Berita Pidie Jaya

Makam Abdullah Syafii di Pidie Jaya tak Terurus, Ini Profil Panglima GAM Miliki Ilmu Peurabon Itu

Setidaknya hal ini sesuai temuan Panitia Khusus (Pansus) II DPRA yang berziaran ke Kompleks Panglima GAM ini Selasa (9/7/2024), sehingga para anggota

Penulis: Idris Ismail | Editor: Mursal Ismail
SERAMBINEWS.COM/IDRIS ISMAIL
Pansus II DPR Aceh mengunjungi makam Tgk Abdullah Syafii di Gampong Kayee Jatoe, Kemukiman Cubo, Kecamatan Bandar Baru, Pidie Jaya, Selasa (9/7/2024) 

Setidaknya hal ini sesuai temuan Panitia Khusus (Pansus) II DPRA yang berziaran ke Kompleks Panglima GAM ini Selasa (9/7/2024), sehingga para anggota DPRA ini pun mengusulkan kompleks makam ini memiliki seorang penjaga. 

Laporan Idris Ismail I Pidie Jaya 

SERAMBINEWS.COM, MEUREUDU - Kompleks Makam Panglima GAM, Teungku Abdullah Syafii di Gampong Kayee Jatoe, Kemukiman Cubo, Kecamatan Bandar Baru, Pidie Jaya, ditemukan tak terurus. 

Setidaknya hal ini sesuai temuan Panitia Khusus (Pansus) II DPRA yang berziaran ke Kompleks Panglima GAM ini Selasa (9/7/2024), sehingga para anggota DPRA ini pun mengusulkan kompleks makam ini memiliki seorang penjaga. 

Amatan Serambinews.com yang ikut dalam rombongan Pansus ini, Kompleks Makam Panglima GAM, yang juga biasanya ditulis bernama Teungku Abdullah Syafi'i ini luasnya hampir satu hektare.

Di halaman kompleks makam Teungku Abdullah Syafii, yang sudah dipasang paving block itu ditumbuhi rerumputan, di sudut musalla berceceran kotoran cecak dan burung.

Sedangkan plafon makam sudah jebol di tengahnya. 

Lantas siapa Teungku Abdullah Syafi'i?

Baca juga: Secuil Kisah tentang RSUD Tgk Abdullah Syafii

Bagi generasi milenial yang lahir saat konflik Aceh, apalagi setelah konflik Aceh di atas tahun 2005, mungkin nama Abdullah Syafi'i tak terlalu mereka kenal. 

Dikutip Serambinews.com dari Wikipedia, Perkasa Alam Teungku Abdullah Syafi'i lebih dikenal dengan nama Teungku Lah (12 Oktober 1947 – 22 Januari 2002) adalah tokoh pejuang GAM.

Dia pernah menjabat sebagai Panglima Gerakan Aceh Merdeka atau GAM

Teungku Abdullah Syafie atau Teungku Lah adalah Panglima GAM yang sangat kharismatik, disegani kawan dan ditakuti lawan.

Di kalangan pasukannya, Teungku Lah dikenal sangat tegas, namun sopan. Ia juga santun dan bersahaja.

Teungku Lah adalah pemimpin sayap militer GAM. Dia pernah menjabat sebagai Panglima GAM Wilayah Pidie, dan terakhir sebagai Panglima Gerakan Aceh Merdeka seluruh Sumatera.

Baca juga: Pansus II DPRA Temukan Banket Badan Jalan ke Makam Abdullah Syafii di Cubo Retak, PPTK Siap Perbaiki

Konon, lebih 20 tahun Teungku Lah memimpin gerilyawan GAM di kawasan Bireuen, Aceh.

Teungku Lah tidak mendapat pendidikan militer di Libya, seperti Arjuna atau Ahmad Kandang.

Inilah yang membuatnya tidak begitu suka dengan penggunaan kekerasan dalam berjuang. Kekuatan senjata hanya untuk mempertahankan diri.

Teungku Lah lahir di Gampong Seuneubok Rawa, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen, Aceh

Jaraknya sekitar empat kilometer dari Jalan Medan-Banda Aceh, kawasan Matang Glumpang Dua, Bireuen.

Jalan penghubung menuju ke gampong itu hanya tiga kilometer saja yang teraspal bagus, sementara sekitar satu kilometer lagi penuh kerikil dan berdebu.

Baca juga: Peringati Meninggalnya Hasan Tiro dan Abdullah Syafii, KPA/PA Aceh Barat Santuni Ratusan Anak Yatim

Di beberapa bagian masih terlihat bekas aspal yang mengelupas. Di kiri kanan jalan, ada bentangan areal persawahan yang luas, bersambung kawasan perbukitan yang teduh dan asri.

Di gampong itulah, Teungku Abdullah Syafi'i lahir. Jika merujuk keterangan yang tertulis di makam Blang Sukon, Cubo, Pidie Jaya, beliau lahir pada 17 Oktober 1947.

Sementara dalam banyak informasi di media, Teungku Lah ditulis lahir pada tahun 1952.

Tidak ada yang tahu, versi mana yang benar. Tapi, adiknya, Fatimah, memiliki keterangan berbeda.

Menurut dia, abangnya lahir sekitar tahun 1955. Ia hanya sempat bersekolah hingga kelas tiga di Madrasah Aliyah Negeri Peusangan.

Keluar dari sekolah tersebut, Teungku Lah memilih belajar agama di sejumlah Pesantren di Aceh.

Teungku Lah mulai terlibat GAM pada awal 1980 (ada juga kabar yang menyebutkan, Teungku Lah bergabung dengan GAM sehari setelah Hasan Tiro memproklamirkan GAM di Gunong Halimun, Kabupaten Pidie, Aceh).

Sebenarnya, masa muda Teungku Lah termasuk unik. Ia banyak terlihat dalam dunia teater bersama grup Jeumpa.

Sangat jauh dari kesan militer. Tetapi, belakangan, hal ini sangat membantu Teungku Lah dalam hal penyamaran. Mobilitas Teungku Lah tak terdeteksi.

Miliki ilmu peurabon

Orang Aceh menyebut Teungku Lah punya ileume peurabon (ilmu bisa menghilangkan diri).

Pada awalnya ia memimpin satu peleton dari Markas Komando Pusat Tiro.

Pada Mei 1995, pasukan Teungku Lah bergabung dengan pasukan Mantri Hamid Idris yang berbasis di Geulumpang Minyeuk, Pidie. 

Pasukan ini memiliki sekitar 15 pucuk senjata berbagai jenis dan tergolong pasukan besar GAM sebelum era reformasi.

Pada 1 Januari 1996, Teungku Lah dilantik menjadi Panglima GAM Komando Pusat Tiro menggantikan Komandan Tgk. Pawang Rasyid yang gugur pada pertengahan 1995.

Pasca reformasi, eskalasi konflik Aceh meningkat. Teungku Lah yang merupakan Panglima Tertinggi GAM secara otomatis menjadi buronan nomor 1 TNI.

Teungku Abdullah Syafie meninggal dunia pada 22 Januari 2002 di Jiem-Jiem, Kecamatan Bandar Baru, Pidie (kini Pidie Jaya) dalam sebuah penyergapan oleh TNI.

Sang istri (Fatimah binti Abdurrahman) dan dua pengawalnya bernama Muhammad bin Ishak dan Muhammad Daud bin Hasyim ikut meninggal dalam penyerangan tersebut.

Keempatnya dikuburkan di belakang rumah Teungku Lah di Cubo, Pide Jaya. 

Sebelum meninggal, Teungku pernah membuat wasiat, “Jika pada suatu hari nanti Anda mendengar berita bahwa saya telah syahid, janganlah saudara merasa sedih dan patah semangat.

Sebab saya selalu bermunajat kepada Allah SWT agar mensyahidkan saya apabila kemerdekaan Aceh telah sangat dekat. Saya tak ingin memperoleh kedudukan apapun apabila negeri ini (Aceh) merdeka,” demikian wasiatnya. 

Kunjungan Pansus DPRA

Sebelumnya, Serambinews.com memberitakan Ketua Pansus II DPR Aceh, Anwar Husin SPd MAP bersama anggota H Dahlan Djamaluddin SIP, yang ikut berziaran ke kompleks makam ini menilai kompleks makam itu tak terurus.

"Padahal dulu pembangunan kompleks makam ini menggunakan APBA mencapai Rp 1,2 miliar.

Sangat disayangkan kompleks makam pejuang GAM paling disegani ini tak terurus dengan baik," kata Anwar Husin kepada Serambinews.com disela-sela kunjungan ini. 

Oleh karena itu, Husin menyarankan agar Pemkab Pidie Jaya menempatkan seorang penjaga agar makam ini terurus dengan baik.

Bukan seperti selama ini, kompleks makam ini hanya bersih serta tertata rapi saat peringatan Haul almarhum saja. Selebihnya seperti terbiarkan tak bertuan. 

"Miris sekali kita melihatnya dan hal hal ini harus menjadi evaluasi semua pihak," katanya. 

Dikonfirmasi Serambinews.com terpisah, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PA yang juga mantan Bupati Pidie Jaya, dua periode, H Aiyub Bin Abbas mengatakan pihak PA bersama Pemkab Pijay akan duduk kembali membahas masukan dari Pansus II DPRA itu.

Termasuk untuk menempatkan seorang penjaga di makam tersebut karena memang makam ini juga menjadi cagar budaya bagi Pidie Jaya lantaran bernilai sejarah yang tinggi.

"Sehingga hal wajib mendapatkan perhatian bersama," katanya. (*)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved