Banda Aceh
Daniel Abdul Wahab Sebut Digitalisasi Pajak Lewat QRIS Dinamis, Bisa Tekan Potensi Kebocoran PAD
Daniel menyebutkan inovasi ini bukan hanya memudahkan masyarakat, tetapi juga menjadi solusi nyata dalam menekan potensi kebocoran...
Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Eddy Fitriadi
Namun di sisi lain, ini juga menjadi strategi memperkuat keuangan daerah yang lebih terukur dan akuntabel.
Digitalisasi pajak sebagai bagian dari upaya meningkatkan PAD secara tepat sasaran.
Menurutnya, Banda Aceh memiliki potensi besar dalam sektor pajak daerah yang bisa digali secara maksimal apabila dikelola dengan sistem modern.
“Kita ingin pembangunan kota ini berkelanjutan. Dan itu hanya bisa terwujud kalau keuangan daerah sehat. Untuk itu, harus kita jaga dari sumbernya. Jangan sampai bocor di tengah jalan. QRIS ini salah satu cara menguncinya,” jelasnya.
Ia pun menyebut bahwa selama ini PAD sering kali mengalami ketidaksesuaian antara potensi dan realisasi.
Salah satu penyebabnya adalah sistem pembayaran yang masih konvensional dan rentan penyalahgunaan. Karena itu, kehadiran sistem pembayaran berbasis QRIS Dinamis diharapkan menjadi titik balik menuju pengelolaan pajak yang lebih bersih dan efisien.
Namun Daniel tidak menutup mata terhadap tantangan implementasi digitalisasi di tingkat gampong.
Menurutnya, perlu ada sosialisasi yang intens dan pendampingan kepada petugas maupun warga agar sistem ini benar-benar berjalan efektif.
“Memang ini teknologi, tapi tidak semua warga kita langsung paham. Karena itu, saya mendorong agar pemerintah juga hadir di tengah-tengah masyarakat, menjelaskan, membimbing, supaya mereka tidak bingung. Jangan sampai inovasi ini bagus, tapi tidak tersampaikan dengan baik,” katanya.
Daniel juga mengajak seluruh unsur pemerintah, baik perangkat gampong hingga dinas terkait, untuk menjadikan QRIS Dinamis sebagai gerakan bersama demi memperkuat pendapatan daerah. Menurutnya, kolaborasi antar-stakeholder menjadi kunci suksesnya digitalisasi di sektor pajak.
Ia menilai, sistem ini juga relevan dengan semangat transparansi dan reformasi birokrasi yang selama ini digaungkan di pemerintahan.
Tidak hanya itu, penggunaan QRIS juga dinilai sejalan dengan gerakan nasional non-tunai yang tengah digalakkan oleh Bank Indonesia.
“Zaman sudah berubah. Kita tidak bisa lagi bertahan dengan pola-pola lama. Kalau bisa cepat, kenapa harus lambat? Kalau bisa transparan, kenapa harus gelap-gelapan? Pemerintah sudah mulai, sekarang masyarakat harus ikut,” tutur Daniel.
Sebagai wakil rakyat, Daniel Abdul Wahab menyampaikan bahwa pihak DPRK Banda Aceh akan terus memberikan dukungan terhadap kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada efisiensi dan transparansi anggaran.
Menurutnya, segala bentuk inovasi yang mengarah pada perbaikan sistem pelayanan publik harus didorong dan diawasi agar implementasinya benar-benar berdampak positif bagi masyarakat.
“Kalau rakyat senang, kami juga senang. Kita ingin Banda Aceh jadi kota yang tidak hanya indah secara fisik, tapi juga sehat secara manajemen,” tutup Daniel.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.