Mihrab

Harmoni Islam dalam Tradisi Tot Apam, Waled Nura: Kedermawanan Masyarakat Aceh

Tgk Rasyidin menjelaskan, tradisi tot apam dilakukan dengan membakar kue apam secara bersama-sama sebagai simbol silaturahmi dan kedermawanan.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Ansari Hasyim
FOR SERAMBINEWS.COM
Tgk H Rasyidin Ahmad atau yang lebih dikenal dengan Waled Nura 

Harmoni Islam dalam Tradisi Tot Apam, Tgk Rasyidin Ahmad: Kedermawanan Masyarakat AcehH

SERAMBINEWS.COM - Tradisi Tot Apam (membakar apam) merupakan salah satu warisan budaya Aceh yang kaya akan nilai-nilai filosofi dan spiritual.

Hingga saat ini, tradisi ini tetap terjaga, terutama di kawasan pantai utara Aceh seperti Pidie dan sekitarnya. 

Pimpinan Dayah Nura Pidie, Tgk H Rasyidin Ahmad SE SSos atau dikenal Waled Nura, mengatakan tradisi tot apam ini menjadi cerminan identitas budaya masyarakat Aceh yang memiliki dimensi keagamaan yang mendalam, sejalan dengan nilai-nilai Islam.

Ia mengatakan, dalam kalender tradisional Aceh, bulan Apam menjadi salah satu nama bulan yang identik dengan kegiatan ini, yang biasanya berlangsung pada bulan Rajab.

“Bulan Rajab sendiri memiliki kedudukan istimewa dalam Islam, karena merupakan salah satu bulan haram (suci) yang dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah,” ujarnya, Kamis (9/1/2025).

Tgk Rasyidin menjelaskan, tradisi tot apam dilakukan dengan membakar kue apam secara bersama-sama sebagai simbol silaturahmi dan kedermawanan.

Apam, sebagai makanan sederhana namun penuh makna, menjadi medium bagi masyarakat Aceh untuk mempererat hubungan antarwarga.

Pelaksanaan kegiatan ini disertai dengan do'a bersama, memperkuat ikatan sosial dan spiritual di tengah masyarakat.

Menurut Dewan Pembina Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh ini, tradisi tot apam menjadi sarana efektif untuk mempertemukan masyarakat, saling berbagi, dan mempererat hubungan kekeluargaan.

Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW, "Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahmi" (HR. Bukhari dan Muslim).

“Tradisi ini juga menjadi sarana untuk menghadiahkan pahala kepada arwah keluarga yang telah meninggal dunia. Dalam pandangan Islam, mendoakan orang yang telah wafat merupakan salah satu bentuk kebaikan yang dianjurkan,” ungkap Tgk Rasyidin.

Hal itu sebagaimana Rasulullah Saw bersabda "Apabila seorang manusia meninggal dunia, terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau doa anak yang saleh." (HR. Muslim).

“Tradisi tot apam juga mengingatkan kita pada kedermawanan masyarakat Aceh yang tercermin dalam berbagai tradisi keagamaan lainnya, seperti maulid nabi yang dirayakan hingga 100 hari,"

"Tradisi ini telah berlangsung sejak masa Kesultanan Aceh saat dipimpin Sultan Ali Mughayat Syah, sebagaimana tercatat dalam manuskrip kuno dari Kerajaan Aceh Darussalam pada tahun 913 Hijriyah,” jelasnya.

Hal ini, kata Tgk Rasyidin, menunjukkan bahwa tot apam bukan sekadar tradisi makan makanan, tetapi lebih penting dari itu merupakan warisan budaya yang mengandung nilai keislaman, solidaritas, dan pengabdian kepada Allah SWT.

Dikatakannya, melestarikan tradisi tot apam berarti menjaga identitas budaya sekaligus memperkuat nilai-nilai Islam dalam kehidupan masyarakat.

Tradisi ini mengajarkan pentingnya silaturahmi, kedermawanan, dan berbagi kebaikan dengan sesama. 

“Dalam konteks kita yang hidup di zaman modern, melestarikan tradisi ini juga menjadi cara untuk memperkenalkan warisan budaya Aceh kepada generasi muda agar tetap terhubung dengan akar sejarah dan agama mereka,” sebut Tgk Rasyidin.

Sebagai umat Islam, upaya melestarikan tradisi seperti ini sejalan dengan firman Allah dalam Surah An-Nahl ayat 90, "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil, berbuat kebajikan, dan memberi kepada kaum kerabat."

Dengan melestarikan tradisi Tot Apam, masyarakat Aceh akan dapat menjaga hubungan sosial dan menjalankan nilai-nilai Islam yang luhur.

 “Tradisi ini juga bisa menjadi cerminan harmoni antara budaya dan agama, yang layak untuk terus dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang,” pungkasnya. (ar)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved