Konflik Palestina vs Israel

Nasib 5.650 Tentara Israel Terluka Kena Rudal dan Roket Hizbullah, Sistem Kesehatan Terancam Tumbang

Jumlah tentara Israel yang terluka dalam perang melawan kelompok Hizbullah sejak Oktober 2023 sudah mencapai lebih dari 5.650 personel.

Editor: Faisal Zamzami
Jalaa MAREY/AFP
Foto yang diambil dari posisi di Israel utara ini menunjukkan UAV Hizbullah yang dicegat oleh angkatan udara Israel di atas Israel utara pada 25 Agustus 2024. Militer Israel mengumumkan pada awal 25 Agustus 2024 bahwa mereka melakukan serangan pendahuluan di Lebanon setelah mendeteksi persiapan untuk serangan "skala besar" oleh kelompok militan Hizbullah yang didukung Iran. Hizbullah mengatakan telah meluncurkan lebih dari 320 roket ke Israel semalam, yang menargetkan serangkaian posisi militer, bahkan ketika militer Israel mengatakan sedang melakukan serangan pendahuluan terhadap kelompok tersebut. 

SERAMBINEWS.COM  – Jumlah tentara Israel yang terluka dalam perang melawan kelompok Hizbullah sejak Oktober 2023 sudah mencapai lebih dari 5.650 personel.

Menurut media Israel, Yedioth Ahronoth, para tentara yang terluka itu dirawat di Pusat Kesehatan Galilea di Nahariya dan Rumah Sakit (RS) Ziv di Safed.

Para direktur RS mengungkapkan keprihatinannya atas eskalasi yang terjadi di front utara, tepatnya di perbatasan Israel-Lebanon.

 
“Kami sudah berada di bawah tanah selama 11 bulan, dan kami tidak bisa melihat ujungnya,” kata kedua direktur RS itu dikutip dari Al Mayadeen.

Direktur RS Ziv Salman Zarka mengungkapkan bahwa pihaknya sudah merawat sekitar 450 tentara yang terluka karena serangan Hizbullah.

“Saya tidak berbicara tentang insiden operasional, saya berbicara tentang tembakan senapan, pecahan peluru meriah, luka langsung. Jumlahnya sangat banyak,” ujar Zarka.

Zarka menyebut Israel tidak terbiasa menghadapi perang berkepanjangan.

Kata dia, perlu ada keseimbangan antara  “perawatan yang menyelamatkan nyawa” dan kesiapan untuk merawat tentara Israel dalam jumlah banyak.

Dia berujar upaya penyeimbangan itu “melelahkan dan menyusahkan, terutama karena belum terlihatnya akhir perang”.

Seperti Zarka, Direktur Pusat Kesehatan Galilea Masad Barhoum juga mengungkapkan kekhawatirannya. Dia mengaku “tidak bisa melihat akhir perang”.

“Tidak ada yang mempersiapkan kami untuk tetap tinggal 11 bulan di bawah tanah. Itu tantangan yang sangat besar,” kata Barhoum.

Barhoum menyatakan pihaknya sudah merawat sekitar 1.700 tentara.

 Selain itu, ada 3.500 tentara lain yang dirawat di sana karena berbagai penyakit yang diderita di front utara.

Dia memperingatkan bahwa sistem kesehatan terancam tumbang dan gagal menangani banyaknya korban luka kendati RS di Israel utara memiliki perlengkapan memadai.

Baca juga: VIDEO - Dihantam Drone Hizbullah, Markas Tentara Israel di Ein Zeitem Hangus

Pertahanan Israel dikikis Hizbullah
 
Israel Ziv, seorang Kepala Divisi Operasi Militer Israel, mengungkapkan keprihatinnya perihal perang di utara.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved