Profil Masjid Haji Keuchik Leumik, Masjid Emas Aceh yang Lolos Anugerah Ampera Kemenag RI

Masjid Haji Keuchik Leumik dikategorikan sebagai masjid Jamik dikarenakan banyaknya pengunjung yang berdatangan, baik masyarakat lokal maupun wisatawa

Editor: Agus Ramadhan
SERAMBINEWS.COM/Aksa Ashura
Masjid Haji Keuchik Leumik (HKL) di Desa Lamseupeung, Banda Aceh. Foto diambil pada Rabu (28/8/2024) 

Laporan Aksa Ashura dan Aisyah Hartin

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Aceh dikenal sebagai Kota Serambi Mekkah karena mayoritas penduduknya beragama Islam.  

Dengan populasi yang sebagian besar Muslim, Aceh memiliki banyak masjid sebagai tempat ibadah, salah satunya ialah Masjid Haji Keuchik Leumik (HKL).

Masjid HKL atau dikenal dengan sebutan Masjid Emas Aceh ini, diresmikan oleh Haji Harun bersama Gubernur Aceh definitif  Ir H Nova Iriansyah MT pada 28 Februari 2019 yang letaknya di Desa Lamseupeung, Banda Aceh.

Pada mulanya, masjid ini didirikan sebagai bentuk kebaktian Haji Harun kepada kedua orangtuanya.

Seiring berjalannya waktu, masjid pribadi ini dijadikan sebagai masjid publik.

Lama pembangunan masjid ini diperkirakan sekitar 2 tahun 4 bulan, dan setelahnya tidak terdapat renovasi apapun lagi.

Adapun ukuran daripada bangunan ini terdiri dari luas bangunan 25 x 30 meter persegi, luas perkarangan 3200 meter persegi, dan luas shaf shalat 20 m x 30 meter .

Masjid Haji Keuchik Leumiek Lamseupeung Banda Aceh.
Masjid Haji Keuchik Leumiek Lamseupeung Banda Aceh. (SERAMBINEWS.COM/HARI TEGUH PATRIA)

Ornamen masjid ini terkesan menggambarkan suasana seperti Timur Tengah, hal ini dapat dilihat dari ukiran serta warna masjid yang kuning keemasan. 

Hal ini merupakan ide murni dari pemilik masjid tersebut yang memang menyukai nuansa Timur Tengah.

Keunikan lainnya dari masjid ini ialah terdapat Rumoh Aceh di perkarangan masjid. Rumoh Aceh tersebut bahkan sudah berdiri sebelum masjid ini didirikan.

Rumoh Aceh merupakan gambaran adat Aceh yang kental, sehingga masjid ini tidak hanya menjadi pusat ibadah, tetapi juga merupakan simbol kuat dari kebudayaan Aceh.

Pengurusan masjid ini juga terkesan berbeda dari masjid lainnya. Para pengurus biasanya ditunjuk langsung dari sang pemilik, dengan kata lain segala bentuk keputusan dan arahan berasal langsung dari pemilik masjid.

Dilansir Serambinews.com , terdapat beberapa kegiatan rutin yang dilakukan di masjid Keuchik Leumik, yakni shalat lima waktu, pengajian malam (Kamis dan Sabtu).

Kemudian Dzikir (setiap Jumat malam pada awal bulan), Shalat Tarawih, dan Tadarus.

Selain kegiatan rutin tersebut, terdapat juga kegiatan kajian yang seringnya diisi dengan ustadz-ustadz terkemuka.

Masjid Keuchik Leumik juga kerap dijadikan sebagai tempat berlangsungnya akad nikah.

Hal ini berlaku semenjak setelah 6 bulan peresmiannya.

Ahmad Adami, pengurus bagian pelayanan dan informasi Masjid HKL, mengatakan bahwa terdapat larangan atau peraturan yang ditetapkan oleh pihak masjid demi mewujudkan keamanan masjid.

“Kami berharap pengunjung yang datang harus menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar masjid. Kami menerapkan larangan seperti melarang membuat dan mengupload konten-konten yang tidak bermanfaat, dan juga hal-hal yang sekiranya berbau politik," ujarnya.

Masjid Haji Keuchik Leumiek, di Gampong Lamseupeung, Kecamatan Lueng Bata, Banda Aceh.
Masjid Haji Keuchik Leumiek, di Gampong Lamseupeung, Kecamatan Lueng Bata, Banda Aceh. (SERAMBI/BUDI FATRIA)

Hal tersebut menjadikan masjid ini dikategorikan sebagai Masjid Jami’

Masjid HKL Lolos Ampera dan Masuk Kategori Masjid Jamik

Pada Oktober 2024 nantinya, Kementrian Agama (Kemenag) RI akan menggelar Anugerah Masjid Percontohan dan Ramah (AMPeRA).

Acara ini bertujuan untuk mengapresiasi masjid-masjid yang telah berupaya menjadi masjid percontohan dan ramah dalam berbagai kategori.

Dalam perhelatan tersebut, Masjid Haji Keuchik Leumik akan mewakili Aceh dalam kategori Masjid Jamik.

Penghargaan yang didapat menjadi sebuah bentuk kebanggaan tersendiri bagi para pengurus. 

Ahmad mengungkapkan, penghargaan ini diluar dari perkiraan yang diharapkan.

Karena pada awalnya pembangunan masjid ini hanya ditujukan sebagai bentuk pengabdian pendiri masjid tersebut.

“Bagi pribadi saya hal itu merupakan kebanggaan dan penghargaan berdasarkan dari kerja keras seluruh anggota BKM (Bakan Kemakmuran Masjid) yang sudah mengusahakan yang terbaik," ucapnya.

"Dan juga kami bangga telah diberi kepercayaan untuk mengurus masjid ini. Kedepannya penganugerahan ini dijadikan penyemangat untuk menjaga masjid lebih baik lagi," sambungnya.

Masjid Jamik merupakan tipe masjid terbanyak yang ada di Indonesia.

Masjid Jamik umumnya menjadi pusat kegiatan keagamaan di wilayah permukiman, desa, atau kelurahan.

Masjid Haji Keuchik Leumik dikategorikan sebagai masjid Jamik dikarenakan banyaknya pengunjung yang berdatangan, baik masyarakat lokal maupun wisatawan.

Hal ini juga dikemukakan oleh penduduk sekitar masjid, yaitu Jihan.

“Menurut saya, masjid ini memiliki lingkungan yang bagus, juga menarik. Ada beberapa ornamen yang tidak terdapat pada masjid lain, hal ini menjadikan orang luar Aceh tertarik untuk mengunjungi,” tuturnya.

Masjid HKL diperkirakan akan mendirikan sebuah museum, tepat di perkarangan masjid tersebut.

Museum ini akan berisi koleksi peninggalan Haji Harun.

Pembangunan museum ini akan dilakukan pada November 2024, dengan peletakan batu pertama yang akan dilakukan oleh Ustadz Abdul Somad (UAS).

 

*) Penulis merupakan mahasiwi internship dari Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved