Luar Negeri

Umm Hudaifa Janda Pemimpin ISIS Abu Bakar Al-Baghdadi Divonis Hukuman Mati, Ungkap Kisah Hidupnya

Dalam sebuah wawancara yang jarang terjadi di penjara awal tahun ini, dia menceritakan kisah hidupnya bersama suaminya.

Editor: Faisal Zamzami
BBC Indonesia
Ummu Hudaifa Janda Pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi Divonis Hukuman Mati 

Umm Hudaifa memaparkan pemandangan dari penjara yang penuh sesak di ibu kota Irak, Baghdad, tempat dia ditahan sementara selagi pihak berwenang Irak menyelidiki perannya dalam ISIS dan berbagai kejahatan kelompok tersebut.

Suasananya semrawut karena narapidana yang dituduh melakukan berbagai kejahatan, termasuk penggunaan narkoba dan pekerja seks, dipindahkan ke sekitar penjara, dan saat bersamaan kiriman makanan datang dari luar.

Kami akhirnya menemukan tempat yang relatif tenang di perpustakaan dan berbicara selama hampir dua jam.

Selama percakapan, Umm Hudaifa menggambarkan dirinya sebagai korban yang mencoba melarikan diri dari suaminya dan menyangkal bahwa dia terlibat dalam aktivitas brutal ISIS.

Pengakuannya ini sangat bertolak belakang dengan apa yang diungkapkan dalam gugatan pengadilan perdata terpisah yang diajukan oleh sejumlah perempuan Yazidi yang diculik dan diperkosa oleh anggota ISIS – mereka menuduh Umm Hudaifa berkolusi dalam perbudakan seksual terhadap anak perempuan dan perempuan yang diculik.

Baca juga: PBB Masukkan Israel ke Daftar Hitam Pembantai Anak-Anak di Palestina, Kini Zionis Setara ISIS

Dalam wawancara, Umm Hudaifa tidak pernah mengangkat kepalanya. Dia mengenakan pakaian hitam dan hanya memperlihatkan sebagian wajahnya, hingga ke bagian bawah hidungnya.

Umm Hudaifa, kelahiran 1976, berasal dari keluarga konservatif dan menikah dengan Ibrahim Awad al-Badri, yang kemudian dikenal dengan nama samaran Abu Bakar al-Baghdadi, pada 1999.

Umm Hudaifa menyelesaikan studi Syariah, atau hukum Islam, di Universitas Baghdad dan dia mengatakan pada saat itu dia “religius tapi tidak ekstrem… konservatif tapi berpikiran terbuka”.

Kemudian pada 2004, setahun setelah invasi pimpinan AS ke Irak, pasukan AS menahan al-Baghdadi dan menahannya di pusat penahanan di Kamp Bucca di wilayah selatan selama sekitar satu tahun.

Bersama dengan banyak pria lain yang di tahan di sana, mereka kemudian menjadi tokoh-tokoh senior di kelompok ISIS dan kelompok jihad lainnya.

Bertahun-tahun setelah pembebasannya, Umm Hudaifa mengklaim suaminya telah berubah: “Dia menjadi gampang marah dan mudah sekali emosi.”

Sejumlah orang yang mengenal sosok al-Baghdadi mengatakan bahwa dia pernah terlibat dengan al-Qaeda sebelum berada di Bucca, namun baginya, hal itu menandai titik balik setelah dia menjadi semakin ekstrem.

“Al-Baghdadi mulai terjerat masalah psikologis,” kata Umm Hudaifa. Ketika sang istri bertanya mengapa, al-Baghdadi berujar kepadanya bahwa “dia dihadapkan sesuatu yang ‘kamu tak akan mengerti’”.

Umm Hudaifa meyakini bahwa meskipun dia tidak secara eksplisit mengatakannya, “selama penahanannya al-Baghdadi menjadi sasaran penyiksaan seksual”.

Baca juga: ISIS Ancam Bunuh Presiden Putin Usai Rusia Siksa Para Tersangka Terorisme

Rekaman video dari penjara lain yang dikelola AS di Irak, Abu Ghraib, yang terungkap pada tahun itu memperlihatkan para tahanan dipaksa untuk melakukan simulasi tindakan seksual dan melakukan pose yang memalukan.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved