Berita Pidie

Bunda Literasi Membuka Kegiatan Seni Bertutur Hikayat Aceh, Komunitas Sastra Semangat Bina Ukhwah

Bunda Literasi Pidie, juga istri Bupati Pidie, Saptati Rengganis, S.P, membuka acara "Seni Bertutur Hikayat Aceh" di Kabupaten Pidie

Editor: Nur Nihayati
IST
Foto bersama istri Pj Bupati Pidie Saptati Rengganis, S.P,setelah membuka acara "Seni Bertutur Hikayat Aceh" di Kabupaten Pidie, Jumat (13/9/2024). 

Bunda Literasi Pidie, juga istri Bupati Pidie, Saptati Rengganis, S.P, membuka acara "Seni Bertutur Hikayat Aceh" di Kabupaten Pidie


SERAMBINEWS.COM, SIGLI -  Bunda Literasi Pidie, juga istri Bupati Pidie, Saptati Rengganis, S.P, membuka acara "Seni Bertutur Hikayat Aceh" di Kabupaten Pidie, Jumat (13/9/2024).

Kegiatan ini sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Komunitas Sastra Semangat Bina Ukhwah. 

Sementara itu, panitia penyelenggara kegiatan adalah Yayasan Semangat Bina Ukhwah bekerja sama dengan Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud Ristek RI.

Tujuannya menghidupkan kembali tradisi sastra Aceh yang sarat nilai dan kearifan lokal.

Kegiatan digelar di Aula Hotel Cempaka Inn Syariah, acara ini dihadiri oleh sekitar 60 peserta dari kalangan pelajar SMA, SMK, dan Madrasah Aliyah di wilayah Kabupaten Pidie. 

Kehadiran generasi muda ini menunjukkan antusiasme mereka dalam belajar dan memperdalam Hikayat Aceh yang hampir punah namun tetap penting bagi identitas budaya Aceh.

Dalam sambutannya, Bunda Literasi Pidie, Saptati Rengganis, menekankan pentingnya melestarikan Hikayat Aceh sebagai warisan budaya yang tak ternilai. 

“Hikayat Aceh adalah harta budaya yang sarat dengan sejarah dan nilai-nilai moral. Dengan melestarikan seni bertutur hikayat, kita tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga menumbuhkan rasa bangga terhadap identitas kita sebagai masyarakat Aceh,” katanya.

Sebagai Bunda Literasi, beliau juga menyoroti pentingnya literasi sebagai alat untuk memperkaya jiwa dan memperkuat ketahanan budaya.

Rahmad Rizki, S. Kom., M.T., Ketua Komunitas Sastra dan penggerak utama acara ini, menjelaskan bahwa tujuan utama dari program ini adalah menghidupkan kembali sastra Aceh melalui keterlibatan generasi muda. 

"Kami ingin mendorong generasi muda untuk menjadi penerus tradisi sastra Aceh dan menciptakan karya sastra yang relevan dengan perkembangan zaman," ujarnya. 

Sebagai contoh konkret, ia menyoroti kearifan lokal "Smong"—syair petuah yang menyelamatkan warga Simeulue dari tsunami Aceh pada 2004. "Smong adalah bagian dari kearifan lokal yang diturunkan melalui nafi-nafi, yaitu cerita yang mengandung nasihat kehidupan," jelasnya. 

Cerita ini menjadi bukti bagaimana sastra bisa menjadi pengetahuan yang menyelamatkan jiwa.

Heryadi, S. Ag., M. Pd., salah satu tokoh literasi di Pidie, juga menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan ini. "Menulis adalah sebuah karya yang dapat menginspirasi dan menyentuh hati. Harapannya, kegiatan menulis cerpen sebagai bagian dari literasi ini dapat terus dikembangkan oleh generasi muda," katanya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved