Tradisi Raja di Lamno

Besok Ada Acara Seumeuleung Raja di Lamno Aceh Jaya, yang Mau Pergi, Ini Lokasi dan Agendanya

Para pewaris Kerajaan Daya dijadwalkan melaksanakan tradisi Peumeunap dan Seumeuleung Raja Nanggroe Daye Ke-544 Tahun 2024, Rabu (18/6/2024).

|
Penulis: Hendri Abik | Editor: Safriadi Syahbuddin
DOKUMENTASI
Perwakilan raja-raja dari seluruh Aceh pada prosesi adat Seumeulueng dan Peumeunap di Astaka Diraja, Desa Gle Jong, Kecamatan Jaya, Aceh Jaya. Tradisi turun temurun tersebut telah berlangsung sejak tahun 1400 Masehi. 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Para pewaris Kerajaan Daya atau juga disebut Meureuhom Daya, dijadwalkan melaksanakan tradisi Peumeunap dan Seumeuleung Raja Nanggroe Daye Ke-544 Tahun 2024, Rabu (18/6/2024).

Seperti biasa, kegiatan ini akan dipusatkan di Astaka Diraja Kompleks Makam Poe Teumeureuhom Kuala Daya, Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya

Informasi diperoleh Serambinews.com, Selasa (17/6/2024), kegiatan ini akan dihadiri oleh Penjabat Bupati Aceh Jaya Bapak Dr A Murtala MSi.

Kabag Prokopim Pemkab Aceh Jaya, Aula Andika Jamal SKH dalam surat yang diterima Serambinews.com mengabarkan bahwa acara Peumeunap & Seumeuleung Raja dimulai pada pukul 10.00 WIB s/d 12.30 WIB.

Sejarah Peumeunap dan Seumeuleung Raja

Untuk diketahui, upacara Peumeunap dan Seumeuleung Raja Nanggroe Daye ini merupakan tradisi yang sudah berlangsung ratusan tahun lalu.

Upacara ini dilaksanakan pada hari ketiga Idul Adha setiap tahunnya.

Biasanya, upacara ini dihadiri oleh para pewaris kerajaan-kerajaan di Aceh.

Selain dari keturunan Kesultanan Aceh Darussalam, juga hadir pewaris kerajaan Kuala Batu, Radja Lingge, Radja Singkil, Radja Samalanga, Radja Trumon, Radja Bubon, Radja Kluet, Radja Teunom, Radja Rigah, Radja Seunagan, Radja Kuala Unga, Radja Cunda, Radja Pedir, dan lainnya.

Beberapa literatur menyebutkan, upacara Peumeunap dan Seumeuleung ini merupakan prosesi adat yang dilakukan setiap tahun untuk memperingati hari pelantikan Sultan Salatin Alaidin Riayat Syah menjadi raja pada Kerajaan Daya.

Pada upacara tersebut, Sultan Salatin Alaidin Riayat Syah disuapi (disuleung) oleh dayang-dayang kerajaan sebagai simbol peneguhan atau penabalannya sebagai raja.

Kerajaan Meureuhom Daya didirikan pada tahun 1480 M dan mempersatukan Kerajaan Keuluang, Lamno, Kuala Unga, dan Kuala Daya menjadi Kerajaan Daya.

Kerajaan ini menetapkan ibu kotanya di Lam Kuta dan Kuta yang terletak di Gampong Gle Jong (kini masuk dalam Mukim Kuala Daya, Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya, provinsi Aceh, Indonesia).

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Nurhalimah mahasiswa UIN Ar-Raniry pada tahun 2013 menunjukkan, pada saat Sultan Alaidin Riayat Syah mangkat, Sultan Badrul Munir melaksanakan kembali upacara Seumuleung pada tahun 1711-1735.

Upacara ini diawali dari pengukuhan raja di Balai Astaka Diraja dan berakhir di Kompleks Makam Po Teumeureuhom Daya.

Prosesi seumuleung memiliki makna bagi masyarakat. Seumuleung dimaknai dengan berbagai kepentingan, seperti mendapat nasi yapan, yang diyakini akan mendatang berkah bagi siapa saja yang memakannya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved