri dengan sesi tanya jawab. Rama Herawati dan Yarmen Dinamika berkolaborasi menjawab pertanyaan-pertanyaan kritis yang diajukan para peserta.

Kunjungan ke BSU itu diakhiri dengan melihat langsung sampah terpilah, mesin pres sampah, maupun sampah yang sudah dipres, tinggal tunggu diangkut saja ke Sumatera Utara.

Diskusi itu diakhiri dengan sesi foto dan video bersama dengan meneriakkan yel-yel, “Ayo rawat Bumi! Sampuhmu, tanggung jawabmu.” (*)

 

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved