Konflik Palestina vs Israel

Eyal Zamir Panglima Militer Israel yang Baru Mengakui Hamas Belum Kalah, Misi Belum Berakhir

Eyal Zamir, mantan sekretaris militer perdana menteri Israel, mengatakan dia akan membawa kembali tawanan dari Gaza 'dengan cara apa pun

|
Editor: Faisal Zamzami
Anews/Tangkap Layar
PIMPIN IDF - Mayor Jenderal (Purn) Eyal Zamir mengambil alih sebagai panglima baru tentara Israel pada hari Rabu (5/3/2025). Dia menggantikan Herzi Halevi , yang memimpin militer selama perang genosida di Jalur Gaza. 

Serangan gencar yang menghancurkan daerah kantong itu dihentikan sementara berdasarkan perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang berlaku pada 19 Januari.

November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.

 

 

Rekam Jejak Eyal Zamir, Penjagal Ratusan Pendemo Palestina

Eyal Zamir diketahui telah dua kali dipertimbangkan untuk menduduki jabatan kepala staf IDF, tetapi pada kedua kesempatan tersebut ia tidak dipilih dan digantikan oleh Halevi yang lengser dan pendahulunya, Aviv Kohavi.

Awalnya direkrut menjadi militer Israel pada tahun 1984, Zamir naik pangkat dari perwira tank hingga komandan Brigade Lapis Baja ke-7 pada tahun 2003 dan Divisi Lapis Baja ke-36 pada tahun 2009.

Eyal Zamir digadang-gadang bakal punya karier mentereng dalam posisi baru ini, bahkan kemungkinan bisa menjadi pemimpin masa depan Israel.

Ulasan Al Jazeera menyebut, satu di antara faktornya adalah karena Eyal Zamir merupakan 'orang dalam' atau meminjam istilah yang lagi tren, 'ordal' dalam pemerintahan Netanyahu.

"Faktor yang sangat penting bagi keberhasilannya dalam karier di masa depan adalah, ia menjadi sekretaris militer Netanyahu dari tahun 2012 hingga 2015, kemudian pemimpin komando selatan Israel selama tiga tahun berikutnya," tulis ulasan Al Jazeera.

Pada tahun terakhirnya di komando selatan, pasukan Zamir “menghadapi” pengunjuk rasa Palestina dari Gaza yang mengambil bagian dalam aksi 'Great March of Return'.

Pada penanganan aksi demo tersebut, pasukan Israel pimpinan Zamir membunuh lebih dari 150 pengunjuk rasa dan melukai 10.000 lainnya, termasuk 1.849 anak-anak, 424 wanita, 115 paramedis, dan 115 jurnalis.


Pada November 2018, Netanyahu mempromosikannya menjadi wakil kepala staf.

Pada awal protes, menyusul terbunuhnya 16 warga Palestina dalam satu hari di bulan Mei, Zamir membela tindakannya, dengan mengatakan pasukannya telah “mengidentifikasi upaya untuk melakukan serangan teror dengan kedok kerusuhan”.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved