20 Tahun Tsunami Aceh

Ribuan Masyarakat Larut dalam Tafakur, Jepang Puji Mitigasi Bencana di Aceh

Ribuan masyarakat Aceh, termasuk para penyintas dan keluarga korban, larut dalam suasana haru dan khidmat saat mengikuti peringatan 20 tahun gempa dan

|
Editor: mufti
SERAMBINEWS.COM/HARI TEGUH PATRIA
Seorang pengunjung mengamati nama-nama korban tsunami Aceh 26 Desember 2004 yang diabadikan di ruang "Sumur Doa" Museum Tsunami Aceh, Banda Aceh, Sabtu (14/5/2017). 

“Jasa-jasa anda akan selalu terukir dalam sejarah Aceh, abadi dalam setiap relung hati kami. Semoga Allah SWT membalas kebaikan anda semua dengan pahala yang berlipat ganda,” pintanya.

Tak hanya itu, tsunami juga mengakhiri konflik antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Pemerintah RI yang telah berlangsung selama 30 tahun. Lewat peringatan dua dekade tsunami Aceh ini, Safrizal mengajak masyarakat Aceh untuk memperkuat keimanan, memperbaiki hubungan dengan Allah, dan meningkatkan kepedulian terhadap sesama. 

“Bencana ini mengajarkan kita untuk selalu tawakal, bersyukur dalam segala keadaan, dan menjadikan ujian sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada sang khalik,” pungkasnya.

Pujian dari Jepang

Peringatan 20 tsunami Aceh yang bertajuk ‘Aceh Thanks The World’ ini  dihadiri puluhan konsulan dan duta besar dari berbagai negara yang turut membantu Aceh kala musibah gempa dan tsunami menerjang pada 26 Desember 2004 silam.

Salah satunya yang hadir adalah Duta Besar Jepang untuk Republik Indonesia, Masaki Yasushi. Dikatakannya, sejauh ini dari sisi mitigasi bencana, Jepang sudah cukup banyak melakukan kerja sama dengan berbagai negara. Namun, dalam kunjungan pertamanya ke Aceh, dia langsung kagum dan memuji perkembangan mitigasi bencana yang diterapkan di Tanah Rencong. 

“Saya merasa senang bahwa sudah banyak pendidikan mitigasi bencana dilaksanakan di Aceh untuk mitigasi bencana di masa depan. Saya berharap banyak kalangan muda mendapat pendidikan mitigasi bencana di Aceh,” kata Masaki.

Masaki juga mengaku takjub dengan kondisi Aceh yang sudah jauh lebih baik dan berhasil berkembang pesat usai diterpa bencana dahsyat gempa dan tsunami pada 26 Desember 2004. Masaki menyebutkan, 10 tahun lalu negaranya juga merasakan hal sama, yakni diterpa gempa dan tsunami, sehingga ia paham betul bagaimana sulitnya suatu daerah bisa berkembang kembali setelah dilanda bencana.

“20 tahun setelah gempa bumi dan tsunami, Aceh sudah pulih luar biasa. Saya sangat menghormati dan kami masyarakat Jepang sangat mengetahui bagaimana sulit kita mengembangkan kembali setelah tsunami, dan saya bisa bayangkan begitu kerja kerasnya masyarakat Aceh,” jelasnya. 

Masaki menambahkan, hubungan Pemerintah Jepang dengan Aceh sudah terjalin cukup lama dan semakin kuat. Ia berharap hubungan harmonis ini bisa bertahan selamanya. “Hubungan antara Jepang dengan Aceh semakin kuat dan mendalam. Saya berharap, dengan menghadiri acara hari ini menjadikan hubungan Jepang dengan Aceh semakin berkembang,” harap Masaki.(r)

 

Isak Tangis dan Harapan di Kuburan Massal Ulee Lheue

MINGGU, 26 Desember 2004, Mentari mulai bersinar dari arah Timur. Warga Banda Aceh beraktivitas seperti biasa. Sebagian dari mereka bersiap untuk piknik bersama keluarga. Suasana sejuk dan riuhnya suara kicauan burung santer terdengar.

Suasana damai di akhir pekan itu berubah menjadi petaka. Gempa berkuatan 9,3 skala ritcher (SR) mengguncang Serambi Mekkah. Masyarakat tumpah ruah berlari menyelamatkan diri keluar dari rumah. Suasana mencekam menyelimuti libur akhir pekan tersebut.

Minimnya pengetahuan akan tsunami membuat masyarakat Banda Aceh khususnya, kembali ke rumah untuk melihat situasi pascagempa tersebut. Mereka tidak mengetahui bahwa akan ada bencana dahsyat yang datang setelah peristiwa gempa tersebut.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved