20 Tahun Tsunami Aceh

Ribuan Masyarakat Larut dalam Tafakur, Jepang Puji Mitigasi Bencana di Aceh

Ribuan masyarakat Aceh, termasuk para penyintas dan keluarga korban, larut dalam suasana haru dan khidmat saat mengikuti peringatan 20 tahun gempa dan

|
Editor: mufti
SERAMBINEWS.COM/HARI TEGUH PATRIA
Seorang pengunjung mengamati nama-nama korban tsunami Aceh 26 Desember 2004 yang diabadikan di ruang "Sumur Doa" Museum Tsunami Aceh, Banda Aceh, Sabtu (14/5/2017). 

GEDUNG Escape Building di Gampong Deah Glumpang, Meuraxa, Banda Aceh terlihat sepi saat peringatan dua dekade tsunami Aceh, Kamis (26/12/2024). Bangunan empat lantai, bantuan dari Pemerintah Jepang melalui JICS itu diketahui sebagai tempat penyelamatan atau evakuasi.

Sejak dibangun 2006 silam sampai sekarang, gedung itu masih difungsikan untuk beberapa kegiatan, seperti olahraga bola voli dan bulu tangkis pada malam hari, pertemuan dinas-dinas, seminar hingga hajatan desa serta kegiatan lainnya.

Tokoh masyarakat Gampong Deah Glumpang, Dafloyni mengatakan, beberapa kegiatan dilakukan di gedung tersebut untuk menjaga stabilitas bangunan dan menghindari kesan seram karena luasnya mencapai 1.400 meter persegi dengan tinggi 18 meter, lengkap dengan helipad di atasnya.

“Untuk menjaga suasananya biar nggak terlalu seram, kemudian di bawah juga kalau sehari-hari dipakai untuk aktivitas olahraga seperti voli dan bulu tangkis,” katanya.

Sejauh ini, dikatakannya masih terjaga sekitar 60 persen karena dicover dari biaya perawatan kegiatan-kegiatan yang berlangsung di dalamnya. Meski demikian, mulai terjadi pengelupasan pada dinding bangunan tersebut, beberapa tembok sudah retak, hingga besi pegangan tangga yang harus dicat ulang untuk mencegah keropos.

Dikatakan tokoh masyarakat setempat, gedung tersebut kemungkinan tidak dapat digunakan lagi secara maksimal dalam 2-3 tahun ke depan bila tidak mendapat perawatan. “Mulai ada pengelupasan dinding, beberapa tembok retak, besi pegangan tangga yang harus dicat. Satu dua tahun ke depan kalau tidak ada rehab, mungkin kita tidak bisa pakai lagi semaksimal mungkin. Kita harap tidak dibiarkan tanpa perawatan,” ungkap Dafloyni.

Ia sangat menyayangkan jika sampai gedung tersebut tidak terurus. Menurutnya, gedung tersebut tidak hanya sebagai tempat evakuasi ketika terjadi bencana yang sama di masa depan, tetapi lebih dari itu yakni sebagai pengingat bahwa ada bencana dahsyat tsunami di masa lalu untuk dijadikan pembelajaran selanjutnya.(rn)

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved