Luar Negeri

Sosok Abu Mohammed al-Jawlani, Pimpin Pemberontakan Gulingkan Assad, AS Hargai Kepalanya Rp158 M

Abu Mohammed al-Jawlani, yang dituduh sebagai pelanggar hak asasi manusia, memimpin HTS, yang merupakan jaringan al-Qaeda

|
Editor: Faisal Zamzami
Tangkap layar X
Abu Mohammed al-Jawlani. Kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) kini menguasai Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah, melalui serangan mendadak yang dipimpin oleh Abu Mohammed al-Jawlani. 

Golani menyebut label teroris yang diberikan kepadanya sebagai sesuatu yang tidak adil, dan menyatakan bahwa ia menentang pembunuhan orang-orang tak bersalah.

Ia juga menjelaskan bagaimana Front Nusra berkembang dari hanya enam orang yang ikut bersamanya dari Irak menjadi 5.000 anggota dalam waktu satu tahun.

Namun, ia menegaskan bahwa kelompoknya tidak pernah menjadi ancaman bagi Barat.

"Saya tegaskan kembali - keterlibatan kami dengan Al-Qaeda telah berakhir, dan bahkan ketika kami bersama Al-Qaeda, kami menentang operasi di luar Suriah. Itu sepenuhnya bertentangan dengan kebijakan kami," katanya.

Pada tahun 2013, Golani terlibat dalam perang berdarah melawan sekutunya di masa lalu, Baghdadi, karena ISIS mencoba menumbangkan Front Nusra.

 
Meskipun berafiliasi dengan Al-Qaeda, Nusra dianggap lebih toleran dan tidak sekejam ISIS dalam berurusan dengan warga sipil dan kelompok pemberontak lainnya.

ISIS kemudian dikalahkan dari wilayah yang mereka kuasai di Suriah dan Irak oleh sejumlah musuh, termasuk aliansi militer yang dipimpin AS.

Setelah ISIS runtuh, Golani memperkuat cengkeraman HTS di provinsi Idlib, barat laut Suriah.

Ia mendirikan pemerintahan sipil yang disebut Pemerintahan Keselamatan.

Pemerintahan Assad memandang HTS sebagai kelompok teroris, sama seperti pemberontak lainnya yang bangkit melawan pemerintahannya.

Dengan pemberontak Muslim Sunni kini maju, HTS telah mengeluarkan beberapa pernyataan yang berusaha meyakinkan komunitas Syiah Alawi dan minoritas lainnya di Suriah.

Salah satu pernyataan mendesak kaum Alawi untuk meninggalkan pemerintahan Assad dan bergabung dengan masa depan Suriah yang tidak menganut sektarianisme.

Dalam sebuah pesan kepada penduduk Kristen di selatan Aleppo pada Rabu, Golani mengatakan bahwa mereka akan dilindungi, dan harta benda mereka akan dijaga.

Ia juga mengimbau mereka untuk tetap tinggal di rumah dan menolak "perang psikologis" yang dilakukan oleh pemerintah Suriah.

"Kelompok Golani berusaha mengklaim warisan revolusioner, dengan mengatakan bahwa mereka adalah bagian dari gerakan 2011, orang-orang yang bangkit melawan Assad, sambil tetap menganut Islam," ujar seorang pengamat.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved