“Kabur Aja Dulu” ke Luar Negeri - Alijullah Bagikan Kisahnya Merantau Hingga Dijuluki Lurah Paris

Alijullah Hasan Yusuf adalah pria kelahiran Blang Paseh, Sigli, Aceh. Ia bercerita, kisah perantauannya dimulai pada tahun 1967

|
Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/HANDOVER
Kolase foto Alijullah Hasan Yusuf memperlihatkan buku “Lurah Paris” dengan latar belakang Menara Eiffel (kanan) dan dengan latar belakang Universitas Sorbonne Prancis. Alijullah adalah warga asal Pidie yang telah 58 tahun menetap di Prancis. Ia berbagi kisah perantauannya di tengah ramainya tagar Kabur Aja Dulu di media sosial di Indonesia. 

SERAMBINEWS.COM - Alijullah Hasan Yusuf, warga asal Pidie yang telah 58 tahun menetap di Prancis, kembali berbagi kisah ketika awal dia memutuskan merantau 58 tahun lalu.

Dalam pesan WhatsApp kepada Serambinews.com, Kamis (20/2/2025), Alijullah berharap, kisah ini bisa menjadi motivasi bagi anak-anak muda Indonesia, khususnya Aceh, agar tidak takut merantau untuk menyongsong masa depan yang lebih baik.

Ia menilai, tren Kabur Aja Dulu atau #KaburAjaDulu yang ramai digunakan di media sosial dan menjadi pemberitaan beberapa hari terakhir, mirip dengan apa yang terjadi pada saat dia nekat ke luar negeri, walau tanpa uang.

Dikutip dari Kompas.com, fenomena Kabur Aja Dulu dianggap sebagai bentuk kekecewaan masyarakat Indonesia terhadap kondisi ekonomi, sosial, dan keadilan di dalam negeri. 

Tren tagar Kabur Aja Dulu dianggap sebagai bentuk keinginan masyarakat untuk meninggalkan Indonesia demi bekerja atau melanjutkan studi di luar negeri. 

Awalnya, tagar ini beredar masif di media sosial X dan banyak warganet menggunakan “#KaburAjaDulu” dalam cuitannya. 

Tagar tersebut disertai dengan ajakan untuk para anak muda untuk mengambil pendidikan, bekerja, hingga sekadar tinggal di luar negeri.

Kisah Perantauan Alijullah

Alijullah Hasan Yusuf adalah pria kelahiran Blang Paseh, Sigli, Aceh.

Ia bercerita, kisah perantauannya dimulai pada tahun 1967.

Saat itu, dia baru berusia baru 17 tahun.

“Saya meninggalkan Aceh untuk merantau ke Jakarta, ingin menuntut ilmu,” tulis Alijullah dalam pesannya kepada Serambinews.com.

Tak lama berada di rantau, Ali mulai dihadapkan pada kerasnya kehidupan, sebab abang sepupu yang menanggung dan membiayai hidupnya, harus kembali ke Medan.

Sejak itu, pemuda Aceh ini terpaksa bergumul dengan hidupnya, sampai terpaksa jadi pedagang rokok dan tidur di bufet rokok.

“Saya juga jual koran dan menjadi pelayan kafé. Namun, saya harus tetap berusaha untuk tetap bisa bertahan hidup dan mempertahankan sekolah,” ujarnya. 

Krisis ekonomi yang terjadi pada saat itu semakin menggila.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved