Mihrab

Hardiknas 2 Mei 2025 dan Ikhtiar Menguatkan Pendidikan Dayah di Aceh

 “Ini adalah bagian dari jihad kelembagaan. Kita ingin menghadirkan dayah-dayah yang unggul dan tetap otentik dalam ruh keislamannya,” ujarnya.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Ansari Hasyim
Tangkap Layar Youtube SERAMBINEWS
Wakil Ketua Majelis Akreditasi Dayah Aceh (MADA), Dr Tgk Teuku Zulkhairi MA 

Hardiknas 2 Mei 2025 dan Ikhtiar Menguatkan Pendidikan Dayah di Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diperingati setiap 2 Mei bukan sekadar agenda seremonial, melainkan menjadi ajang refleksi arah dan kualitas pendidikan nasional.

Di Aceh, peringatan Hardiknas 2025 terasa istimewa karena bertepatan dengan berlangsungnya proses akreditasi 273 dari 294 lembaga pendidikan dayah oleh Badan Akreditasi Dayah Aceh (BADA).

Proses visitasi lapangan oleh tim asesor BADA dilakukan sejak 30 April hingga 4 Mei 2025, terhadap dayah salafiyah dan terpadu dari berbagai kabupaten/kota di Aceh.

Dayah-dayah tersebut terdiri dari dua kategori, yakni dayah baru yang belum pernah diakreditasi, serta dayah yang sebelumnya telah diajukan melalui Dinas Dayah sebelum berdirinya BADA.

Wakil Ketua Majelis Akreditasi Dayah Aceh (MADA), Dr Tgk Teuku Zulkhairi MA, akreditasi dayah bukan hanya menilai aspek teknis dan administratif, tetapi juga mengukur dimensi dakwah dan pengabdian masyarakat.

 “Ini adalah bagian dari jihad kelembagaan. Kita ingin menghadirkan dayah-dayah yang unggul dan tetap otentik dalam ruh keislamannya,” ujarnya.

Dikatakannya, dayah di Aceh bukanlah sekadar lembaga pendidikan, melainkan juga sebagai pusat kaderisasi ulama, penjaga akidah umat, dan penyambung sanad keilmuan Islam yang bersambung sampai Rasulullah SAW.

“Jauh sebelum sistem pendidikan formal diperkenalkan oleh pemerintah kolonial, dayah telah menjadi pelita ilmu dan peradaban di Serambi Mekkah ini,"

"Maka, menguatkan dayah adalah bagian dari upaya menjaga warisan Islam dan memperkokoh pondasi bangsa,” papar Tgk Zulkhairi.

Sebagai lembaga warisan para ulama, dayah tidak hanya melahirkan generasi berilmu, tetapi juga membentuk insan yang berakhlak, peduli umat, dan terlibat aktif dalam kehidupan masyarakat.

Maka akreditasi dayah bukan sekadar menilai kurikulum atau fasilitas, melainkan juga mengukur kiprah dayah dalam dakwah dan pengabdian sosial.

Ini adalah dua dimensi penting yang menjadi ruh dari pendidikan Islam.

Lebih dari sekadar pendidikan formal, tradisi pendidikan di dayah menekankan keseimbangan antara ilmu dan amal, serta pembentukan karakter melalui nilai-nilai ruhaniyah.

“Santri bukan hanya diajarkan untuk tahu, tapi juga untuk hidup dalam nilai. Di sinilah akreditasi menjadi alat untuk menjaga kualitas sekaligus keaslian nilai-nilai Islam dalam pendidikan,” tambah Sekjend DPP Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh tersebut.

Akreditasi dayah oleh BADA diharapkan mendorong lahirnya generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga tangguh secara spiritual.

Generasi yang mampu membawa cahaya ilmu dan menjadi pelayan umat secara rahmatan lil ‘alamin.

Peringatan Hardiknas tahun ini, menurut Tgk Zulkhairi, adalah panggilan untuk kembali ke pendidikan yang mencerdaskan akal sekaligus menundukkan hawa nafsu.

“Bukan semata untuk mencetak tenaga kerja, tetapi membentuk manusia rabbani. Maka, menguatkan dayah adalah bagian dari membangun masa depan Aceh yang Islami dan berperadaban,” tuturnya.

“Kita berharap, dengan adanya standar yang kuat, dayah-dayah di Aceh semakin kokoh sebagai benteng pendidikan Islam, pusat dakwah, dan pelayan umat yang rahmatan lil ‘alamin,” pungkas Tgk Zulkhairi. (ar)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved