Perang Gaza

Wali Kota Tel Aviv: Pemerintah Kota akan Bergabung dalam Aksi Mogok Massal Hari Senin

Pemerintah Israel menelantarkan mereka, tetapi Negara Israel adalah kita. Sebagai tanda solidaritas dengan para korban penculikan dan keluarga mereka,

Editor: Ansari Hasyim
Paulina Patimer/Gerakan Protes Pro-Demokrasi
Para pengunjuk rasa berkumpul di Begin Street di Tel Aviv untuk menuntut pemilu lebih awal dan kesepakatan pembebasan sandera yang ditawan Hamas di Gaza, 10 Agustus 2024. 

SERAMBINEWS.COM - Wali Kota Tel Aviv Ron Huldai mengatakan pemerintah kota akan bergabung dalam aksi mogok besok untuk mendukung keluarga para tawanan.

"Pemerintah Israel menelantarkan mereka, tetapi Negara Israel adalah kita. Sebagai tanda solidaritas dengan para korban penculikan dan keluarga mereka, pemerintah kota Tel Aviv-Jaffa bergabung dalam aksi mogok tersebut," tulis Huldai di X.

“Besok, mulai pagi hingga siang, tidak akan ada resepsi publik dan kami akan mengizinkan semua karyawan perempuan dan laki-laki untuk keluar dan mendukung perjuangan keluarga. Turun ke jalan.”

Serikat pekerja Israel Serukan Mogok Massal Senin, Tuntut Netanyahu Teken Kesepakatan Pembebasan Sandera

Ketua serikat buruh Histadrut Israel telah menyerukan pemogokan umum pada hari Senin untuk menekan pemerintah agar mencapai kesepakatan untuk mengembalikan tawanan Israel yang masih ditahan di Gaza.

Arnon Bar-David meminta semua pekerja sipil untuk bergabung dalam pemogokan dan mengatakan bandara Ben Gurion, pusat transportasi udara utama Israel, akan ditutup mulai pukul 8 pagi (05:00 GMT).

Baca juga: Menhan Serang Netanyahu: Anda Pilih Tentara di Perbatasan Mesir-Gaza atau Selamatkan Sandera?

“Kita harus menghentikan penelantaran para sandera… Saya telah sampai pada kesimpulan bahwa hanya intervensi kita yang dapat mengguncang mereka yang perlu diguncang,” kata Bar-David dalam sebuah pernyataan.

"Kita perlu mencapai kesepakatan, kesepakatan yang lebih penting daripada apa pun. Kesepakatan tidak akan berjalan karena pertimbangan politik dan ini tidak dapat diterima."

Beberapa pejabat Israel mengatakan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah menegaskan bahwa tekanan militer adalah satu-satunya cara untuk membebaskan para tawanan.

Netanyahu mengatakan Hamas telah membunuh para tawanan ini dan Hamas tidak tertarik pada kesepakatan. 

Namun Netanyahu, selama ini, telah bersikap sangat keras yang telah menyebabkan banyak ketegangan dalam pemerintahannya sendiri.

Kini ada pula tekanan dari keluarga tawanan. Sejak awal perang telah terlihat, mereka mengatakan bahwa Netanyahu tidak mampu maupun bersedia membuat kesepakatan, dan mereka masih percaya bahwa Netanyahu memperpanjang perang demi keuntungan pribadi dan politik.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved