Petani
Gepeubut Aceh: Ribuan Petani Krueng Pase belum Bisa Merasakan Makna Peringatan Hari Tani Nasional
Namun, di wilayah Krueng Pase, Aceh, para petani masih menghadapi berbagai permasalahan yang mempengaruhi kesejahteraan mereka, terutama kerusakan Ben
Penulis: Jafaruddin | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Jafaruddin I Aceh Utara
SERAMBINEWS.COM,LHOKSUKON - Peringatan Hari Tani Nasional (HTN) kembali diselenggarakan di seluruh Indonesia sebagai bentuk penghormatan atas peran petani dalam menjaga ketahanan pangan nasional.
HTN yang diperingati pada 24 September Tahun 2024 merupakan peringatan ke-64. Tujuan peringatan tersebut untuk mengapresiasi perjuangan para petani di Indonesia.
Namun, di wilayah Krueng Pase, Aceh, para petani masih menghadapi berbagai permasalahan yang mempengaruhi kesejahteraan mereka, terutama kerusakan Bendung Daerah Irigasi Krueng Pase yang belum kunjung selesai diperbaiki selama empat tahun terakhir.
Hal ini semakin memperparah keadaan karena tidak adanya kepedulian nyata dari pemerintah, baik Pemerintah Aceh Utara, Pemerintah Provinsi Aceh, maupun pemerintah pusat di bawah koordinasi Kementerian Pertanian.
“Bendung Irigasi Krueng Pase yang rusak selama empat tahun terakhir telah mematikan sumber kehidupan para petani di wilayah tersebut,” ujar Ketua Gerakan Pemuda Berusahatani (Gepeubut) Aceh, Zulfikar Mulieng SP MSi, dalam siaran pers yang diterima Serambinews.com, Senin (24/9/2024).
Baca juga: Petani Kian Sumringah, Harga TBS Kelapa Sawit Naik Terus di Nagan Raya, Kini Rp 2.380/Kg
Mereka tak lagi dapat menggarap lahan pertanian secara optimal karena kurangnya pasokan air.
Dampak dari kondisi ini semakin parah karena selama empat tahun terakhir tidak ada solusi alternatif yang diberikan oleh pemerintah untuk memastikan lahan pertanian mereka tetap produktif.
Ketua Gepeubut Aceh, menjelaskan bahwa selama bertahun-tahun, para petani merasa diabaikan oleh pemerintah.
Bukan hanya irigasi yang rusak, tapi perhatian pemerintah terhadap kondisi petani di Krueng Pase pun minim.
“Selama empat tahun, tidak ada dorongan maupun bantuan yang diberikan agar para petani bisa tetap memanfaatkan lahan mereka meskipun tanpa irigasi.
Baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat seharusnya hadir dengan solusi konkret, bukan hanya janji-janji,” tegas Zulfikar.
Kurangnya inisiatif pemerintah untuk mencarikan solusi jangka pendek maupun panjang, seperti pengadaan sumur bor, program tandon air, atau mekanisme pertanian alternatif, telah menyebabkan ribuan petani di Krueng Pase kehilangan penghasilan mereka.
Banyak petani yang tidak dapat menggarap lahan, yang pada akhirnya membuat perekonomian lokal stagnan.
“Seharusnya pemerintah lebih proaktif dalam menghadirkan solusi agar lahan tetap produktif, misalnya dengan memberikan akses kepada teknologi pertanian modern atau mengoptimalkan lahan non-irigasi dengan bantuan subsidi atau pelatihan,” ujar Zulfikar.
Berbulan-bulan Konflik dengan Gajah, Warga Aceh Barat Kini Bisa Bernapas Lega |
![]() |
---|
Tak Puas Berhubungan Badan, Titus Sutrisno Bunuh Sumiati Wanita Open BO di Tegal |
![]() |
---|
VIDEO Massa Bobol Blokade Polisi, Pendemo Lempari Mobil dengan Batu |
![]() |
---|
Daftar Lengkap Khatib dan Imam Shalat Jumat di Aceh Barat 29 Agustus 2025 |
![]() |
---|
Melvina Husyanti Ngaku Diperas Nikita Mirzani Rp 15 Miliar agar Produk Skincare Tak Direview Jelek |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.