20 Tahun Tsunami Aceh
Kisah Baby 81, Bayi Korban Tsunami 20 Tahun Lalu yang Telah Beranjak Dewasa, Begini Nasibnya
Ayahnya, Murugupillai Jayarasa, menghabiskan tiga hari mencari keluarganya yang terpisah akibat tsunami.
"Ketika gempa terjadi, saya masih merasakan trauma di mana kaki saya tidak dapat digerakkan dalam beberapa detik," ungkapnya.
Trauma yang mendalam juga dialami oleh banyak penyintas lain, bahkan hingga kini, masih ada yang belum berani kembali ke Aceh.
Ia menekankan pentingnya penanggulangan trauma dalam mitigasi bencana.
Menurutnya, perhatian terhadap aspek psikologis dan emosional para korban sangat penting untuk membantu mereka melanjutkan kehidupan dan mengatasi trauma yang ditinggalkan bencana.
"Penanggulangan trauma sangat perlu diperhitungkan dalam sebuah mitigasi bencana agar kita semua bisa move on," katanya dengan penuh harap.
Meskipun menjadi yatim piatu dan penyandang disabilitas, ia tidak pernah menyerah. Ia merasa mendapatkan kekuatan dari mereka yang memberikan perhatian dan kasih sayang kepadanya, yang membantunya untuk terus berjuang.
Tsunami Aceh 2004 mungkin telah meninggalkan luka yang dalam, namun para penyintas, seperti Delisa, menunjukkan bahwa dengan dukungan dan kasih sayang, mereka mampu menemukan kembali kekuatan dalam hidup mereka.(*)
Baca juga: Refleksi Dua Dekade Tsunami Aceh dan Momentum Muhasabah
Sebagian Sudah tayang di Kompastv
Doa 20 Tahun Tsunami Dengan Buku Diplomasi Bencana |
![]() |
---|
Ribuan Masyarakat Larut dalam Tafakur, Jepang Puji Mitigasi Bencana di Aceh |
![]() |
---|
Ketua PIM Aceh Santuni Anak Disabilitas dalam Kegiatan Zikir dan Doa Bersama 20 Tahun Tsunami |
![]() |
---|
UUI dan PIM Peringati 20 Tahun Tsunami, Ustadz Zul Arafah Pimpin Zikir dan Doa Bersama |
![]() |
---|
Aa Gym Ajak Masyarakat Jadikan Tragedi Tsunami Aceh sebagai Pelajaran Spiritual |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.