Harga Emas

Ternyata Ini Alasan Emas Kembali Melonjak Tajam Menurut Riset Goldman Sachs

Harga emas diperkirakan akan terus mengalami kenaikan yang signifikan, dengan proyeksi mencapai $3.000 per ons troy pada akhir 2025.

Penulis: Sri Anggun Oktaviana | Editor: Muhammad Hadi
AFP
Emas batangan Afghanistan di Amerika Serikat 

SERAMBINEWS.COM- Harga emas diperkirakan akan terus mengalami kenaikan yang signifikan, dengan proyeksi mencapai $3.000 per ons troy pada akhir 2025.

Menurut riset Goldman Sachs, ada beberapa faktor yang mendasari lonjakan harga emas, termasuk peningkatan pembelian oleh bank sentral, perubahan kebijakan moneter oleh The Federal Reserve (Fed), dan kekhawatiran akan ketidakpastian ekonomi global.

Salah satu alasan utama di balik lonjakan harga emas adalah peningkatan pembelian emas oleh bank sentral, terutama dari negara-negara pasar berkembang.

Sejak pembekuan aset bank sentral Rusia pada tahun 2022 akibat invasi ke Ukraina, bank sentral di negara-negara ini mulai meningkatkan cadangan emas mereka sebagai langkah untuk mengurangi ketergantungan pada mata uang global seperti dolar AS. 

Goldman Sachs mencatat bahwa pembelian emas oleh bank sentral negara-negara berkembang telah melonjak, dengan beberapa negara pasar berkembang kini mengejar cadangan emas yang lebih besar untuk "mengejar" negara-negara maju.

Baca juga: Harga Emas Hari Ini Melonjak Tajam, Berikut Rincian Harga Emas Per Gram Senin 18 November 2024

Bank sentral di negara maju seperti AS, Prancis, Jerman, dan Italia, yang memiliki cadangan emas yang mencakup hingga 70 persen dari total cadangannya, menjadi acuan. Sementara itu, bank sentral di negara berkembang seperti China hanya memiliki sekitar 5?ri cadangannya dalam bentuk emas.

Harga emas juga didorong oleh ketidakpastian geopolitik dan kekhawatiran tentang stabilitas ekonomi global. Beberapa faktor yang memperburuk ketidakpastian ini termasuk ketegangan perdagangan yang meningkat, risiko dari kebijakan moneter Federal Reserve yang dapat mempengaruhi nilai dolar, serta kekhawatiran terhadap keberlanjutan utang pemerintah AS yang telah mencapai sekitar $35 triliun, atau 124?ri PDB AS.

Emas sering dianggap sebagai aset aman (safe haven) yang dapat melindungi nilai kekayaan dari gejolak ekonomi atau geopolitis. Dengan potensi lonjakan ketegangan internasional dan risiko fiskal AS, banyak investor melihat emas sebagai tempat yang lebih aman untuk menyimpan aset mereka.

Secara tradisional, harga emas cenderung bergerak seiring dengan perubahan suku bunga. Ketika suku bunga naik, emas yang tidak menghasilkan imbal hasil menjadi kurang menarik, sedangkan saat suku bunga turun, emas menjadi lebih menarik.

 Meskipun hubungan ini tetap berlaku, pembelian emas oleh bank sentral telah mengubah dinamika ini, dengan permintaan yang kuat dari bank sentral menyebabkan harga emas terus naik meskipun suku bunga tetap rendah.

Goldman Sachs memperkirakan bahwa seiring dengan penurunan suku bunga yang diperkirakan akan terjadi pada 2025, kepemilikan emas, terutama dalam bentuk ETF (exchange-traded funds), akan meningkat.

Penurunan suku bunga akan membuat emas lebih menarik bagi investor jangka panjang, yang beralih ke emas sebagai lindung nilai terhadap potensi inflasi dan ketidakstabilan ekonomi.

Banyak investor Barat, yang sebelumnya cemas membeli emas pada harga tinggi, kini mulai kembali tertarik untuk berinvestasi dalam emas.

Beberapa investor merasa telah "ketinggalan" reli harga emas dan khawatir membeli emas pada harga puncak. Namun, Goldman Sachs melihat bahwa kepemilikan emas dalam bentuk ETF akan meningkat secara bertahap seiring dengan penurunan suku bunga.

"Investor dalam jangka panjang kini tertarik untuk memegang emas karena suku bunga lebih rendah," kata Lina Thomas, analis di Goldman Sachs.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved