Internasional

Kekhawatiran Resesi AS Membuat Saham Global Anjlok: Pasar Tumbang di Tengah Ketidakpastian Ekonomi!

 Charu Chanana, seorang ahli strategi investasi di bank investasi Saxo, mengatakan bahwa "gagasan sebelumnya tentang Trump sebagai presiden pasar

Penulis: Sri Anggun Oktaviana | Editor: Nur Nihayati
ANTARA FOTO/Erlangga Bregas Prakoso/tom/am
Pekerja melihat gawainya di dekat layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (28/6/2024). 

 "Masalahnya adalah, ia juga membuat para investor bertanya-tanya, dan hal itu tercermin dalam suasana pasar yang buruk," ujarnya.

 "Meskipun pembicaraan tentang resesi mungkin terlalu dini, prospek hal ini menjadi kenyataan saja sudah cukup untuk membuat para pedagang bersikap defensif."

Setelah perdagangan ditutup pada hari Senin, seorang pejabat Gedung Putih mencoba meredakan kekhawatiran pasar.

"Kami melihat adanya perbedaan yang mencolok antara semangat pasar saham dan apa yang sebenarnya kami lihat terjadi dari para pelaku bisnis dan pemimpin bisnis," kata pejabat tersebut.

 "Yang terakhir jelas lebih berarti daripada yang pertama terkait dengan apa yang akan terjadi pada perekonomian dalam jangka menengah hingga panjang," tambahnya.

Juru bicara Gedung Putih, Kush Desai, juga menyampaikan bahwa "para pemimpin industri" telah menanggapi agenda Trump, termasuk tarif, dengan komitmen investasi triliunan dolar. Hal ini menunjukkan bahwa Trump tetap optimis mengenai dampak kebijakannya terhadap ekonomi jangka panjang.

Namun, pasar AS sendiri menunjukkan penurunan yang cukup signifikan dalam beberapa minggu terakhir.

Minggu lalu, pasar utama AS bahkan jatuh kembali ke level yang terlihat sebelum kemenangan pemilu Trump pada November lalu.

 Sebelumnya, kemenangan Trump disambut dengan optimisme karena harapan akan pemotongan pajak dan regulasi yang lebih ringan.

 Namun, kini para investor khawatir bahwa tarif yang dikenakan Trump, yang dikenal sebagai pajak impor, dapat menyebabkan harga barang yang lebih tinggi dan menghambat pertumbuhan ekonomi.

Rachel Winter, seorang manajer investasi di Killik & Co, menyatakan bahwa tarif yang diberlakukan Trump kemungkinan besar akan menyebabkan inflasi di masa depan.

"Tarif yang diberlakukan Trump, menurut saya, tidak diragukan lagi akan menyebabkan inflasi di kemudian hari," katanya dalam program Today.

Trump memberlakukan tarif-tarif ini setelah menuduh China, Meksiko, dan Kanada tidak berbuat cukup banyak untuk menghentikan aliran obat-obatan terlarang dan migran ke AS. Ketiga negara ini, bagaimanapun, telah menolak tuduhan tersebut.

Ekonom Mohamed El-Erian mengungkapkan bahwa para investor awalnya optimis terhadap rencana Trump untuk deregulasi dan pemotongan pajak.

Namun, mereka meremehkan kemungkinan terjadinya perang dagang. "Ini adalah perubahan total dari ekspektasi pasar," katanya.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved