Konflik Palestina dan Israel

Sekjen PBB Desak Evakuasi Darurat 2.500 Anak Gaza yang Terancam Meninggal

Para dokter menyatakan bahwa dari 2.500 anak yang saat ini berada dalam bahaya, sebagian besar membutuhkan perawatan yang relatif sederhana namun

Penulis: Sri Anggun Oktaviana | Editor: Amirullah
SERAMBINEWS.COM/eye.on.palestine2
Anak-anak Gaza mengantre makanan di kamp pengungsian. 

SERAMBINEWS.COM-Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres, pada Kamis (30/1/2025), menuntut agar 2.500 anak segera dievakuasi dari Gaza untuk mendapatkan perawatan medis setelah pertemuannya dengan sejumlah dokter asal Amerika Serikat.

Dilansir dari kantor berita Reuters (31/1/2025),  para dokter ini mengungkapkan bahwa anak-anak tersebut berada dalam risiko tinggi meninggal dalam beberapa minggu ke depan jika tidak segera mendapatkan perawatan yang diperlukan.

Baca juga: Israel Tunda Bebaskan 110 Tahanan Palestina Menyusul Kekacauan Pembebasan Sandera Israel

Mereka telah menghabiskan waktu berbulan-bulan di Gaza selama perang yang berlangsung selama 15 bulan antara Israel dan militan Palestina Hamas, yang telah menghancurkan banyak wilayah dan sistem perawatan kesehatan di daerah kantong dengan lebih dari 2 juta orang ini.

Perang yang berlangsung antara Israel dan Hamas menghancurkan hampir seluruh infrastruktur Gaza, termasuk fasilitas medis.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Januari 2025 menyebutkan bahwa lebih dari 12.000 pasien sedang menunggu untuk dievakuasi medis, dengan harapan proses evakuasi ini bisa ditingkatkan selama periode gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari 2025.

Namun, kondisi semakin darurat dengan banyaknya anak-anak yang membutuhkan perhatian medis segera.

Para dokter menyatakan bahwa dari 2.500 anak yang saat ini berada dalam bahaya, sebagian besar membutuhkan perawatan yang relatif sederhana namun sangat mendesak, yang jika tidak segera dilakukan, bisa berakibat fatal.

Feroze Sidhwa, seorang ahli bedah trauma dari California yang bekerja di Gaza pada 2024, mengungkapkan bahwa banyak dari anak-anak yang ada di dalam daftar evakuasi ini sudah berada dalam kondisi kritis.

 Salah satunya adalah seorang anak laki-laki berusia 3 tahun yang menderita luka bakar parah di lengannya.

Luka bakar ini sempat sembuh, namun jaringan parut kini menghentikan aliran darah, dan anak tersebut berisiko kehilangan tangannya.

 Sidhwa juga menjelaskan bahwa sebagian besar anak-anak lainnya hanya membutuhkan perawatan yang relatif sederhana, tetapi tanpa perawatan tepat waktu, mereka bisa meninggal dunia dalam waktu yang sangat singkat.

Baca juga: Tiba di Kota Gaza, Warga Palestina Hidup tanpa Rumah, dan Keluarga yang Terbunuh

Ayesha Khan, seorang dokter gawat darurat yang bekerja di Gaza sejak akhir 2024, juga menceritakan kisah tragis tentang anak-anak yang kehilangan anggota tubuh mereka akibat serangan dan tidak memiliki akses untuk mendapatkan alat bantu prostetik atau rehabilitasi yang mereka perlukan.

Khan menggambarkan dua saudara perempuan muda yang kehilangan anggota tubuh mereka dalam serangan, yang kini hanya bisa berbagi kursi roda untuk bergerak.

Ia menambahkan bahwa proses evakuasi mereka semakin rumit karena adanya pembatasan keamanan yang menghalangi mereka untuk membawa lebih dari satu pengasuh, yang dalam hal ini adalah bibi mereka yang juga harus memutuskan antara merawat anak yang sedang disusui atau menyelamatkan kedua keponakannya.

Para dokter yang bertugas di Gaza menyatakan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk menciptakan proses yang jelas dan terpusat untuk evakuasi medis anak-anak yang membutuhkan perawatan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved