Sulitnya Cari Pekerjaan di Ibukota, Mahasiswi S2 Keturunan Aceh Putuskan Jualan Kebab Sambil Kuliah

Keputusannya melanjutkan Pendidikan S2 juga karena ia ingin tetap produktif setelah menyelesaikan pendidikan sarjana, mengingat dirinya belum memiliki

Penulis: Yeni Hardika | Editor: Nur Nihayati
SERAMBINEWS.COM/IST
CUT RASIDAH AZIDAH - Gadis keturunan Aceh yang terpaksa berjualan kebab untuk bertahan hidup di Jakarta akibat sulitnya mendapatkan pekerjaan. 

"Dan Alhamdulillah tahun ini saya juga sudah launching bisnis catering," sambungnya.

Efisiensi bikin GenZ makin sulit

Ketidakpastian ekonomi dan sulitnya lapangan kerja di Ibukota Jakarta menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh kelompok generasi Cut Rasidah.

Ia menyebut, banyak teman-teman sebayanya yang menghadapi masalah serupa seperti dirinya. 

Mereka mengeluhkan sulitnya mendapatkan pekerjaan yang layak, meskipun memiliki gelar sarjana atau bahkan magister. 

Menurut Cut Rasidah, penyebab Utama dunia kerja di Ibukota Jakarta sulit diakses yaitu karena jumlah lapangan kerja yang tak sebanding dengan banyaknya penduduk.

Sementara itu, setiap tahun perguruan tinggi terus mencetak para lulusan, yang semakin meningkatkan persaingan diantara para pencari kerja.

Persyaratan kerja juga dipersulit, seperti tinggi badan, batasan umur, hingga penampilan (good looking).

Baca juga: Budaya Kepraktisan hingga Faktor Gen Z, Transaksi Digital QRIS Mencapai 1,9 Triliun di Aceh 

"Emang yang mau kerja orang cantik dan ganteng doang? Emang yang butuh makan orang cantik doang?" katanya.

Selain itu, tak dapat dipungkiri, menurutnya pengaruh orang dalam (ordal) dalam dunia pekerjaan juga semakin menambah kesulitan masyarakat untuk bisa mengakses lingkungan perusahaan.

Ditambah lagi kebijakan efisiensi anggaran yang dilakukan oleh pemerintah saat ini, menurutnya hal ini juga ikut memberikan efek pada dunia pekerjaan di Ibukota.

Banyak perusahaan yang memutuskan untuk mengurangi jumlah karyawan karena berkurangnya kegiatan mereka imbas program-program pemerintah yang diminimalisir.

"Efek dari pemerintah yang melakukan efisiensi anggaran atau menghilangkan program otomatis membuat SDM di dalamnya pun sedikit yang diperlukan," sebut Cut.

"Gak hanya GenZ, pengaruh ini menyebar ke semua masyarakat. PHK dimana-mana. Pastinya akan lebih banyak masyarakat yang tidak bekerja alias nganggur," tambahnya.

Cut percaya, ditengah ketidakpastian ekonomi, wirausaha menjai langkah tepat baginya untuk membangun masa depan yang lebih stabil.

Menurutnya, Gen Z memiliki potensi besar untuk berkembang jika mereka mampu beradaptasi dengan perubahan. 

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved