Berita Banda Aceh

BNPB Sarankan Warga Aceh Pakai Aplikasi InaRisk untuk Pantau Risiko Bencana

Aplikasi tersebut dapat menyajikan tingkat risiko bencana sekaligus saran untuk langkah mitigasi yang akan dilakukan.

Editor: Faisal Zamzami
SERAMBINEWS.COM/RIANZA ALFANDI
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan pemahaman terkait penggunaan teknologi informasi kebencanaan terhadap masyarakat, di Banda Aceh, Rabu (9/10/2024). 

Laporan Rianza Alfandi | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH — Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyarankan masyarakat Aceh memanfaatkan aplikasi InaRisk untuk memantau risiko bencana

Aplikasi tersebut dapat menyajikan tingkat risiko bencana sekaligus saran untuk langkah mitigasi yang akan dilakukan.

“Harapannya inarisk ini memudahkan kita untuk mengenali ancaman bahaya bencana yang terjadi di sekitar kita. Jadi untuk diseminasi ke masyarakat bahwa di tempat itu, di tempat wilayah berada atau tinggal itu ada potensi bencana apa,” kata Analis Bencana Direktorat Sistem Penanggulangan Bencana BNPB, Didik Kurniawan, Rabu (9/10/2024). 

Didik menjelaskan, aplikasi InaRisk dapat diunduh melalui layanan Play Store maupun App Store. Aplikasi tersebut berbentuk portal kajian risiko bencana yang menampilkan informasi, ancaman bencana, kerentanan (populasi, kerugian fisik, ekonomi, dan lingkungan), kapasitas, hingga risiko bencana.

Selain itu, InaRisk juga dapat menampilkan pantauan indeks risiko bencana, sehingga mudah dipahami secara langsung oleh pengguna dan bisa dengan segera memutuskan langkah mitigasi. 

“Selain inaRISK portal sendiri, ada Inaris personal, di mana kalau Inaris personal ini berdasarkan koordinat, kita aktifkan GPS, di situ otomatis kelihatan di tempat kita berada ini ada potensi bencana apa,” jelasnya.

Baca juga: BNPB Minta Aceh Menjadi Wilayah Ramah Disabilitas Terhadap Mitigasi Bencana

Didik menuturkan, secara keakuratan data pihaknya tidak dapat menjamin secara pasti seperti yang akan terjadi lapangan. Pasalnya hasil kajian risiko bencana pada aplikasi InaRisk diperbarui lima tahun sekali.

“Jadi memang mungkin tidak sedinamis kejadian di lapangan, misalkan di lapangan dibangun bendungan, pasti otomatis akan berubah potensi bencananya. Tapi memang untuk pencegahan dan juga perencanaan, Inaris ini masih bisa digunakan,” jelasnya.

Dalam menyajikan data, kata Didik, InaRisk bekerja sama dengan berbagai lembaga lainnya seperti BMKG serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). 

Didik menambahkan, saat ini untuk kajian risiko aplikasi InaRisk belum bisa diakses tanpa adanya sambungan internet. Namun untuk melaporkan suatu kegiatan sudah bisa diakses secara offline.

“Misalnya di hutan tidak ada internet, tapi bisa dilapor di InaRisk personal. Lalu saat kita ke kota bisa diaktifkan secara otomatis saat ada internet,” ucapnya.

Meski sudah ada aplikasi, Didik mengakui bahwa kearifan lokal yang dimiliki masyarakat untuk melakukan mitigasi bencana juga tidak bisa ditinggalkan, sehingga perlu terus diwariskan. 

“Kearifan lokal juga sangat bagus untuk diwariskan sebagai salah satu waspada bencana, contohnya seperti kearifan lokal Smong di Simeulue,” pungkasnya.(*)

 

Baca juga: Andri Satria Resmi Pimpin Mualem Center Banda Aceh, Ini Harapan Ermiadi

Baca juga: Australia dan Indonesia Perluas Kerja Sama dalam Manajemen Risiko Bencana

Baca juga: Perkuat Pemahaman Islam, Ketua MPU Sosialisasi Fatwa dan Hukum ke Barat dan Selatan Aceh

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved