Opini

Dua Dekade Melawan Lupa

Disamping itu sebagai orang Aceh kita tidak boleh lupa bahwa saat terjadi peristiwa tersebut berbagai macam pendapat dan pertanyaan muncul. Salah sat

Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/FOR SERAMBINEWS
Dr. Munawar  A. Djalil, pegiat dakwah dan Kadisdik Dayah Aceh. 

Oleh: Dr. Munawar  A. Djalil*)

KETIKA berbicara Aceh semua orang didunia akan mengingatnya karena dua hal. Pertama, Aceh tak pernah luput dari perlawanan  dan konflik. Kedua, karena alasan gempa dan tsunami. Dua dekade lalu tepatnya 26 Desember 2004 peristiwa dahsyat tersebut telah meluluhlantakkan Aceh, banyak korban meninggal dengan kesedihan yang tak terperi. Sejak saat itu semua orang di dunia tertuju ke Aceh dengan beragam simpati dan empati. Rehab rekon pun dilakukan dari sumber donasi dunia bahkan tercatat 54 negara telah membantu Aceh, melakukan recovery hingga kemudian Aceh kembali pulih. Sangat patut diucapkan, Thanks to the world

Disamping itu sebagai orang Aceh kita tidak boleh lupa bahwa saat terjadi peristiwa tersebut berbagai macam pendapat dan pertanyaan muncul. Salah satunya yang sangat memiriskan adalah bahwa peristiwa tersebut adalah kutukan bahkan siksaan Allah bagi masyarakat Aceh disebabkan banyak darah yang tumpah akibat konflik yang berkepanjangan. Sementara pertanyaannya berkisar musibah tersebut apakah wujudnya berupa ujian atau siksaan.

Karena pertanyaan biasanya kontan terbesit ketika kita mendengar dan melihat kabar yang mengiris hati seperti musibah yang melanda Aceh atau kiamat-kiamat kecil lainnya. Mengapa Allah mentakdirkan demikian, apa artinya,  kadang kita menambahkan hampir dengan rasa frustasi terutama ketika musibah itu melanda bagian dari kita yang selama ini yang beberapa dekade lalu sudah kenyang penderitaan.

Syahdan, tulisan ini hanya sebagai penjelas atas pertanyaan yang tentunya akan sulit kita jawab bila kita tidak memahami bahwa musibah itu merupakan ujian yang diberikan Allah SWT. Allah menciptakan dunia sebagai ujian bagi manusia. Sebagaimana sifat ujian itu sendiri terkadang dia menguji manusia dengan kesenangan terkadang juga dengan penderitaan. 

Allah memberikan musibah sebagai ujian bukan bermakna Allah itu kejam dan marah kepada kita namun sebagai peringatan supaya kita kembali kepada jalan yang benar, kalau memang Allah itu marah mustahil Allah mempunyai sifat Pengasih lagi Maha Penyayang. 

Orang-orang yang menilai berbagai peristiwa tidak berdasarkan Al-Quran tidak mampu menafsirkan secara tepat berbagai peristiwa tersebut, kemudian menjadi bersedih hati dan kehilangan harapan. Padahal Allah mengungkapkan rahasia penting dalam Al-Quran yang hanya dapat difahami oleh orang-orang  yang benar-benar beriman. Allah berfirman dalam Surat Asy-Syarh Ayat 5-6: "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan". (Asy-Syarh : 5-6)

Dengan memahami rahasia ini, orang-orang yang beriman menjumpai kebaikan dan keindahan dalam setiap musibah. Musibah dan penderitaan tidak membuat mereka merasa gentar dan khawatir. Mereka justru bersyukur karena kerugian di dunia tidak ada apa-apa dibandingkan dengan kerugian di akhirat. Kerugian di akhirat artinya azab yang kekal abadi dan sangat pedih. Orang-orang yang tetap sibuk mengingat akhirat melihat setiap musibah sebagai kebaikan dan keindahan untuk menuju kehidupan akhirat. Orang-orang yang bersabar dengan musibah sebagai ujian Allah akan menyadari bahwa dirinya sangat lemah di hadapan Allah.

Dalam setiap musibah sebagai  ujian banyak sekali hikmah dan pelajaran yang dapat dijadikan I'tibar bagi orang yang beriman. Allah mentakdirkan sesuatu bukan tanpa tujuan (sia-sia) melainkan terdapat rahmat dan nikmat bagi orang-orang yang bersyukur. Musibah tsunami dua dekade  lalu merupakan ujian yang sangat berat bagi masyarakat Aceh sebagai peringatan Allah bahwa mungkin selama ini kita telah dininabobokan oleh kenikmatan dunia dengan membengkalaikan pengabdian kita kepada Allah.

Kecuali itu, dalam Al-Quran Allah telah menjelaskan rahasianya dengan kisah-kisah silam tentang musibah yang diberikan kepada suatu negeri yang telah ingkar atas nikmat Allah dengan melakukan kemaksiatan dan kezaliman seperti kehancuran negeri Saba (Surat Saba : 15-16)  Allah juga memberikan peringatan kepada kaum Nabi Shaleh akibat kecongkakan dan kesombongan mereka ( Al-'araf: 78-79). Allah pula memberikan peringatan kepada kaum Nabi Hud ('Ad) yang menolak ajakan Nabinya dengan memusnahkan mereka (Al-'Araf: 72) Begitu pula dengan kaum Nabi Luth yang dihancurkan Allah dengan menurunkan hujan batu dari langit (Al-'Araf: 83-84). Di samping itu pula Allah membinasakan penduduk Madyan yang ingkar terhadap Nabi Syu'aib ( Al-'Araf: 91} Ayat-ayat di atas menjelaskan sebuah rahasia bahwa Allah memberikan bala dan musibah akibat dari tingkah polah penduduk negeri itu sendiri. Dalam perspektif Islam bencana itu identik dengan musibah yang didatangkan Allah kepada suatu kaum yang sudah mengabaikan perintahNya.

Demikianlah Allah telah menjelaskan berbagai bentuk rahasianya dalam Al-Quran, bahwa perumpamaan bangsa dan kaum yang telah dimusnahkan Allah hanya karena ulah dan kejahatan mereka sendiri. Harun Yahya seorang pakar sejarah dan tamaddun Islam menceritakan sebab musabab hancurnya suatu kaum dan bangsa disebabkan karena perilaku dan kesalahan yang dilakukan oleh generasi setiap kaum itu sendiri. Musibah Aceh pula terdapat kemiripan dengan kemusnahan-kemusnahan generasi pada suatu kaum di masa lalu. Artinya musibah yang melanda kaum terdahulu juga telah dirasakan oleh masyarakat Aceh dengan musibah gempa dan tsunami

Dalam pantauan sejarah, di Aceh pernah terjadi tiga kali banjir air laut dahsyat: 1768, 1869 dan 2004. Dahulu bukan tsunami tetapi namanya Seumong atau ada juga namanya Ie Beuna. Namun sebagai muslim beriman kita tak boleh lupa bahwa Tsunami bukanlah satu kejadian aneh. Peristiwa tumpahnya air laut ke darat kemudian dikenal seumomg, ie beuna dan tsunami adalah fenomena alam yang merupakan gambaran peristiwa dahsyat yang akan terjadi menjelang kiamat. Al-quran telah menjelaskan tentang peristiwa tumpah air laut ke darat yaitu dalam Al-Infithar ayat 3 Allah menyebut kalimat “Fujjirat” yang artinya air laut diluapkan istilah sekarang tsunami dalam terminologi Islam disebut fujjirat atau tafjir.

Pada dataran ini musibah tsunami yang terjadi di Aceh  bagi kaum beriman merupakan peringatan Allah supaya kita yang masih hidup dan tinggal ini untuk terus meningkatkan ibadah kepadaNya. Banyak generasi Aceh yang hilang dan wafat ditelan tsunami, maka sudah sepatutnya setelah dua dekade (20 tahun) kita mesti mempersiapkan diri agar menjadi hamba Allah yang selalu bersyukur dengan cara memperbaiki kualitas dimensi hablumminallah dan hablumminannas sehingga Allah menghindarkan kita dari musibah di dunia lebih-lebih azab di akhirat (neraka). 

The last but not least, sebagai refleksi dua dekade melawan lupa bahwa endatu kita dahulu pernah mengingatkan bahwa suatu saat nanti apabila penduduk negeri ini (Aceh) sudah sangat zalim, bejat moralnya dan mengabaikan Syariat, maka air laut akan naik memusnahkan mereka agar bumi Aceh tetap bersih seperti sedia kala.  Allahu a'lam.

*) Penulis adalah pegiat dakwah dan Kadisdik Dayah Aceh

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved