Lhokseumawe

Belajar Pertukaran Budaya, Mahasiswa Malaysia Saksikan Tarek Pukat dan Kunjungi Kebun Kopi

Tarek Pukat adalah tradisi penangkapan ikan legal yang dilakukan nelayan dan telah dilakoni sejak masa Kesultanan Aceh...

Penulis: Jafaruddin | Editor: Eddy Fitriadi
Dok Panitia
Sebanyak delapan mahasiswa Universiti Kebangsaan Malaysia yang mengikuti Program Cultural Camp Unimal berkunjung ke sejumlah lokasi wisata yang berada di Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara. 

Laporan Jafaruddin I Lhokseumawe

SERAMBINEWS.COM,LHOKSEUMAWE – Sebanyak delapan mahasiswa Universiti Kebangsaan Malaysia yang mengikuti Program Joint Cultural Camp Sprint semester Ganjil 2024/2025 Universitas Malikussaleh (Unimal), pada Selasa (24/9/2024) sore, diperkenalkan tarek (tarik) pukat di Pantai Jagu (Jawa -Hagu) Kecamatan Banda Sakti Lhokseumawe.

Tarek Pukat adalah tradisi penangkapan ikan legal yang dilakukan nelayan dan telah dilakoni sejak masa Kesultanan Aceh, warisan abad ke-16.

Tarek pukat juga merupakan alat tangkap ikan yang ramah lingkungan yang sudah turun temurun dilakukan masyarakat Aceh di pesisir pantai.

Tarek pukat tersebut adalah satu dari serangkaian perkenalan budaya Aceh kepada mahasiswa yang mengikuti kelas internasional Pertukaran Budaya Antar Bangsa yang diikuti mahasiswa Asia dan Eropa nantinya.

Delapan mahasiswa tersebut tiba di Lhokseumawe pada 23 September 2024 via Bandara Malikussaleh, Aceh Utara.

“Tadi sore mereka diajak berkeliling lokasi wisata Pantai Jagu untuk memperkenalkan tradisi penangkapan ikan dengan cara tarek pukat,” ujar Ketua Pusat Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Unimal, Prof Dr M Sayuti, kepada Serambi, Selasa (24/9/2024).

Mereka mengaku belum pernah melihat proses penangkapan ikan dengan tarek pukat.

Disebutkan, delapan mahasiswa dari UKM dari Jurusan Ekonomi dan Pengurusan.

Masing-masing, Muhammad Awliya bin Mohd Fauzi, Muhammad Imran bin Amir Nushi, Akbar Faris Bin Mohd Saidinar, Muhammad Aqil Yaqin Bin Asfal.

Kemudian Muhammad Haziq Faizi Bin Hasan, Mohd Irfan Adli Bin Zailani, Khairyl Fathihin Bin Khairul Anuar dan Muhammad Aqil Fahmi Bin Ismail.

“Sehari sebelumnya mereka juga sudah diajak untuk ke Blang Weu Panjo Kecamatan Blang Mangat Lhokseumawe untuk melihat proses pembuatan rapai,” katanya.

Rapai adalah alat musik pukul yang berasal dari Aceh terbuat dari bahan dasar berupa kayu dan kulit binatang.

Bentuknya seperti rebana dengan warna dasar hitam dan kuning muda. 

Sejenis instrumen musik pukul (percussi) yang berfungsi pengiring kesenian tradisional.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved