Opini

Meneladani Abah Guru Sekumpul, Refleksi Milad Ke-25

Era digital menghadirkan tantangan dan peluang baru bagi umat Islam. Teknologi memudahkan

Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/FOR SERAMBINEWS.COM
Tgk Nanda Saputra MPd, Dosen STIT Al-Hilal Sigli, Mahasiswa Doktoral Universitas Sebelas Maret & Ketua Asosiasi DKLPT. 

Meneladani kesederhanaan Abah Guru Sekumpul berarti menggunakan teknologi dengan bijak dan sesuai kebutuhan. Media sosial, misalnya, dapat digunakan untuk menyebarkan ilmu dan kebaikan, tetapi bukan untuk memamerkan diri atau mencari pujian. Selain itu, kesederhanaan juga berarti menghindari konsumsi teknologi yang berlebihan, yang dapat mengalihkan perhatian dari ibadah dan tanggung jawab lainnya.

Di era digital, salah satu tantangan terbesar adalah maraknya hoaks dan disinformasi, termasuk dalam hal agama. Sebagai ulama yang selalu menekankan pentingnya kebenaran, Abah Guru Sekumpul mengajarkan kita untuk berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan informasi.

Setiap informasi yang diterima harus melalui proses verifikasi. Jangan mudah percaya pada konten yang tidak memiliki dasar yang jelas, apalagi jika konten tersebut berpotensi memecah belah umat. Sebagai umat Islam, kita harus belajar untuk bersikap kritis dan hanya mengambil ilmu dari sumber yang terpercaya.

Abah Guru Sekumpul mendedikasikan hidupnya untuk melayani umat, baik melalui ilmu maupun bantuan spiritual. Di era digital, semangat ini dapat diterjemahkan dalam berbagai bentuk, seperti menyediakan aplikasi edukasi agama, membantu menyelesaikan masalah sosial melalui teknologi, atau menjadi inspirasi bagi orang lain melalui konten positif.

Misalnya, aplikasi pengingat salat, tafsir Al-Qur'an digital, atau platform belajar Islam online adalah bentuk konkret dari pelayanan kepada umat di era digital. Dengan semangat pelayanan yang diajarkan oleh Abah Guru Sekumpul, umat Islam dapat berkontribusi dalam menciptakan teknologi yang bermanfaat bagi sesama.

Menjaga Spritualitas di Tengah Kehidupan Modern

Abah Guru Sekumpul merupakan sosok yang selalu dekat dengan Allah SWT, meskipun sibuk melayani umat. Beliau mengajarkan pentingnya menjaga spritualitas di tengah kesibukan dunia. Di era digital, menjaga spritualitas menjadi tantangan tersendiri, karena teknologi sering kali membuat kita sibuk dengan hal-hal duniawi.

Meneladani Abah Guru Sekumpul berarti mengatur waktu dengan bijak, menyisihkan waktu khusus untuk ibadah, dan menjaga hati dari pengaruh negatif dunia digital. Teknologi seharusnya menjadi alat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan sebaliknya.

Haul Ke-20 Abah Guru Sekumpul pada tahun 2025 adalah momen untuk merenungi dan menghidupkan kembali ajaran beliau di tengah tantangan zaman. Dengan meneladani semangat beliau dalam menuntut ilmu, berdakwah, memperkuat ukhuwah, menjaga kesederhanaan, dan melayani umat, kita dapat menjadikan era digital sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan membawa manfaat bagi sesama.

Warisan Abah Guru Sekumpul bukan hanya tentang mengenang sosok beliau, tetapi juga tentang menerapkan nilai-nilai luhur yang beliau ajarkan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan untuk terus meneladani beliau, sehingga kita menjadi umat yang bermanfaat dan mendapatkan ridha-Nya.

Wallahu Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq

*) Penulis adalah Dosen STIT Al-Hilal Sigli, Mahasiswa Doktoral Universitas Sebelas Maret & Ketua Asosiasi DKLPT

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved