Banda Aceh
Waspada Bullying! Santri asal Bener Meriah Nekat ke Banda Aceh, Dirundung Senior di Pesantren Medan
Kaburnya ZAT secara dramatis menggegerkan keluarga saat itu. Akhirnya, korban ditemukan di Nagan Raya bersama pria bernama Samsul (46) yang...
Penulis: Sara Masroni | Editor: Eddy Fitriadi
Laporan Sara Masroni | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - seorang santri asal Kecamatan Bukit, Bener Meriah nekat kabur dari Pesantren Raudathul Hasanah di Medan, Sumatera Utara diduga akibat perundungan (bullying) senior pada 28 Februari 2025 lalu.
Kaburnya ZAT secara dramatis menggegerkan keluarga saat itu. Akhirnya, korban ditemukan di Nagan Raya bersama pria bernama Samsul (46) yang merupakan bos odong-odong.
Kini ZAT telah kembali ke keluarga. Pertemuan ZAT dengan ayah-ibu serta adik-adik tercinta bisa tercapai berkat bantuan Polsek Kutaraja yang selama ini membantu mencari ZAT.
"Alhamdulillah, hari ini kita pertemukan kembali mereka (sekeluarga)," ujar Kapolsek Kutaraja, AKP Bambang Junianto dalam keterangannya, Jumat (7/3/2025).
Pihaknya berharap, masyarakat agar lebih waspada dan lebih memperhatikan buah hatinya supaya hal serupa tidak lagi terjadi di kemudian hari.
"Selain itu kita imbau kepada tenaga pengajar untuk lebih melakukan pengawasan agar tak ada lagi perundungan di sekolah maupun pesantren," tegas AKP Bambang.
Kronologis ZAT Kabur ke Banda Aceh
Diceritakannya, ZAT kabur dari pesantren diduga lantaran tak kuat menahan perundungan yang dilakukan seniornya. Pada 28 Februari 2025, ia nekat langsung pergi ke terminal bus.
Kepada pihak bus, saat itu ZAT mengaku hendak berangkat ke Banda Aceh usai kabur dari ponpes. Sempat terkejut dengan pengakuannya, pihak loket tetap mengantar ZAT dengan pengawasan ketat, karena ia masih di bawah umur.
"Pihak loket sempat bertanya ke dia warga mana, kenapa gak pulang ke Bener Meriah aja? Tapi dia bilang takut ayahnya marah kalau tahu dia kabur. Dia ngaku di Banda Aceh ada keluarga, padahal tidak," ungkap AKP Bambang.
Tiba di Terminal Bus Kota Banda Aceh, ZAT lalu menaiki becak ke Masjid Raya Baiturrahman. Di sana ia sempat bertemu dengan salah seorang teman yang juga merupakan warga Bener Meriah.
Kaburnya ZAT dari Medan ke Banda Aceh juga ikut diketahui temannya kala itu. Akan tetapi, kedua orang tuanya sendiri belum mengetahui, meski ZAT sempat meminta uang kepada ibunya.
"Kepada temannya dia juga cerita kabur, tapi sudah disarankan untuk pulang dia gak mau, takut ayahnya marah katanya. Akhirnya minta dicarikan kerja," kata AKP Bambang.
"Di waktu berbeda, saat itu dia juga sempat minta dikirimkan uang kepada ibunya, tapi posisinya saat itu ibunya belum tahu kalau dia udah kabur dan udah sampai di Banda Aceh, apalagi dia mondok kan nggak pakai Hp," lanjutnya.
Informasi kaburnya ZAT dari Pondok Pesantren Raudhatul Hasanah Medan diketahui oleh orang tuanya tiga hari kemudian, saat mengecek kabar sang anak.
"Di situlah mereka tahu, pengelola pesantren bilang kalau ZAT kabur sejak tiga hari lalu. Orang tuanya ke Medan untuk mencari. Di sisi lain, mereka yang mendapatkan nomor kontak saya dari salah seorang rekan, minta tolong untuk dicarikan di Banda Aceh," ucap AKP Bambang.
"Kita sebagai anggota kepolisian yang bertugas untuk melayani masyarakat akhirnya berupaya mencari ZAT di Banda Aceh dengan beberapa tim yang kita bentuk," sambungnya.
Di sisi lain, teman ZAT telah mengenalkannya ke rekannya bernama Samsul, bos odong-odong. Memang saat itu diketahui si pemilik membutuhkan pekerja untuk mengelola usahanya.
Tanpa rasa curiga, Samsul kemudian mengajak ZAT ke Nagan Raya untuk bekerja, karena di sanalah dia hendak membuka cabang odong-odong miliknya.
"Saat di sana baru diketahui bahwa ZAT ini adalah anak yang dicari orang tuanya karena kabur dari pesantren. Dia tahu dari medsos, langsung dilaporkan ke orang tuanya dan berlanjut ke kita (petugas)," jelas AKP Bambang.
Usai menerima informasi keberadaan ZAT yang memang telah diawasi secara ketat oleh Samsul, akhirnya petugas bersama orang tua ZAT pergi ke Nagan Raya.
"Di sana kita jemput dan kembali ke Banda Aceh untuk nantinya pulang bersama keluarga ke Bener Meriah," ucap mantan Kasi Humas Polresta Banda Aceh ini.
"Kita berterima kasih kepada Pak Samsul yang sudah menjaga anaknya. Mereka (orang tua) juga ikhlas dengan kejadian ini, namun untuk perundungan nanti akan dilaporkan ke pihak ponpes," pungkasnya. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/ilustrasi-bullying.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.