Internasional

Pidato Perdana Setelah Lengser, Joe Biden Kritik Keras Kebijakan Pemerintahan Trump

“Presiden sangat yakin tentang perlindungan tunjangan bagi warga negara Amerika yang taat hukum dan membayar pajak serta para manula,” ujarnya.

Penulis: Sri Anggun Oktaviana | Editor: Muhammad Hadi
Istimewa
Joe Biden dan Donald Trump di Amerika Serikat 

Pidato Perdana Setelah Lengser, Joe Biden Kritik Keras Kebijakan Pemerintahan Trump


SERAMBINEWS.COM-Untuk pertama kalinya sejak meninggalkan Gedung Putih, mantan Presiden Joe Biden tampil di depan publik dan menyampaikan pidato yang penuh kritik terhadap pemerintahan penggantinya, Donald Trump.

Dalam konferensi yang digelar di Chicago, Biden menyoroti kebijakan kesejahteraan sosial yang menurutnya telah mengalami “kerusakan” besar hanya dalam waktu 100 hari.

Mantan presiden dari Partai Demokrat itu berbicara dalam acara yang berfokus pada hak-hak penyandang disabilitas.

 Meski tidak secara langsung menyebut nama Donald Trump, Biden menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap perubahan yang terjadi di bawah pemerintahan baru.

“Dalam waktu kurang dari 100 hari, pemerintahan baru ini telah melakukan begitu banyak kerusakan dan kehancuran. Sungguh menakjubkan,” ujarnya dengan nada serius.

Salah satu sorotan utama dalam pidato tersebut adalah soal kebijakan terhadap Jaminan Sosial, program yang selama ini menjadi sandaran jutaan warga lanjut usia dan penyandang disabilitas di Amerika Serikat.

Biden menyebut sistem ini sebagai “janji suci” dari pemerintah kepada rakyatnya.

“Kita tahu betapa pentingnya jaminan sosial bagi kehidupan masyarakat,” tegas Biden. “Itu adalah janji suci yang tidak boleh dilanggar."
 

Kritik Biden mengarah pada kebijakan efisiensi yang digagas oleh Departemen Efisiensi Pemerintah, unit baru di bawah pimpinan pengusaha Elon Musk.

 Sejak Februari, lembaga tersebut dilaporkan telah memangkas ribuan pekerjaan di badan Jaminan Sosial (SSA), dengan target pengurangan staf hingga 7.000 posisi.

Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari upaya penghematan yang disebut Trump sebagai strategi untuk “memberantas penipuan” dalam sistem tunjangan sosial, khususnya yang diklaim dilakukan oleh imigran ilegal.

Elon Musk sendiri bahkan menyebut sistem Jaminan Sosial sebagai:

“Skema Ponzi terbesar sepanjang masa.”


Komentar ini memicu reaksi keras dari kalangan politisi Demokrat, yang menilai kebijakan tersebut sebagai bentuk serangan langsung terhadap hak-hak warga lansia dan penyandang disabilitas.

Badan Jaminan Sosial sendiri saat ini menyediakan tunjangan dasar bagi lebih dari 67 juta warga Amerika, terutama para pensiunan dan orang-orang yang tidak bisa bekerja karena alasan kesehatan.

Baca juga: Ini 5 Target KebijakanTarif Trump, Strategi Jenius atau Senjata Makan Tuan?

 
Trump Klaim Lindungi Warga AS, Tapi Teken Larangan Baru

Sementara itu, Presiden Donald Trump dalam pernyataan terbarunya menegaskan bahwa ia tidak berencana memotong tunjangan bagi warga negara Amerika yang sah.

Namun pada saat yang sama, ia menandatangani perintah eksekutif yang melarang imigran ilegal dan “orang-orang yang tidak memenuhi syarat lainnya” untuk mendapatkan manfaat dari Jaminan Sosial.

Menurut sekretaris pers Trump, Karoline Leavitt, kebijakan ini bertujuan untuk melindungi warga negara yang taat hukum dan telah membayar pajak.

“Presiden sangat yakin tentang perlindungan tunjangan bagi warga negara Amerika yang taat hukum dan membayar pajak serta para manula,” ujarnya.

“Dia akan selalu melindungi program itu.”

Namun pidato Biden yang menyuarakan keprihatinan soal masa depan program sosial itu langsung mendapat bantahan dari pihak SSA , yang kini dipimpin oleh pejabat yang ditunjuk oleh Trump.

Dalam sebuah unggahan di platform media sosial X (dulu Twitter), lembaga tersebut menulis:

“Biden telah berbohong selama pidatonya di Chicago.”


 Biden Bangkit ke Publik, Tapi Tidak Bahas Pilpres 2024

Sejak menyerahkan kekuasaan, Joe Biden jarang tampil ke publik.

 Namun, kehadirannya di konferensi ini menunjukkan bahwa ia masih memegang perhatian terhadap isu-isu sosial, khususnya yang menyentuh kelompok rentan.

Ia tidak membahas kepergiannya dari Gedung Putih atau menyampaikan pandangannya soal pemilu presiden 2024.

Bulan Februari lalu, Biden diketahui menandatangani kontrak kerja sama dengan agensi bakat ternama, Creative Artists Agency (CAA), yang juga pernah mewakilinya di masa lalu.

Namun hingga kini, belum ada kejelasan apakah ia akan kembali terlibat dalam dunia politik secara langsung.

 
Pidato Joe Biden kali ini menegaskan bahwa ia belum selesai menyuarakan kepentingan rakyat, terutama soal program sosial yang selama ini menjadi landasan perlindungan bagi kelompok rentan.

 Sementara pemerintahan Trump bersama Elon Musk berfokus pada pemangkasan anggaran dan pembersihan sistem, Biden justru mengingatkan pentingnya menjaga janji negara kepada rakyatnya.

Dengan tensi politik yang terus meningkat dan kebijakan sosial yang menjadi sorotan, publik kini menunggu apakah suara Biden akan semakin nyaring di masa mendatang terutama menjelang pemilihan presiden berikutnya.

Baca juga: AS dan Rusia Makin Mesra, Trump Tuding Zelensky Picu Perang Ukraina!

 (Serambinews.com/Sri Anggun Oktaviana)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved