Kajian Islam
Tata Cara Shalat Istikharah Lengkap Doanya, Panduan Meminta Petunjuk Allah dalam Mengambil Keputusan
Shalat Istikharah biasanya dilakukan sebelum mengambil keputusan besar dalam hidup, seperti menikah, memilih pekerjaan, memulai usaha, atau lainnya.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Mursal Ismail
Petunjuk dari Istikharah bisa datang dalam bentuk mimpi, ketenangan hati, atau kemudahan dalam urusan yang dipilih.
SERAMBINEWS.COM - Shalat Istikharah adalah ibadah sunnah yang sangat dianjurkan ketika menghadapi pilihan penting dalam hidup.
Misalnya pernikahan, pekerjaan, atau keputusan besar lainnya.
Dikerjakan dua rakaat dengan niat khusus, dilanjutkan dengan doa memohon petunjuk Allah SWT.
Petunjuk dari Istikharah bisa datang dalam bentuk mimpi, ketenangan hati, atau kemudahan dalam urusan yang dipilih.
Yakinlah bahwa apa pun hasilnya, itulah keputusan terbaik menurut Allah SWT.
Ada banyak alasan mengapa seseorang bisa merasa bingung dalam mengambil sebuah keputusan.
Baca juga: Ustadz Abdul Somad Ajarkan Cara Shalat Istikharah Hingga Menerjemahkan Mimpi Petunju
Salah satu cara untuk mengatasi kebingungan adalah dengan melakukan Shalat Istikharah dan meminta bimbingan dari Allah SWT dalam mengambil keputusan penting.
Shalat Istikharah merupakan ibadah khusus yang hukumnya sunnah.
Ibadah ini dilakukan ketika seseorang dihadapkan pada sebuah keputusan penting dan ingin meminta petunjuk serta bantuan dari Allah SWT.
"Istikharah" sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti "memilih yang terbaik" atau "meminta petunjuk."
Shalat Istikharah biasanya dilakukan sebelum mengambil keputusan besar dalam hidup, seperti menikah, memilih pekerjaan, memulai usaha, atau keputusan lain yang besar.
Tujuannya adalah untuk memohon bantuan Allah SWT agar diberi petunjuk dalam memilih yang terbaik dari dua pilihan atau lebih yang tersedia.
Baca juga: Menanti Jawaban Shalat Istikharah lewat Mimpi, UAS Ingatkan Hal Ini Agar Tak Ada Campur Tangan Setan
Dasar anjuran shalat istikharah adalah, sebagaimana dikutip Imam an-Nawawi dalam Al-Adzkar, sebuah hadits riwayat Imam al-Bukhari, Jabir bin Abdillah berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُعَلِّمُنَا الاسْتِخَارَةَ فِي الأُمُورِ كُلِّهَا كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ يَقُولُ إذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ
Artinya: “Rasulullah SAW mengajari kami (para sahabat) untuk salat istikharah ketika menghadapi setiap persoalan, sebagaimana Beliau mengajari kami semua surat dari Al-Quran. Beliau bersabda, ‘Jika kalian ingin melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat sunnah dua rakaat…”
Waktu dan Tata Cara Mengerjakan Shalat Istikharah
Waktu pelaksanaan Shalat istikharah tidak ada patokan waktu, namun baiknya dikerjakan pada malam hari atau sepertiga malam.
Sebab, itu merupakan waktu yang mustajab untuk memanjatkan doa.
Baca juga: Niat Shalat Istikharah dan Bacalah Doa Khusus Ini: Niscaya Allah Menggerakan Hati Tentukan Pilihan
Shalat istikharah dikerjakan sebanyak dua rakaat, diawali dengan niat
Tata caranya:
1. Wudhu
Berwudhu seperti biasa, sama halnya saat melakukan ibadah lainnya.
2. Niat
Lafazkan niat menunaikan shalat Istikharah untuk keputusan tertentu yang memerlukan petunjuk Allah.
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْاِسْتِخَارَةِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Ushallî sunnatal istikhârati rak’ataini lillâhi ta’âlâ.
Artinya: “Aku berniat shalat sunnah istikharah dua rakaat karena Allah ta’ala.”
2. Lakukan Shalat Dua Rakaat
Lakukan shalat dua rakaat seperti shalat sunnah biasa. Mulai dari takbiratul ihram hingga tasyahud akhir.
Dijelaskan Imam al-Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulumiddin, pada rakaat pertama disunnahkan membaca surah Al-Fatihah dan surah Al-Kafirun.
Sementara pada rakaat kedua membaca surah Al-Fatihah dan surah Al-Ikhlash.
3. Bacalah Doa Khusus
Setelah menyelesaikan dua rakaat, bacalah doa khusus (permohonan) Istikharah.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِيْ وَدُنْيَايَ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ وَعَـاجِلِهِ وَآجِـلِهِ فَاقْدُرْهُ لِيْ وَبَارِكْ لِي فِيهِ ثُمَّ يَسِّرْهُ لِي وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِيْ وَدُنْيَايَ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ عَاجِلِهِ وَآجِـلِهِ فَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاصْرِفْهُ عَنِّيْ وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ أَيْنَـــمَا كَانَ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ وَ صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Allâhumma shalli wa sallim ‘alâ sayyidina muḫamamdin, Alḫamdulillâhi rabbil ‘âlamîn. Allâhumma innî astakhîruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa lâ aqdiru, wa ta’lamu wa lâ a’lamu, wa anta ‘allâmul ghuyûb.
Allahumma fa-in kunta ta’lamu hâdzal amra khairun lî fî dînî wa dun-yâya wa ‘âqibati amrî ‘âjilihi wa âjilihi faqdurhu lî wa bârik lî fîhi tsumma yassirhu lî.
Wa in kunta ta’lamu anna hâdzal amra syarrun lî fî dînî wa dun-yâya wa ‘âqibati amrî ‘âjilihi wa âjilihi fashrifnî ‘anhu washrfhu ‘annî waqdur liyal khaira haitsu kâna ainamâ kânû innaka ‘alâ kulli syai-in qadîr. Wa shallallâhu ‘alâ sayyidina muḫamamdin, walḫamdulillâhi rabbil ‘âlamîn.
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah dengan pengetahuan-Mu, aku memohon kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan sementara aku tidak mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu. Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib.
Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku dalam bagi agamaku, kehidupanku, akhir urusanku, duniaku, dan akhiratku, maka takdirkanlah hal tersebut untukku. Mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku.
Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, akhir urusanku, diniaku, dan akhiratku, maka palingkanlah aku darinya dan palingkanlah dia dariku. Takdirkanlah yang terbaik untukku apa pun keadaannya. Sesungguhnya engkau Yang Maha Bisa atas segala sesuatu.”
Selesai membaca doa, sebutkan permohonan kita.
5. Percayakan kepada Allah SWT
Setelah menunaikan shalat dan membaca doa, percayalah pada imbingan Allah SWT.
Yakinlah bahwa Allah SWT akan menggerakan hati kita menuju apa yang terbaik bagi kita, apakah itu sesuai dengan pilihan awal kita atau tidak.
Petunjuk yang Allah berikan kepada kita tidaklah menentu, dan banyak isyarat yang akan kita jumpai.
Petunjuk tersebut bisa datang melalui mimpi, ketenangan hati, tanda-tanda dalam kehidupan sehari-hari ataupun yang lainnya.
Petunjuk tersebut akan Allah beri jika permintaan kita adalah baik dihadapan Allah SWT dan Allah akan memudahkan jalan dan memberi akhir yang baik.
Sebaliknya, jika menurut Allah tidak baik maka kita akan dipersulit melakukannya.
(Serambinews.com/Agus Ramadhan)
Kajian Islam
Shalat Istikharah
doa Shalat Istikharah
Niat shalat Istikharah
Tata Cara Shalat Istikharah
keputusan
Serambi Indonesia
Serambinews
Jangan Sampai Nikah Jadi Neraka, Ini Pesan Buya Yahya Soal Rumah Tangga |
![]() |
---|
Buya Yahya Bongkar Penyebab Anak Mudah Marah: Berawal dari Rumah Tangga |
![]() |
---|
Urutan Wali Nikah Wanita Jika Ayah Sudah Meninggal Dunia, Ini Aturannya Menurut Kemenag |
![]() |
---|
Siapa yang Jadi Wali Nikah Jika Ayah Sudah Tiada? Ini Penjelasan Buya Yahya |
![]() |
---|
Tips Membaca Surah Al Kahfi di Hari Jumat ala Syekh Ali Jaber, Bisa Dicicil Sepanjang Hari |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.