Kisah Inspiratif

Kisah Bripka Adi Syafnur, 'Sulap' Ladang Ganja jadi Lahan Palawija di Beutong Ateuh

Banyak keluarga yang kehilangan anggota keluarga mereka karena terjerat dalam lingkaran ilegal penanaman ganja.

Penulis: Rianza Alfandi | Editor: Nur Nihayati
Dok Polda Aceh
Bripka Adi Syafnur Arisal, personel Polres Nagan Raya. 

Laporan Rianza Alfandi | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEHBripka Adi Syafnur Arisal, personel Polres Nagan Raya patut diberi apresiasi.

Ide inspiratifnya mampu menyulap ladang ganja di Beutong Ateuh Banggalang menjadi lahan yang ditanami palawija. 

Bripka Adi pertama kali bertugas di Beutong Ateuh Banggalang pada tahun 2021 silam.

Semasa awal dinas, ia dihadapi dengan kenyataan pahit.

Banyak keluarga yang kehilangan anggota keluarga mereka karena terjerat dalam lingkaran ilegal penanaman ganja.

Sebuah tradisi yang sudah berlangsung lama.

Bripka Adi Syafnur Arisal mengubah lahan ganja menjadi lahan yang ditanami palawija di Beutong Ateuh Banggalang—salah satu kecamatan di Kabupaten Nagan Raya yang terletak di lereng pegunungan Aceh.
Bripka Adi Syafnur Arisal mengubah lahan ganja menjadi lahan yang ditanami palawija di Beutong Ateuh Banggalang—salah satu kecamatan di Kabupaten Nagan Raya yang terletak di lereng pegunungan Aceh. (IST)

Kondisi tersebut mengubah pola pikir Adi untuk memberikan harapan baru bagi masyarakat yang terlilit kemiskinan akibat kebiasaan buruk di  kawasan tanah subur itu.

“Apakah ada cara untuk memberikan mereka sebuah harapan yang lebih baik?, saya bertanya pada diri sendiri,” kata Adi, Rabu (8/1/2025). 

Di Kecamatan yang terletak di lereng pegunungan Aceh tersebut, Adi berhasil mengubah nasib dan kehidupan warga setempat.

Sejak lima tahun silam, ia telah menjadi sosok yang tak hanya bertugas sebagai Kapospol di kecamatan tersebut, tetapi juga sebagai pendorong perubahan besar bagi masyarakat yang hidup dalam kesulitan.

Dengan hati yang tulus dan niat yang kuat, Bripka Adi memulai perubahan.

Kapospol itu melihat potensi alam yang luar biasa di Beutong Ateuh Banggalang, dengan tanah pegunungannya yang kaya akan unsur hara.

Tanah yang dulu digunakan untuk menanam ganja, kini diubah menjadi lahan subur untuk palawija.

Bersama masyarakat, ia menggantikan kebiasaan lama dengan kebiasaan baru.

Sebuah langkah yang tidak hanya memberi kehidupan, tetapi juga memberi kebebasan dari belenggu hukum.

Dalam waktu singkat, hasilnya mulai terlihat.

Enam kelompok tani besar terbentuk di bawah binaan Bripka Adi, dengan rata-rata luas lahan sekitar 3,5 hektare per kelompok. 

Tidak hanya itu, Bripka Adi juga mengajarkan masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan rumah mereka untuk menanam sayuran yang bisa dijual ke pasar.

“Dengan cara ini, dapat membuka peluang baru yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga memberi ketenangan bagi keluarga yang dulunya terbelenggu oleh masa lalu yang kelam,” ujar Adi. 

Hasil panen dari kelompok tani tersebut sangat menggembirakan. Setiap kali panen, mereka dapat menghasilkan 30 ton hasil pertanian.

Namun, bagi Bripka Adi, hasil panen bukanlah hal utama, yang terpenting baginya bisa melihat kebahagiaan di wajah-wajah petani yang kini bisa hidup tenang, bebas dari rasa takut akan penangkapan, dan mulai membangun masa depan yang lebih cerah.

“Ini bukan sekadar soal bertani, tetapi tentang memberi mereka kesempatan kedua dalam hidup.

Tentang menunjukkan bahwa ada cara yang lebih baik untuk bertahan hidup tanpa harus kehilangan martabat,” ungkapnya.

Kini, lima tahun telah berlalu sejak Bripka Adi memulai perjuangannya.

Tanpa pamrih, ia terus menjadi pendorong, motivator, dan pelaku perubahan yang nyata di Beutong Ateuh Banggalang. 

Tugasnya sebagai polisi mungkin sudah selesai ketika ia turun dari jabatannya nanti, tetapi jejak yang ditinggalkan akan tetap terukir dalam hidup setiap keluarga yang pernah dibimbingnya.

Melalui ketulusan, keberanian, dan kerja keras, Bripka Adi telah menunjukkan bahwa seorang polisi bukan hanya penegak hukum, tetapi juga sebagai seorang pembawa perubahan.

Di tanah yang subur itu ia telah menanam benih harapan yang kini berkembang menjadi ladang kehidupan baru. 

Sebuah transformasi dari ganja menuju palawija, dari ketakutan menuju harapan, dan dari kemiskinan menuju kesejahteraan yang berkelanjutan. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved