Pilkada Aceh 2024

Sulaiman-Abdul Hamid SAH: Ekonomi Hijau Landasan Pembangunan Aceh Timur

Paslon Nomor Urut 1, H. Sulaiman (Tole) dan Abdul Hamid (Apong) punya mimpi besar untuk memajukan kabupaten terluas nomor dua di Aceh ini.

Penulis: Maulidi Alfata | Editor: IKL
for Serambinews.com
Calon Bupati dan Wakil Bupati Aceh Timur Sulaiman (Tole) dan Abdul Hamid (Apong), saat debat kandidat di Aula Dishub Aceh Timur, Selasa (12/11/2024). 

Laporan Maulidi Alfata | Aceh Timur

SERAMBINEWS.COM,IDI – Pasangan Calon Bupati-Wakil Bupati Aceh Timur Nomor Urut 1, H. Sulaiman (Tole) dan Abdul Hamid (Apong) punya mimpi besar untuk memajukan kabupaten terluas nomor dua di Aceh ini.

Selain menyusun berbagai program inovatif yang pro rakyat, Sulaiman-Abdul Hamid (SAH) juga telah menyiapkan skema pembangunan ‘Ekonomi Hijau’ sebagai landasan pembangunan dan menuangkannya ke dalam visi misi mereka dalam membangun Aceh Timur.

H. Sulaiman atau akrab disapa Haji Tole mengatakan, pembangunan ekonomi hijau adalah konsep yang menggabungkan upaya percepatan atau pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas lingkungan hidup.

Calon Bupati dan Wakil Bupati Aceh Timur Sulaiman (Tole) dan Abdul Hamid (Apong), saat debat kandidat di Aula Dishub Aceh Timur, Selasa (12/11/2024).
Calon Bupati dan Wakil Bupati Aceh Timur Sulaiman (Tole) dan Abdul Hamid (Apong), saat debat kandidat di Aula Dishub Aceh Timur, Selasa (12/11/2024). (for Serambinews.com)

Dalam penerapannya, ekonomi hijau memiliki lima prinsip utama. Lima prinsip tersebut menjadi indikator inisiatif ekonomi hijau yakni Kesejahteraan, Keadilan, Batas Alam, Efisiensi dan Kecukupan serta Good Governance.

Salah satu rencana yang dicanangkan adalah penurunan angka kemiskinan petani kelapa sawit di Aceh Timur dengan mengadopsi Peta Jalan Kelapa Sawit Berkelanjutan Aceh sebagai bagian dari upaya pembangunan berkelanjutan Provinsi Aceh yang tertuang dalam Rencana Pertumbuhan Hijau (Green Growth Plan) Provinsi Aceh 2020-2050.

Haji Tole menyebutkan, luas lahan perkebunan sawit Aceh Timur saat ini sekitar 73 ribu hektar dan sekitar 30 ribu hektar di antaranya merupakan kebun sawit rakyat. Pada tahun 2023, sekitar 17 ribu petani sawit Aceh Timur hanya mampu menghasilkan produksi 197.340 ton Tandan Buah Segar (TBS).

“Petani kita masih mengandalkan luas lahan untuk meningkatkan produktivitas. Jika dikalkulasikan, rata-rata petani kita hanya mampu mengahasilkan 13 ton/ha, jauh di bawah standar Kementerian Pertanian sebesar 30 ton/ha,” kata Haji Tole, Kamis (21/11).

Sebagai salah satu daerah penghasil kelapa sawit terbesar di Aceh, Haji Tole mengaku akan memprioritaskan peningkatan ekonomi petani kelapa sawit di Kabupaten Aceh Timur, yang juga salah satu komoditas unggulan daerah ini.

Sebagaimana diketahui, kelapa sawit memberikan kontribusi tertinggi dalam Nilai Tukar Petani (NTP) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Oleh karena itu, kelapa sawit bernilai strategis untuk mempercepat pencapaian indikator pembangunan Aceh Timur.

Terutama untuk menurunkan angka kemiskinan melalui peningkatan kesejahteraan petani, meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), penciptaan lapangan kerja dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Aceh melalui hilirisasi.

Namun, peningkatan produksi itu perlu dibarengi dengan perlindungan kawasan hutan dan inklusi sosial demi masa depan Aceh Timur yang berkelanjutan.
“Jika produktivitas meningkat dan petani sejahtera, secara otomatis mereka tidak akan memperluas lahan apalagi sampai merusak hutan sehingga lingkungan kita akan lebih terjaga dan tingkat Deforestasi juga akan menurun.

Calon Bupati dan Wakil Bupati Aceh Timur Sulaiman (Tole) dan Abdul Hamid (Apong), saat debat kandidat di Aula Dishub Aceh Timur, Selasa (12/11/2024).
Calon Bupati dan Wakil Bupati Aceh Timur Sulaiman (Tole) dan Abdul Hamid (Apong), saat debat kandidat di Aula Dishub Aceh Timur, Selasa (12/11/2024). (for Serambinews.com)

 Masyarakat yang dibekali dengan pemahaman lingkungan yang baik akan menjadi benteng terbaik untuk melindungi keanekaragaman hayati kita di Aceh Timur” jelasnya.

Selain itu, sebagian wilayah Kabupaten Aceh Timur merupakan bagian dari Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), yang menjadi Kawasan Strategis Nasional (KSN) dengan fungsi daya dukung lingkungan hidup yang amat berharga.

Oleh karena itu, KEL menjadi salah satu kawasan penting dunia yang menjadi habitat bagi empat mamalia besar, yaitu Gajah, Harimau, Badak dan Orangutan. Status konservasi empat mamalia besar ini sudah terancam punah dan dilindungi oleh Undang-Undang.

“Kita sadar betul bahwa dengan menjaga hutan khususnya Leuser, akan menyelamatkan kita dan generasi kita di masa mendatang. Bagaimana kita bisa hidup tanpa air dan oksigen, sehingga sumber air dan oksigen ini harus kita jaga dan kita lestarikan,” pungkasnya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved