Opini

Memperkokoh Penguatan Syariah dan Tarekat: Momentum Haul Abon Seulimeum Ke-9

Abon Mukhtar Luthfi, yang kerap disapa Abon Seulimeum, merupakan figur

Editor: Ansari Hasyim
FOR SERAMBINEWS.COM
Tgk. Nanda Saputra, M.Pd, Ketua PC ISNU Pidie, Dosen STIT Al-Hilal Sigli & Kandidat Doktor Universitas Sebelas Maret 

Oleh: Tgk Nanda Saputra, M. Pd*)

DI tengah arus globalisasi dan pesatnya perkembangan teknologi, nilai-nilai keislaman tradisional yang telah dihayati selama berabad-abad menjadi semakin penting sebagai pondasi bagi identitas umat. Salah satu momentum yang mencerminkan upaya mempertahankan nilai tersebut adalah peringatan Haul ke-9 Abon Seulimeum yang diadakan di Dayah Ruhul Fata Seulimeum, Aceh Besar. Acara ini bukan hanya sekadar ritual mengenang wafatnya sosok ulama karismatik, melainkan juga merupakan wadah untuk memperkokoh penguatan syari'ah dan tarekat, yang selama ini menjadi ciri khas peradaban keislaman Aceh.

Abon Mukhtar Luthfi, yang kerap disapa Abon Seulimeum, merupakan figur ulama yang dilahirkan dari tradisi keilmuan dan spiritualitas yang mendalam. Ia merupakan putra dari Abu Wahab Seulimeum pendiri Dayah Ruhul Fata Seulimeum seorang ulama besar yang pernah menuntut ilmu di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga.

Warisan keilmuan serta semangat tarekat Syattariyah dan khulwatiyah yang diturunkan dari generasi ke generasi, telah mengukir jejak perjuangan di masyarakat Aceh. Julukan “Singa Aswaja” melekat pada dirinya karena ketegasan serta kecintaannya pada prinsip-prinsip ajaran Ahlussunnah wal Jama'ah. Semangat tersebut tidak hanya tercermin dalam pengajaran agama, melainkan juga dalam upaya menjaga keseimbangan antara modernitas dan tradisi yang telah teruji oleh waktu.

Momentum peringatan haul ini menjadi sebuah titik temu untuk merefleksikan kembali perjuangan dalam mempertahankan ajaran syari'ah di era digital. Di zaman yang serba cepat ini, di mana informasi mengalir deras dan gaya hidup berubah begitu drastis, pendidikan syariat yang bersandar pada metode pengajaran tradisional seringkali menghadapi tantangan tersendiri. Namun, peringatan tersebut menegaskan bahwa penerapan nilai syari'ah dan tarekat tidak harus dikontraskan dengan kemajuan teknologi. Justru, dengan memanfaatkan kemudahan akses informasi, santri dan masyarakat yang menempuh pendidikan di dayah dapat menyebarkan ajaran yang moderat dan inklusif. Pendidikan syariat yang murni harus mampu menyatu dengan konteks zaman, tanpa mengorbankan nilai-nilai keislaman yang telah menjadi jati diri.

Acara haul ini diselenggarakan dengan rangkaian kegiatan yang intens dan sarat makna. Dimulai dengan pembacaan doa, tahlil, dan pembacaan surah Yasin, suasana di halaman dayah dipenuhi oleh aura kekhidmatan. Lantunan zikir yang mengalun perlahan diiringi dengan kehadiran doa bersama, membentuk simfoni spiritual yang mampu menyentuh setiap sanubari. Setiap bait yang diucapkan dalam zikir bukan hanya sekadar pengulangan kalimat-kalimat suci, melainkan juga wujud pengingatan terhadap perjuangan dan kecintaan yang pernah dicurahkan oleh Abon Seulimeum. Malam itu, suasana keagamaan yang sangat kental menjadi saksi bisu upaya memurnikan kembali hati umat dalam menegakkan syari'ah.

Selain kegiatan ritual keagamaan, momentum haul juga dimanfaatkan sebagai forum untuk mempererat tali persaudaraan antar alumni serta antara alumni dengan masyarakat umum. Di balik semangat peringatan yang menguatkan ukhuwah, terdapat tekad yang kuat untuk membangun jaringan sosial yang kokoh, yang nantinya dapat menjadi agen perubahan dalam masyarakat. Ikatan yang terjalin bukan hanya terbatas pada pertemuan seremonial, melainkan juga berpotensi berkembang menjadi suatu komunitas yang aktif dalam berbagai bidang dakwah, pendidikan, dan sosial kemasyarakatan. Tradisi yang telah berlangsung selama bertahun-tahun ini pun menunjukkan bahwa nilai ukhuwah tidak lekang oleh waktu, meskipun generasi berganti.

Di tengah dinamika modernitas, peran lembaga pendidikan seperti Dayah Ruhul Fata menjadi sangat strategis. Dayah yang telah berakar sejak lama ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat pengajaran agama, tetapi juga sebagai tempat regenerasi nilai-nilai keislaman yang murni. Di sinilah strategi penguatan syari'ah dan tarekat diekspresikan secara konkret, melalui kegiatan belajar mengajar yang mengintegrasikan metode tradisional dengan pemanfaatan teknologi informasi. Transformasi dan inovasi pendidikan inilah yang diharapkan mampu menjawab tantangan zaman tanpa mengikis esensi ajaran yang telah diwariskan para pendahulunya.

Lebih jauh lagi, momentum peringatan haul tidak hanya memberikan penekanan pada aspek pendidikan, tetapi juga membuka ruang kolaborasi yang lebih luas antara masyarakat keagamaan dengan unsur pemerintah. Dukungan pemerintah dalam bentuk program-program kemasyarakatan yang melibatkan nilai-nilai keislaman moderat merupakan sinergi penting untuk menjaga stabilitas sosial. 

Kita sangat berharap dengan memanfaatkan momentum semacam ini, kerjasama antar pemangku kepentingan dapat dicapai untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengamalan syari'ah dalam kehidupan sehari-hari. Tradisi yang dibangun di dayah selama puluhan tahun menjadi inspirasi bagi kebijakan-kebijakan strategis yang dapat mengangkat harkat dan martabat umat.

Peringatan Haul ke-9 Abon Seulimeum ini, dengan segala kesederhanaannya, adalah wujud nyata keabadian nilai yang telah ditanami oleh para pendiri dan pengajar di dayah tersebut. Meskipun sang ulama telah berpulang, pengaruh ajarannya tetap hidup dalam setiap lirikan doa, setiap lantunan zikir, dan setiap langkah perjuangan yang diambil oleh masyarakat. Nilai syari'ah dan tarekat yang dijiwai oleh semangat kebersamaan merupakan tanggung jawab bersama yang harus terus dijaga dan dikembangkan agar tidak tersingkir oleh arus modernitas yang cenderung individualistis.

Pada akhirnya, momentum peringatan haul ini mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk merefleksikan kembali arti keislaman yang sesungguhnya. Menghadapi tantangan zaman, umat diharapkan tidak hanya menjadi penonton dalam pergolakan nilai, tetapi juga menjadi pelaku aktif yang mampu mengintegrasikan tradisi dengan inovasi. 

Tentunya melalui sinergi antara pendidikan tradisional di dayah, kolaborasi komunitas alumni, dan dukungan strategis dari pemerintah, nilai syari'ah dan tarekat dapat dipertahankan sebagai pijakan untuk mewujudkan peradaban Islam yang moderat, inklusif, dan penuh keadilan.

Semangat yang dibangkitkan dalam peringatan Haul ke-9 ini harus terus dipupuk, dijadikan lentera yang menerangi jalan menuju masa depan yang lebih baik. Di balik setiap doa yang dilantunkan dan setiap zikir yang menggema di langit Seulimeum, tersimpan tekad untuk mempertahankan akar keislaman yang telah teruji oleh waktu. Masyarakat, alumni, dan seluruh elemen keagamaan diharapkan dapat bersama-sama menorehkan babak baru dalam sejarah penguatan syari'ah dan tarekat, sehingga warisan luhur Abon Seulimeum tetap hidup dan relevan di tengah dinamika global.

Semoga momentum Haul Abon Seulimeum Ke-9 yang digelar 15 April tahun ini menjadi titik balik yang menginspirasi generasi penerus untuk terus menegakkan kebenaran dan keadilan dalam rangka membangun masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai keislaman yang murni dan abadi. Dengan begitu, warisan para ulama yang telah berjuang demi menegakkan prinsip syari'ah tidak hanya dikenang, melainkan juga direalisasikan dalam setiap aspek kehidupan umat.

Wallahu Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq


*) Penulis adalah Ketua PC ISNU Pidie dan Kandidat Doktor Universitas Sebelas Maret

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved