Membangun Generasi Emas, ALSA LC USK Gelar Talkshow Pendidikan Menuju Indonesia 2045

Menghadirkan narasumber berpengalaman seperti akademisi, praktisi, dan perwakilan pemerintah, talkshow ini dirancang untuk...

Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Eddy Fitriadi
For Serambinews.com
ALSA LC Universitas Syiah Kuala (USK) menggelar agenda puncak berupa talkshow bertema "Dari Kota ke Desa: Apakah Serambi Mekkah Siap Menyongsong Indonesia Emas 2045?”, Jumat (13/12/2024) di Banda Aceh. 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Sebagai bagian dari rangkaian acara ALSA Care and Legal Clinic (CLCC) 2024, ALSA LC Universitas Syiah Kuala (USK) dengan bangga menggelar agenda puncak berupa talkshow bertema "Dari Kota ke Desa: Apakah Serambi Mekkah Siap Menyongsong Indonesia Emas 2045?”, Jumat (13/12/2024) di Banda Aceh.

Acara ini bertujuan untuk menggali tantangan dan peluang dalam dunia pendidikan, khususnya di Aceh, sebagai daerah yang memiliki keistimewaan.  

Menghadirkan narasumber berpengalaman seperti akademisi, praktisi, dan perwakilan pemerintah, talkshow ini dirancang untuk memberikan wawasan strategis tentang upaya pemerataan pendidikan di Indonesia. 

Para pembicara akan mengupas berbagai sudut pandang mulai dari kebijakan publik, implementasi program, hingga tantangan di lapangan terkait pendidikan di daerah terpencil.  

Pendidikan, sebagai fondasi utama dalam membangun generasi emas, masih dihadapkan pada berbagai kendala. Salah satu tantangan besar adalah akses pendidikan yang tidak merata, di mana banyak anak di pedalaman dan perbatasan belum mendapatkan pendidikan layak. Selain itu, birokrasi yang kompleks dalam proses pembangunan fasilitas pendidikan sering menjadi penghambat.  

Menurut Taufiq Fahrizal, perwakilan dari Bappeda Aceh, penempatan tenaga pendidik di daerah terpencil menjadi isu penting yang perlu perhatian. “Banyak guru enggan ditempatkan di daerah terpencil karena keterbatasan infrastruktur dan fasilitas. Selain itu, beban administrasi yang tinggi juga mengurangi fokus guru pada pembelajaran,” ujarnya. Beliau menekankan perlunya fleksibilitas dalam pengelolaan administrasi agar guru dapat lebih optimal dalam mengajar.  

Selain itu, Direktur Eksekutif Flower Aceh, Riswati, menyoroti permasalahan kesenjangan akses pendidikan bagi perempuan akibat budaya patriarki. “Padahal, pendidikan perempuan sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga dan mengurangi kesenjangan gender,” jelasnya.  

Sebagai penutup, talkshow ini tidak hanya menjadi ajang diskusi, tetapi juga sebuah langkah nyata untuk membangun kesadaran dan komitmen bersama dalam mewujudkan pendidikan yang merata, berkualitas, dan inklusif di Aceh serta Indonesia. Harapannya, gagasan dan solusi yang lahir dari talkshow ini dapat menginspirasi perubahan positif, memperkuat sinergi antar pemangku kepentingan, dan menjadi pijakan untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.

Sebagai kontribusi nyata, ALSA LC USK juga turut mempersembahkan advokasi hukum berupa Policy Brief berjudul “Memperkuat Pemerataan Pendidikan di Aceh: Strategi Hukum dan Kebijakan untuk Mengatasi Kesenjangan antara Kota dan Desa”.  

Melalui Advokasi ini, ALSA LC USK berharap dapat menjadi katalisator perubahan, memotivasi masyarakat untuk mendukung akses pendidikan yang merata, dan mendorong pemerintah memberikan perhatian lebih kepada daerah-daerah yang selama ini kurang tersentuh. Dengan semangat kebersamaan, mari wujudkan cita-cita pendidikan inklusif dan berkeadilan demi masa depan Aceh dan Indonesia yang lebih cerah.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved