Haba Kemenag Aceh
Para Kontingen PON Rasakan Toleransi di Aceh, Atlet Non Muslim Tetap Bisa Beribadah
“Toleransi di sini bagus, saya non muslim tapi sangat dihargai, saya senang berada di Aceh,” ujar Dodi, yag juga kagum terhadap tari dan musik Aceh.
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Para kontingen Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut merasakan kedamaian selama berada di Aceh.
Mereka mengakui jika provinsi yang berjuluk Serambi Mekkah ini sangat toleransi dalam kehidupan beragama.
Beberapa kontingen yang non-muslim tidak menemukan masalah selama di Aceh.
Bahkan mereka tak dipaksakan untuk berpakaian seperti muslim. Bahkan, mereka juga terkejut bisa menemukan rumah ibadah agama lain, seperti gereja dan vihara di tengah pusat kota.

Salah seorang Kontingen Kalimantan Tengah, Dodi Andreas mengaku, meskipun dirinya beragama Kristen, ia disambut dengan hangat selama berada di Aceh, tanpa ada perlakuan yang berbeda untuk dirinya.
“Toleransi di sini bagus, saya non muslim tapi sangat dihargai, saya senang berada di Aceh,” ujar Dodi, yag juga kagum terhadap tari dan musik Aceh.

Sementara itu, Desak Made Rita, atlet jebolan Olimpiade Paris asal Bali mengaku merasakan kedamaian selama dirinya di Aceh. Menurutnya, orang-orang Aceh sangat ramah kepada siapapun dan menjunjung tinggi toleransi.
Ia mengakui, ini pertama kalinya ia menginjak kaki di Aceh. Sebelumnya ia banyak mendengar stigma negatif tentang Aceh.
Namun sesaat sudah berada di Aceh semua itu berubah, ia justru merasakan keramahan warganya. “Support masyarakatnya juga sangat luar biasa,” ujar Desak.
Atlet asal Kalimantan Barat, Tere, bahkan bisa dengan leluasa beribadah ke gereja di sela-sela pertandingan PON.
Ia bisa melihat langsung kehidupan umat beragama di Aceh yang sangat bertoleransi.
Baca juga: Revitalisasi KUA Beri Manfaat Besar bagi Masyarakat Aceh
Dalam postingan medsosnya, ia memperlihatkan atlet beragama katolik dari berbagai provinsi tetap bisa beribadah di Aceh.
Sementara itu, Kakanwil Kemenag Aceh, Azhari menyampaikan, bahwa Aceh sangat ramah kepada tamu, karena adat-istiadatnya memuliakan tamu.
Kemudian masyarakat Aceh sangatmoderat dalam hal menerima tamu dan menyesuaikan diri dengan perkembangan adat budaya.
Baca juga: Kakanwil Kemenag Aceh Pimpin Doa di Pembukaan PON XXI Aceh-Sumut 2024
Baca juga: Kepala Kanwil Kemenag Aceh Resmikan Program TBQ dan Limit di Kota Sabang
Misalnya, Aceh dikenal sebagai Serambi Makkah dengan pelaksanaan syariat Islam.
Namun masyarakat Aceh juga bersikap sangat toleran, ketika ada tamu yang datang ke Aceh.
“Saudara-saudara non-muslim itu tetap dihargai dan dihormati. Dalam perhelatan PON ke-21 ini berbagai provinsi hadir, dari seluruh Indonesia, tentu dengan ragam budaya, sikap, agama hadir di Aceh. Jadi masyarakat aceh sangat memahami itu. Masyarakat Aceh sangat menerima tamu dengan berbagai etnis yang datang di Aceh,” ujar Azhari.
“Mungkin ada yang sebelum ke Aceh menganggap kondisi Aceh bagaimana? Tetapi dapat dilihat, setelah tiba di Aceh bagaimana kondisinya, masyarakat sangat terbuka, sangat ramah dan welcome,” tambahnya.
Katanya, bagi seluruh tamu yang hadir, hanya menyesuaikan. Tentu yang bagi jemaah atau rombongan dari berbagai provinsi, ada yang muslim dan non-muslim, dari segi sikap, berpakaian, hanya menyesuaikan.
Bagi yang muslim tentu berpakaian muslim dan bagi yang non-muslim tidak dipaksa harus menggunakan jilbab, tapi menyesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Katanya, pihaknya dari Kementerian Agama sejak jauh hari sebelm PON sudah menyampaikan saran, pesan, melalui penyuluh dan penghulu dan juga para guru untuk menyampaikan pesan-pesan tentang ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basyariyah.
Artinya saling menguatkan, saling menghormati, saling meningkatkan rasa persaudaraan satu sama lain karena kita satu bangsa, dan toleransi atau kehidupan bersama di antara umat manusia.
“Oleh karenanya, ada image barangkali yang seolah olah, Aceh kurang aman, tentu bapak, ibu, saudara-saudara kami dari seluruh Indonesia yang hadir di Aceh dapat melihat sendiri bagaimana tolerannya masyarakat Aceh, bagaimana sikap dan kultur budaya,” paparnya.
Jadi, lanjutnya, toleransi itu bukan hanya dari segi kehidupan beragama, tapi juga kita toleransi menghargai akan budaya, sikap, perilaku masing-masing. Intinya saling menghargai dan menghormati, insyaallah pelaksanaan kegiatan PON ini berjalan dengan lancar dan sukses.
“Mengenai kuliner, kuliner itu ada hubungannya dengan halal. Jadi semua produk makanan yang dijaja atau dijual di venue-venue PON atau di kafe atau di warung-warung, itu semuanya makanannya yang halal. Jadi tidak perlu ragu, teman-teman silakan singgah di warung-warung atau di tempat-tempat jualan dekat dengan venue sudah tersedia berbagai jenis makanan,” tutupnya.(*)
Revitalisasi KUA Beri Manfaat Besar bagi Masyarakat Aceh |
![]() |
---|
Kakanwil Kemenag Aceh Hadiri Pembukaan KSM Myres Nasional di Kendari, Semangati Peserta dari Aceh |
![]() |
---|
Tingkatkan Mutu Literasi, Kemenag Aceh Sosialisasi AKMI 2023 |
![]() |
---|
Tim Falakiyah Kemenag Aceh Gelar Falak Camp di Tepi Danau Lut Tawar Aceh Tengah |
![]() |
---|
Serahkan 2.354 SK, Kakanwil Harapkan PPPK Kemenag Aceh Jaga Integritas |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.