Berita Banda Aceh
Idul Adha Semarak, Ribuan Jamaah Padati Blangpadang
Shalat Id pada Senin pagi kemarin dipusatkan di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh. Pantauan Serambi, lapangan tersebut dipadati ribuan jamaah yang dat
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Meski selama libur dan cuti bersama Kota Banda Aceh terlihat lebih sepi, tetapi hal itu tidak menyurutkan kesemarakan warga dalam menyambut Hari Raya Idul Adha 2024 atau 1445 Hijriah.
Kumandang takbir mulai terdengar di masjid-masjid dan meunasah sejak selepas Magrib, Minggu (16/6/2024). Ditambah lagi dengan kemeriahan pawai takbir keliling yang dilaksanakan setelah Isya. Sedangkan paginya, Senin (17/6/2024), masyarakat berbondong-bondong datang ke masjid atau lapangan untuk menunaikan shalat Id berjamaah.
Shalat Id pada Senin pagi kemarin dipusatkan di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh. Pantauan Serambi, lapangan tersebut dipadati ribuan jamaah yang datang tidak hanya dari Banda Aceh, tetapi juga Aceh Besar, dan daerah sekitarnya. Shalat Id berlangsung tertib dan dalam suasana penuh kekhusyukan.
Jamaah mulai berdatangan ke lapangan sekitar pukul 07.00 Wib. Mereka terlihat membawa perlengkapan shalat sendiri dan langsung mengatur saf sebagaimana diatur oleh Khadam Masjid Raya Baiturrahman. Seperti biasa, pelaksanaan shalat Idul Adha di Blangpadang digelar oleh Pemerintah Aceh melalui Dinas Syariat Islam Aceh selaku penyelenggara Peringatan Hari-Hari Besar Islam (PHBI) Aceh dan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengelola Masjid Raya Baiturrahman.
Wakil Rektor IV Bidang Kerja Sama dan Pengembangan Lembaga Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara (Sumut), Prof Dr H Muzakkir MA, bertindak sebagai khatib. Guru Besar bidang Ilmu Tasawuf Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam UIN Sumut yang juga putra kelahiran Lhokseumawe ini menyampaikan khutbah dengan judul ‘Hakikat Ibadah Haji dan Kurban dalam Membangun Ketakwaan dan Rasa Kemanusiaan.’ Sedangkan Imam Rawatib Masjid Raya Baiturrahman, Tgk Miswar Muhammad SpdI, bertindak sebagai imam.
Prof Muzakkir dalam khutbahnya menyampaikan ceramah penuh makna. Dia mengingatkan jamaah tentang momen wukuf di Arafah yang baru saja dilaksanakan oleh semua jamaah haji dari seluruh dunia. Di mana semua manusia, tanpa memandang status sosial, harta, atau jabatan, berdiri sama rata di hadapan Allah SWT. Momen ini katanya, menjadi pengingat bahwa di hadapan Allah, semua manusia adalah sama dan hanya amal shaleh lah yang membedakannya.
"Sebuah pembelajaran sangat mahal dari beberapa rukun haji, ketika jamaah melaksanakan wukuf di Arafah, yang laki pakaian ihram tidak berjahit, itu adalah simbol kain kafan yang akan kita pakai, dengan wajah berdebu duduk di atas padang pasir beratapkan langit di bawah terik matahari. Bahwa Allah tidak pernah melihat pakaian kita, pangkat jabatan kita, kekayaan dan harta benda. Allah hanya melihat apa yang tersimpan di kedalaman hati kita, itulah ketaqwaan kita kepada Allah," katanya.
Lalu Khatib mengutip Surah Albaqarah ayat 197 yang artinya: Persiaplah bekal dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. "Apa yang kita miliki saat ini adalah sementara, itulah hak pakai yang Allah berikan kepada kita, dan akan kita tinggalkan semua pada waktunya. Hanya bekal kataqwaanlah yang akan kita bawa," kata Prof Muzakkir.
Bulan Zulhijjah dan pelaksanaan ibadah haji, serta ibadah kurban yang dilakukan oleh umat Islam, seyogyanya menjadi perenungan dan introspeksi diri setiap muslim. Khatib mengatakan bagaimana jamaah haji melakukan perenungan di Arafah dan mabit di Muzdalifah sampai pada puncaknya berada di Mina melakukan lontar jamarah.
"Ini adalah momen penting bagi kita semua. Kita harus melempar sifat-sifat syaitan dalam diri kita. Buanglah sifat-sifat syaitan pada diri kita, kesombongan, kedengkian, semua itu akan membawa kepada permusuhan dan kehancuran," jelasnya.
Prof Muzakkir menyebut bahwa setiap Muslim harus melakukan perenungan, harus mengenal diri karena pada saatnya bumi yang fana ini, semuanya akan kita tinggalkan. Khatib menekankan pentingnya introspeksi diri dan merenungkan tujuan hidup di dunia. Menurutnya, harta, anak, dan keturunan hanyalah titipan yang akan ditinggalkan. Amal shalehlah yang akan menjadi bekal di akhirat.
Muzakkir kemudian mengajak jamaah untuk meneladani Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS dalam kisah kurban. Keduanya menunjukkan ketaatan dan ketaqwaan yang luar biasa kepada Allah SWT. Khatib mengingatkan bahwa kurban bukan hanya menyembelih hewan, tetapi juga menumbuhkan sifat-sifat mulia, taqwa, dan menjauhkan sifat-sifat tercela.
"Nabiyullah Ismail adalah simbol apa yang kita miliki di dunia ini, kita cinta kepada harta, tapi adakah harta itu membawa kita kepada kebaikan? Kita cinta kepada jabatan dan kekuasaan, tapi adakah hal itu mendatangkan ridha dari Allah Swt? Kita cinta kepada anak dan kekuarga, tapi adakah mereka juga bersujud kepada Allah Swt?," ujar Muzakkir.
Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail kata Prof Muzakkir, harus menjadi teladan bagi umat Islam. Bahkan, betapa mulianya Nabi Ibrahim dan memikirkan ummat meski dalam keadaan harus 'mengorbankan' putranya.
Khatib lalu membacakan Surat Ibrahim ayat 40 yang artinya; Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.(dan)
Harumkan Nama Aceh, Ustadz Takdir Feriza Disambut Kalungan Bunga oleh Pemerintah |
![]() |
---|
Peringati Hari Jadi, Polwan Polda Aceh Gelar Upacara Ziarah di TMP |
![]() |
---|
Fachrul, Calon Dokter Berpulang Sebelum Wisuda, Tangis sang Kakak Pecah Saat Wakili Wisuda |
![]() |
---|
USK Jadi Lokus Pertama Program LIKE IT 2025, BI Aceh Dorong Generasi Muda Cerdas Keuangan Syariah |
![]() |
---|
USK Jadi Lokus Pertama Program LIKE IT 2025, Dorong Generasi Muda Cerdas Keuangan Syariah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.