Berita Bireuen
Meski Hadirkan Ulama, Upaya Damai Kasus Penganiayaan Buntu, Uang Kompensasi Dialih untuk Yatim
Akhirnya majelis hakim PN Bireuen meminta terdakwa segera melakukannya, dan kemudian memberitahukannya kepada Penuntut Umum supaya dapat mempertimbang
Penulis: Yusmandin Idris | Editor: Mursal Ismail
Akhirnya majelis hakim PN Bireuen meminta terdakwa segera melakukannya, dan kemudian memberitahukannya kepada Penuntut Umum supaya dapat mempertimbangkannya dalam tuntutan.
Laporan Yusmandin Idris I Bireuen
SERAMBINEWS.COM, BIREUEN - Meski majelis hakim Pengadilan Negeri atau PN Bireuen menghadirkan seorang ulama kharismatik untuk mendamaikan satu kasus penganiayaan, namun upaya itu tetap buntu.
Oleh karena itu, majelis hakim pun menanyakan kepada terdakwa apakah bersedia mengalihkan uang kompensasi yang ditolak keluarga korban tersebut dengan memberi makan anak-anak yatim dan santri-santri di dayah?
Terdakwa menyatakan dirinya bersedia melakukannya dalam rangka menebus kesalahannya.
Terdakwa berjanji akan memotong 2 atau 3 kambing untuk membuat kuah beulangong atau kari kambing untuk memberi makan anak-anak yatim, para santri, dan jamaah shalat Jumat di gampong tersebut.
Akhirnya majelis hakim PN Bireuen meminta terdakwa segera melakukannya, dan kemudian memberitahukannya kepada Penuntut Umum supaya dapat mempertimbangkannya dalam tuntutan.
Sebelum menutup persidangan, majelis hakim berharap di antara kedua belah pihak dapat tercapai perdamaian.
Baca juga: Singgung Soal Julukan Termiskin, Mualem: Saya Mau Nanti Aceh Lebih Kaya dari Provinsi Lain
Majelis hakim juga berjanji akan mempertimbangkan secara adil dan berimbang atas segala usaha perdamaian dan permintaan maaf yang dilakukan terdakwa dengan keengganan keluarga korban untuk menerimanya.
Hadirkan ulama
Seperti diberitakan Serambinews.com sebelumnya, majelis hakim PN Bireuen, Rabu (12/2/2025), menghadirkan seorang ulama dalama salah satu sidang di PN setempat.
Pimpinan salah satu pesantren di Gampong Meunasah Mesjid, Kecamatan Simpang Mamplam, Kabupaten Bireuen, Abi Sulaiman itu pun dihadirkan bukan diperiksa sebagai saksi, apalagi terdakwa.
Namun, ulama kharismatik di Kecamatan Simpang Mamplam, Kabupaten Bireuen, itu dihadirkan untuk memberi nasihat kepada terdakwa penganiayaan terhadap anak di daerah tersebut.
Begitu juga kepada korban dan keluarganya agar mau berdamai atas perkara ini.
Baca juga: VIDEO Momen Prabowo Silahkan Erdogan Jalan Lebih Dulu di Karpet Merah, Enggan Dahului Presiden Turki
Juru Bicara PN Bireuen, M Muchsin Alfahrasi Nur, menyampaikan hal ini kepada Serambinews.com, Rabu (12/2/2025).
Muchsin mengatakan kasus penganiayaan atau kekerasan terhadap anak itu terjadi di salah satu desa di Simpang Mamplam, Kabupaten Bireuen tahun 2024 dan sudah beberapa kali persidangan.
Hari ini, Rabu (12/2/2025) agenda sidang mengupayakan perdamaian antara terdakwa berinisial Rs dengan keluarga korban.
Oleh karenaa itu majelis hakim diketuai Rangga Lukita Desnata SH MH dan hakim anggota Fuadi Primaharsa SH MH dan Rahmi Warni SH, menghadirkan Abi Sulaiman, untuk memberikan nasihat dalam sidang ini.
Upaya perdamaian ini bertujuan menghilangkan dendam dan menyambung tali persaudaran antara kedua belah pihak yang terputus, serta memulihkan kehidupan sosial kemasyarakatan di gampong setempat.
Langkah perdamaian sesuai dengan Perma Nomor 1 Tahun 2024 tentang Pedoman Mengadili Perkara Pidana berdasarkan Keadilan Restoratif.
Baca juga: Sejumlah Personel 113/JS Dikerahkan untuk Jaga Perbatasan RI-PNG, Danbrigif 25/Siwah Beri Motivasi
Dalam sidang tersebut, kata Juru Bicara PN Bireuen, Abi Sulaiman memberikan nasihat kepada kedua belah pihak agar mengutamakan perdamaian dan meninggalkan permusuhan.
Hal ini sebagaimana firman Allah di dalam Alquran dan Hadis.
Abi Sulaiman bersedia memimpin langsung prosesi peusijuek sebagaimana lazimnya adat yang berlaku di Aceh.
Terdakwa menyatakan sangat ingin berdamai, bahkan bersedia memberikan kompensasi kepada korban Rp 10 juta sebagai tanda pengakuan bersalah dan permintaan maafnya.
Keinginan terdakwa tersebut diterima oleh korban, namun ditolak oleh keluarganya.
Keluarga korban hanya bersedia berdamai apabila terdakwa membayar uang damai Rp 78 juta, sehingga perdamaian antara kedua belah pihak tidak dapat terwujud.
Baca juga: Mahasiswa KKN Unimal Buat Pupuk Organik dari Kulit Bawang untuk Pertanian Berkelanjutan
Majelis Hakim kemudian bertanya kepada terdakwa apakah bersedia mengalihkan uang kompensasi yang ditolak oleh keluarga korban tersebut dengan memberi makan anak-anak yatim dan santri-santri di dayah?
Terdakwa menyatakan dirinya bersedia melakukannya dalam rangka menebus kesalahannya.
Terdakwa berjanji akan memotong 2 atau 3 kambing untuk membuat kuah beulangong atau kari kambing untuk memberi makan anak-anak yatim, para santri, jamaah shalat Jumat di gampong.
Akhirnya majelis hakim meminta terdakwa segera melakukannya, dan kemudian memberitahukannya kepada Penuntut Umum supaya dapat mempertimbanagkannya dalam tuntutan.
Sebelum menutup persidangan, majelis hakim berharap di antara kedua belah pihak dapat tercapai perdamaian.
Majelis hakim juga berjanji akan mempertimbangkan secara adil dan berimbang atas segala usaha perdamaian dan permintaan maaf yang dilakukan terdakwa dengan keengganan keluarga korban untuk menerimanya. (*)
609 Koperasi Merah Putih di Bireuen Terbentuk, Ini Tahapan Selanjutnya |
![]() |
---|
Ratusan Mahasiswa Fikom Umuslim Ikuti Wawancara Seleksi Beasiswa KIP-K |
![]() |
---|
Tim Promkes Puskesmas Gandapura Turun ke Desa Latih Kader Posyandu, Maksimal Layani Kesehatan |
![]() |
---|
Dua Keluarga Miskin di Jangka Bireuen Kini Tempati Rumah Layak Huni |
![]() |
---|
Dosen UIA Bireuen Dinobatkan Sebagai Juri CBP Rupiah Championship 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.