Rumah Pangan
Doktor Mustafa Abubakar Puji Terobosan Rumah Pangan Aceh
Semoga kedua aktivis ini berkah umurnya, tetap sehat, dan ke depannya lebih bermanfaat bagi masyarakat Aceh dan bangsa Indonesia
Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Yarmen Dinamika l Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM - Mantan menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang juga pernah menjabat Gubernur Aceh, Dr Ir Mustafa Abubakar MSi, memperkenalkan kepada khalayak di Banda Aceh tentang kehadiran dan kiprah Rumoh Pangan Aceh (RPA).
Mantan direktur utama Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) RI itu menyebutkan bahwa RPA didirikan pada bulan Juni 2024 yang dalam bahasa Inggrisnya dinamakan 'Aceh Food Bank' dan berkedudukan di Banda Aceh, ibu kota Provinsi Aceh.
RPA dibentuk dengan tujuan utama menghubungkan antara orang yang berkecukupan bahkan berkelebihan pangan dengan mereka yang membutuhkannya, tapi terbatas kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Hal itu disampaikan Mustafa selaku Pembina RPA di depan sekitar 60 orang yang diundang menghadiri malam silaturahmi dan syukuran terbentuknya RPA yang diketuai anak muda Aceh kreatif, Rivan Rinaldi.
Baca juga: Dukung Pogram Ketahanan Pangan, Babinsa di Panga Cek Ketersediaan Pupuk di Toko Pertanian
Silaturahmi tersebut dilaksanakan di kediaman Cut Soraya, Jalan Residen Danubroto Nomor 9, Geucu Kayee Jatoe, Banda Aceh, Jumat (25/10/2024) malam.
Syukuran dan silaturahmi itu bertepatan pula dengan ulang tahun tuan rumah (Cut Soraya) yang ke-64 dan ulang tahun ke-65 Darliza, istri Dr Mustafa Abubakar.
Cut Soraya yang kini menjabat Senior Vice President Stakeholder Relationship di PT Solusi Bangun Andalas atau SBA (dulunya bernama PT Semen Andalas Indonesia) itu merupakan salah satu Pembina RPA selain Mustafa Abubakar dan Yarmen Dinamika.
Hadir juga dari jajaran Pengawas RPA, antara lain, Dr Siti Rahmah SH MKn dan Yusra Iwata.
Mustafa yang juga Ketua Umum Diaspora Global Aceh (DGA) ini mengatakan bahwa RPA merupakan salah satu sayap DGA yang berkhidmah untuk membantu masyarakat Aceh yang kesulitan memenuhi kebutuhan pangannya sehari-hari.
Kehadiran lembaga seperti ini di Aceh, dinilai Mustafa sangat relevan dan urgen mengingat jumlah penduduk miskin di Aceh tertinggi di Sumatra.
Angka stunting (tengkes)-nya pun tinggi, yakni di peringkat 5 dan kasus 'wasting' (berat badan anak menurun drastis sehingga tidak sebanding dengan tinggi badannya) juga tinggi, yakni di urutan 7 dari 38 provinsi se-Indonesia.
Atas dasar itu, kata Mustafa, kehadiran lembaga yang mendedikasikan diri untuk mengatasi kelaparan dan masalah gizi lainnya di Aceh, seperti halnya RPA ini, sangatlah perlu.
"Selama ini ruang ini kosong. Kehadiran RPA justru untuk mengisi kekosongan tersebut," imbuh Mustafa.
Alumnus Insitut Pertanian Bogor ini menambahkan, meski baru seumur jagung, RPA sudah menunjukkan kiprah positif dan mengesankan.
Tanpa menunggu akta pendirian yayasannya rampung, RPA terus berkiprah. Antara lain, menggalang dan menyalurkan donasi dari masyarakat Aceh di dan di luar Aceh kepada kaum duafa di Aceh Besar dan Banda Aceh.
Program kemanusiaan yang sudah ditunaikan oleh RPA meliputi sedekah sayur (Jumat Berkah) setiap dua minggu, meliputi bayam, kangkung, selada, kacang panjang, dan terung. Juga ada sedekah telur ayam dan semangka.
Semua sayur mayur tersebut, termasuk semangka, dibeli langsung dari petani di sekitarn Aceh Besar dan Banda Aceh, lalu dibagi-bagikan kepada kaum ibu yang berada di bawah garis kemiskinan.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas gizi keluarga mereka.
"Nah, terobosan ini patut kita apresiasi karena bersentuhan langsung dengan kebutuhan masyarakat yang terbatas kemampuan ekonomnya," kata Mustafa.
Pria kelahiran Meureudu, Pidie Jaya pada 15 Oktober 1949 ini juga memuji prakarsa RPA yang hampir setiap minggu menyelenggarakan 'sharing session' atau ajang berbagi dengan kaum milenial Aceh.
'Sharing session' ini dilaksanakan secara hybrid dengan mengundang narasumber asal Aceh di dalam dan luar negeri.
Topik yang dibahas, antara lain, kiat-kiat dalam mendapatkan beasiswa bahkan pekerjaan di luar negeri.
Program 'sharing session' ini kerap terlaksana atau kolaborasi RPA dengan Forum Mahasiswa Aceh Sedunia (Formad).
Lagi pula, mayoritas pengurus harian RPA merupakan lulusan S-2 dari luar negeri.
Dalam sambutannya, Mustafa Abubakar juga mengungkapkan bahwa pada Jumat siang kemarin ia sudah bertemu dengan Pj Gubernur Aceh, Dr Safrizal MSi.
Dalam pertemuan itu, selain dibicarakan soal kemungkinan menghidupkan kembali PT Kertas Kraft Aceh (KKA) di Aceh Utara, juga ia laporkan tentang eksistensi RPA.
Menurut Mustafa, Pj Gubernur Aceh sangat mendukung kelahiran dan kiprah RPA karena sangat relevan dengan kondisi Aceh yang masih banyak penduduknya yang miskin.
Apalagi istri Pj Gubernur Aceh sudah pernah menerima audiensi pengurus RPA yang difasilitasi oleh Cut Soraya.
Pada kesempatan itu Mustafa juga mengucapkan selamat kepada pengurus harian RPA yang dinakhodai Rivan Rinaldi atas prestasi RPA meraih juara II nasional Lomba Cerita Praktik Baik Pengurangan Susut dan Sisa Pangan.
Lomba ini dilaksanakan oleh
Jejaring Pascapanen untuk Gizi Indonesia (JP2GI).
Di akhir sambutannya,
Mustafa juga mengucapkan selamat ulang tahun kepada Cut Soraya dan istrinya, Darliza yang berulang tahun minggu ini.
"Semoga kedua aktivis ini berkah umurnya, tetap sehat, dan ke depannya lebih bermanfaat bagi masyarakat Aceh dan bangsa Indonesia," demikian Mustafa Abubakar.
Acara silaturahmi dan syukuran itu diawali dengan makan malam dan diakhiri dengan foto bersama. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.