Kupi Beungoh

Kontroversi Konser di Aceh: Benturan Antara Seni dan Syari'at Islam

Industri hiburan, termasuk konser musik bisa menjadi sumber pendapatan bagi banyak pihak, termasuk pedagang kecil yang berjualan di sekitar lokasi.

|
Editor: Agus Ramadhan
FOR SERAMBINEWS.COM
Kabid Penegakan Syari'at Islam DPP ISAD Aceh, Tgk. Alwy Akbar Al Khalidi, SH., MH 

"Aceh bisa tetap menjaga identitasnya sebagai daerah yang taat syariat Islam, sambil tetap memberikan ruang bagi kreativitas dan hiburan yang sehat bagi masyarakatnya"

Oleh: Tgk. Alwy Akbar Al Khalidi, SH, MH

ACEH, dikenal sebagai Serambi Mekkah, adalah salah satu daerah di Indonesia yang menerapkan syariat Islam yang ketat dalam kehidupan sehari-hari.

Penerapan hukum Islam ini mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk hiburan dan budaya.

Salah satu bentuk hiburan yang sering menjadi kontroversi adalah konser musik.

Dalam pandangan beberapa pihak, konser musik bertentangan dengan nilai-nilai syariat Islam yang diterapkan di Aceh.

Opini ini akan membahas dengan 3 Poin mengapa konser musik dianggap bertentangan dengan syariat Islam di Aceh serta dampaknya terhadap masyarakat dan budaya lokal.

1. Aspek Syariat Islam

Penerapan syariat Islam di Aceh bertujuan untuk menjaga moralitas dan akhlak masyarakat terutama generasi muda.

Musik, dalam beberapa pandangan, dianggap bisa membawa pengaruh negatif seperti prilaku hedonis, pergaulan bebas, dan penggunaan narkoba.

Konser musik, dengan kondisi yang cenderung bebas dan terbuka, sering kali menjadi ajang berkumpulnya anak muda yang mungkin tidak selalu mengindahkan norma-norma agama dan sosial yang berlaku.

Syariat Islam menekankan pentingnya menjaga batas-batas pergaulan antara laki-laki dan perempuan.

Di konser musik, batasan ini sering kali dilanggar, terutama ketika penonton berdansa dan berkerumun tanpa ada pemisahan yang jelas.

Selain itu, lirik lagu yang kadang mengandung unsur-unsur yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam, seperti kekerasan, seksualitas, dan kemabukan yang akan merusak moralitas pendengarnya.

2. Budaya Lokal dan Identitas Aceh

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved