20 Tahun Tsunami Aceh

Kisah Baby 81, Bayi Korban Tsunami 20 Tahun Lalu yang Telah Beranjak Dewasa, Begini Nasibnya

Ayahnya, Murugupillai Jayarasa, menghabiskan tiga hari mencari keluarganya yang terpisah akibat tsunami. 

Editor: Faisal Zamzami
Tangkap Layar
Jayarasa Abilash, yang dikenal sebagai Baby 81, tertidur di pelukan ibunya Jenita, sementara ayahnya, Murugupillai, membantunya merasa nyaman selama sesi foto di New York, Rabu, 2 Maret 2005. 

 "Ketika gempa terjadi, saya masih merasakan trauma di mana kaki saya tidak dapat digerakkan dalam beberapa detik," ungkapnya.

Trauma yang mendalam juga dialami oleh banyak penyintas lain, bahkan hingga kini, masih ada yang belum berani kembali ke Aceh.

Ia menekankan pentingnya penanggulangan trauma dalam mitigasi bencana.

Menurutnya, perhatian terhadap aspek psikologis dan emosional para korban sangat penting untuk membantu mereka melanjutkan kehidupan dan mengatasi trauma yang ditinggalkan bencana.

 "Penanggulangan trauma sangat perlu diperhitungkan dalam sebuah mitigasi bencana agar kita semua bisa move on," katanya dengan penuh harap.

Meskipun menjadi yatim piatu dan penyandang disabilitas, ia tidak pernah menyerah. Ia merasa mendapatkan kekuatan dari mereka yang memberikan perhatian dan kasih sayang kepadanya, yang membantunya untuk terus berjuang.

 Tsunami Aceh 2004 mungkin telah meninggalkan luka yang dalam, namun para penyintas, seperti Delisa, menunjukkan bahwa dengan dukungan dan kasih sayang, mereka mampu menemukan kembali kekuatan dalam hidup mereka.(*)

 

Baca juga: Refleksi Dua Dekade Tsunami Aceh dan Momentum Muhasabah 

Sebagian Sudah tayang di Kompastv

 

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved