Berita Ekonomi

Gegara Trump, Ekonomi Dunia Hadapi Guncangan Besar Resesi: Sulit untuk Pulih Dalam Waktu Singkat

Pernyataan tersebut memperkuat kekhawatiran pelaku pasar bahwa perang dagang bisa semakin meluas dan memperparah situasi ekonomi global.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Nur Nihayati
TRIBUNNEWS.COM
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta Selatan. 

Gegara Trump, Ekonomi Dunia Hadapi Guncangan Besar Resesi: Sulit untuk Pulih Dalam Waktu Singkat

SERAMBINEWS.COM – Ekonomi dunia kembali diguncang menyusul kebijakan tarif balasan yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump

Dalam beberapa hari terakhir, pasar saham internasional menunjukkan tren penurunan tajam sebagai respons atas keputusan tersebut.

Ketegangan semakin memuncak setelah Donald Trump pada Minggu (6/4/2025) menegaskan bahwa dirinya tidak akan mundur dari kebijakan pajak timbal balik yang diterapkannya.

Pernyataan tersebut memperkuat kekhawatiran pelaku pasar bahwa perang dagang bisa semakin meluas dan memperparah situasi ekonomi global.

Para ahli ekonomi dan investor pun angkat suara. 

Mereka menyatakan keprihatinan mendalam terhadap prospek jangka pendek maupun jangka panjang pasar keuangan dunia. 

Beberapa di antaranya bahkan memprediksi bahwa dunia kini menghadapi ancaman resesi besar yang akan sulit dipulihkan dalam waktu singkat.

Ekonom David Seif di Nomura Global Financial Services Group, Jepang memperkirakan bahwa pasar saham akan terus berfluktuasi di waktu mendatang, laporan The Guardian.

"Dalam aksi jual seperti ini, kepanikan dan penjualan saham secara paksa akibat margin call dapat menyebabkan pasar terus menurun untuk sementara waktu,” katanya.

“Saya pikir penurunan berikutnya dapat menjadi reaksi berantai yang sulit dikendalikan,”

“Singkatnya, saya tidak yakin kapan pasar akan mencapai titik terendah, tetapi saya tidak berpikir saham akan kembali ke level sebelum 2 April 2025 dalam waktu dekat," kata Seif.

Lisa Shalett, kepala investasi manajemen aset di bank investasi AS Morgan Stanley, mengatakan dia tidak melihat faktor apa pun yang dapat memicu reli tajam dalam waktu dekat. 

Ia mencontohkan, dengan inflasi yang masih tinggi, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (FED) tidak mungkin segera memangkas suku bunga dan saham-saham “Magnificent Seven” tidak lagi memimpin pasar seperti sebelumnya.

Deutsche Bank menunjukkan bahwa pengumuman tarif timbal balik oleh Trump minggu lalu menyebabkan penurunan pasar terburuk keempat sejak Perang Dunia II.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved