Luar Negeri
Terungkap! China Memborong Emas disaat Harga Melonjak, Ternyata Ini Tujuannya
Di balik kenaikan harga emas ini, para analis menyoroti satu faktor utama yaitu permintaan besar-besaran dari China.
SERAMBINEWS.COM – Harga emas dunia mengalami lonjakan signifikan dalam beberapa pekan terakhir. Lonjakan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global.
Di balik kenaikan harga emas ini, para analis menyoroti satu faktor utama yaitu permintaan besar-besaran dari China.
Pekan lalu, harga emas sempat menembus rekor baru sebesar 3.500 dollar AS per troy ounce sebelum turun ke kisaran 3.300 dollar AS.
Meski mengalami sedikit koreksi, harga emas masih sekitar 40 persen lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu—melampaui proyeksi awal sejumlah analis untuk akhir 2025.
Menurut Adrian Ash, Direktur Riset BullionVault—sebuah platform perdagangan emas internasional—lonjakan harga ini didorong oleh lonjakan aktivitas perdagangan emas di pasar China.
"Volume transaksi di Shanghai Gold Exchange dan Shanghai Futures Exchange meningkat drastis," ujar Ash dilansir dari Newsweek, Minggu (4/5/2025).
Sementara itu, Joseph Cavatoni, ahli strategi pasar senior di World Gold Council, menyebut pembelian emas yang masif dari China, baik oleh investor swasta maupun institusi negara, telah mencetak rekor baru.
“Investor global ingin memitigasi risiko di tengah volatilitas yang terus berlanjut,” katanya.
Baca juga: Harga Emas Antam Turun Rp 58.000 dalam Sepekan dari Rekor Tertinggi, Tetap Menarik untuk Investasi?
Mengamankan Ketahanan Ekonomi
Ketertarikan China terhadap emas bukanlah hal baru. Negara itu tercatat aktif membeli emas selama 15 tahun terakhir.
Namun, tren ini meningkat tajam sejak masa jabatan kedua Presiden Donald Trump dimulai.
China menjadi sasaran utama kebijakan perdagangan baru Amerika Serikat (AS) yang memperketat arus barang masuk dan mengenakan lebih dari 145 jenis tarif terhadap produk asal China.
Ash menilai bahwa upaya China memborong emas tidak bisa dilepaskan dari keinginannya untuk menjaga kedaulatan ekonomi di tengah tekanan eksternal.
“Sering kali kita terlalu mudah menghubungkan harga emas dengan ketegangan geopolitik, tapi saat ini itu tampaknya memang alasan utamanya,” kata dia.
Hal ini juga ditegaskan oleh pernyataan Asosiasi Emas China yang melaporkan kenaikan 30 persen dalam konsumsi emas batangan dan koin domestik pada kuartal pertama 2025.
“Geopolitik yang kompleks dan ketidakpastian ekonomi semakin menegaskan peran emas sebagai lindung nilai dan pelindung nilai kekayaan,” tulis asosiasi tersebut.
Baca juga: Update Harga Emas Murni, London & Paon di Lhokseumawe Per 3 Mei 2025, Turun Rp 30 Ribu/Mayam
Berapa Cadangan Emas China Sebenarnya?
Meski bank sentral China secara rutin melaporkan cadangan emasnya kepada Dana Moneter Internasional (IMF), para analis meragukan keakuratannya.
Menurut data World Gold Council, cadangan resmi emas China tercatat sekitar 2.292 ton per Maret 2025.
Namun, sejumlah pengamat meyakini angka sesungguhnya bisa melampaui 30.000 ton.
"Tak ada yang benar-benar tahu seberapa besar emas yang disimpan oleh pemerintah China," kata Ash. "Dan itu membuatnya mustahil untuk diperkirakan secara pasti."
Diversifikasi dari Dollar AS
China tidak hanya mengumpulkan emas. Negara ini juga gencar mengembangkan instrumen keuangan alternatif, seperti Exchange-Traded Funds (ETF).
Dalam tiga pekan pertama April saja, dari sekitar 6 miliar dollar AS arus masuk ETF ke Asia, China menyumbang 5,8 miliar dollar AS.
Langkah ini dinilai sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap ekonomi Amerika Serikat.
"Memegang emas membantu China memitigasi risiko akibat ketergantungan yang terlalu besar pada aliran perdagangan, pembayaran, dan investasi berbasis dolar AS," ujar Cavatoni.
Ash bahkan menyebut langkah ini sebagai "sinyal perlawanan" terhadap dominasi dolar. "Memiliki emas adalah antitesis dari memegang dolar AS," ujarnya.
Ia juga mengkritik ketidakpastian kebijakan ekonomi AS di bawah Trump, yang kerap berubah mendadak dan diumumkan melalui media sosial.
Peter Schiff, analis keuangan senior dan pengamat pasar emas, menyebut bahwa China kini semakin banyak memindahkan cadangan kekayaannya dari dolar AS ke aset lain seperti emas, euro, poundsterling, serta surat utang Eropa.
"Kita sedang menghadapi masalah besar sebagai negara," kata Schiff. "Karena defisit anggaran yang terus menumpuk kini mulai menunjukkan dampaknya."
Ke Mana Arah Harga Emas?
Lonjakan harga emas belakangan ini mendorong lembaga keuangan untuk memperbarui proyeksi mereka.
Goldman Sachs memprediksi harga emas bisa mencapai 3.700 dollar AS per ounce di akhir tahun ini.
JPMorgan bahkan memproyeksikan harga bisa menembus 4.000 dollar AS pada kuartal kedua 2026.
Namun, menurut Cavatoni, ketidakpastian yang mendorong harga emas saat ini juga menjadi penghambat utama untuk kenaikan berikutnya.
"Risiko dan volatilitas masih sangat tinggi. Itu sebabnya investor terus mencari perlindungan di tengah kondisi global yang tidak menentu," katanya.
Baca juga: Profil Warren Buffett, CEO Berkshire Hathaway, Kekayaan Rp 2.771 Triliun, 99 Persen untuk Amal
Baca juga: Update Harga TBS Kelapa Sawit di PMKS Aceh Singkil, Tertinggi Rp 2.850 Per Kilogram, Ini Datanya
Baca juga: Pria Beristri Rekam Tetangga yang sedang Ganti Pakaian Lewat Jendela, Ibu Mertua Juga Jadi Korban
Artikel ini sudah tayang di Kompas.com
Puluhan Mayat Berjajar di Belakang RS Sweida Suriah, Sebagian Besar Jenazah Mulai Membusuk |
![]() |
---|
Kisah Al-Waleed, Pangeran Arab 2 Kali Gerakkan Tubuh Selama 20 Tahun Koma, Wafat di Usia 36 Tahun |
![]() |
---|
Inna Lillahi, 20 Tahun Koma, Pangeran Arab Saudi Al-Waleed Bin Khaled Dinyatakan Meninggal Dunia |
![]() |
---|
Trump Umumkan Tarif Impor 19 Persen untuk Indonesia, Barang AS Bebas Bea Masuk ke RI |
![]() |
---|
Pesawat Jatuh di Bandara London, Kobaran Api Membumbung, Saksi Mata Ungkap Detik-detik Kejadian |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.