Emas Kembali Melejit! Ketegangan Global dan Peringatan The Fed Guncang Pasar Dunia

SERAMBINEWS.COM-Harga emas melonjak pada hari Kamis (8/5/2025), setelah bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) mengeluarkan peringatan mengenai meningkatnya inflasi dan risiko yang membayangi pasar tenaga kerja. 

Kondisi ini membuat investor semakin khawatir terhadap arah perekonomian global, terutama menjelang pembicaraan perdagangan penting antara Amerika Serikat dan Tiongkok akhir pekan ini.

Dilansir dari kantor berita Reuters (8/5/2025), pada pukul 02.23 GMT, harga emas di pasar spot naik 1,4 persen menjadi $3.409,76 per ons, sementara emas berjangka AS menguat 0,7 persen ke $3.416,70 per ons.

“Saya pikir sebagian besar ini disebabkan oleh sedikit penurunan imbal hasil obligasi setelah pengumuman dari The Fed. Bahasa ‘tunggu dan lihat’ dari mereka sudah cukup menenangkan pasar untuk saat ini,” ujar Kyle Rodda, analis pasar dari Capital.com.

 Ia menambahkan, “Selain itu, pernyataan Presiden Trump yang lebih keras soal negosiasi perdagangan dengan Tiongkok juga memicu kekhawatiran.”

Rodda juga menekankan bahwa pergerakan emas saat ini mencerminkan dua hal penting yang tengah terjadi di pasar.

Baca juga: Naik Lagi! Harga Emas di Banda Aceh Kembali Bersinar, Berikut Rincian Harga per Mayam, 7 Mei 2025

Melambatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan tren de-dolarisasi, yaitu berkurangnya ketergantungan negara-negara pada dolar AS sebagai mata uang cadangan global.

The Fed pada hari Rabu memutuskan untuk menahan suku bunga tetap, namun mengakui bahwa risiko inflasi dan pengangguran telah meningkat.

Hal ini membuat prospek ekonomi AS semakin tidak pasti.

Ketua The Fed, Jerome Powell, mengatakan bahwa saat ini belum jelas apakah ekonomi Amerika akan terus tumbuh stabil atau justru akan tergelincir karena tekanan inflasi dan ketidakpastian kebijakan.

“Situasinya belum pasti. Kami melihat risiko meningkat di kedua arah, baik dari sisi inflasi maupun pelemahan ekonomi,” ujar Powell dalam konferensi pers.

Sementara itu, pasar saat ini memperkirakan bahwa suku bunga akan diturunkan sebanyak 77 basis poin tahun ini, dan kemungkinan penurunan pertama terjadi pada September.

Baca juga: Maxime dan Luna Maya Menikah, Ari Lasso Sampaikan Pesan Ini

Di sisi lain, ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok kembali memanas.

Pada hari Rabu (7/5/2025), Presiden Donald Trump mengatakan bahwa Tiongkok seharusnya memulai negosiasi dengan itikad baik, namun ia juga menegaskan bahwa tidak akan menurunkan tarif impor untuk saat ini.

Ini membuat suasana pembicaraan yang akan digelar di Swiss akhir pekan ini menjadi semakin tegang.

“Jika Tiongkok ingin kesepakatan, mereka tahu harus dari mana mulai. Tapi saya tidak akan memberikan keringanan tarif hanya untuk membawa mereka ke meja perundingan,” kata Trump.

Emas, yang dikenal sebagai aset aman atau safe haven, biasanya menguat saat terjadi ketidakpastian ekonomi dan politik.

 Dalam situasi suku bunga rendah, logam mulia seperti emas yang tidak memberikan bunga atau dividen pun jadi lebih menarik bagi investor.

Selain ketegangan ekonomi, situasi geopolitik juga ikut memperkuat harga emas.

Pada hari Rabu, India menyerang wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan, sebagai balasan atas pembunuhan seorang turis bulan lalu.

Pakistan membalas dengan menembak jatuh lima pesawat militer India, dalam bentrokan yang disebut sebagai yang paling serius dalam lebih dari dua dekade antara kedua negara yang sama-sama memiliki senjata nuklir.

Kondisi ini menambah kekhawatiran global dan membuat investor lebih memilih aset yang aman seperti emas.

Tak hanya emas, logam mulia lainnya juga mengalami kenaikan harga. Harga perak naik 1,1 persen menjadi $32,82 per ons, platinum menguat 0,8 persen ke $982,05, dan paladium stabil di $971,95 per ons.

Baca juga: Trump Guncang Hollywood! Film Luar Negeri Terancam Kena Tarif 100 Persen

 (Serambinews.com/Sri Anggun Oktaviana)