Konklaf
Konklaf: Di Balik Proses Sakral Pemilihan Paus, Bagaimana Seorang Paus Dipilih?
Para kardinal berkumpul di Roma dan mengikuti Misa khusus sebelum konklaf dimulai. Jumlah kardinal yang boleh memilih, atau disebut kardinal elektor
Penulis: Sri Anggun Oktaviana | Editor: Amirullah
Konklaf: Di Balik Proses Sakral Pemilihan Paus, Bagaimana Seorang Paus Dipilih?
SERAMBINEWS.COM-Setiap kali Tahta Suci Vatikan kosong, para kardinal dari seluruh dunia berkumpul di Vatikan untuk memilih Paus yang baru.
Proses ini dikenal sebagai Konklaf, yang berarti "dikunci bersama" dalam bahasa Latin.
Nama ini mencerminkan situasi unik di mana para kardinal terkunci di dalam Kapel Sistina sampai seorang Paus terpilih.
Tahapan Awal: Persiapan Konklaf
Dilansir dari Vatican News (8/5/2025), Konklaf biasanya dimulai beberapa hari setelah wafat atau pengunduran diri Paus sebelumnya.
Para kardinal berkumpul di Roma dan mengikuti Misa khusus sebelum konklaf dimulai.
Jumlah kardinal yang boleh memilih, atau disebut kardinal elektor, adalah mereka yang berusia di bawah 80 tahun.
Dalam konklaf terbaru, ada 133 kardinal pemilih.
Setelah Misa, para kardinal menuju ke Kapel Sistina.
Mereka bersumpah untuk menjaga kerahasiaan penuh selama proses pemilihan.
Tidak ada akses ke media, telepon, atau komunikasi luar.
Baca juga: Wow! Harga Emas Kembali Sentuh Rp 6 Juta per Mayam di Langsa Pada Kamis 8 Mei 2025
Surat Suara: "Eligo in Summum Pontificem"
Setiap kardinal akan menerima surat suara yang berbentuk persegi panjang.
Di bagian atas surat suara tertulis dalam bahasa Latin: “Eligo in Summum Pontificem” yang berarti “Saya memilih sebagai Paus Tertinggi”.
Bagian bawah surat suara dibiarkan kosong untuk menuliskan nama calon yang mereka pilih.
Surat suara ini dirancang agar dapat dilipat menjadi dua, sesuai ketentuan resmi dari Konstitusi Apostolik Universi Dominici Gregis.
Pengorganisasian dan Pemungutan Suara
Sebelum pemungutan suara dimulai, akan diundi sembilan kardinal yang bertugas:
- 3 pengawas: Menghitung suara.
- 3 infirmarii: Mengumpulkan suara dari kardinal yang sedang sakit.
- 3 revisi: Memverifikasi hasil penghitungan suara
Seluruh proses dimulai setelah semua orang yang tidak berhak memilih, seperti petugas liturgi atau sekretaris, meninggalkan Kapel Sistina.
Pintu kapel lalu ditutup dan hanya dibuka bila diperlukan.
Kardinal Sakit Tetap Memberi Suara
Bagi kardinal yang sakit dan tidak bisa datang ke Kapel Sistina, para infirmarii akan membawa surat suara dan sebuah kotak khusus ke kamar mereka.
Kotak ini sebelumnya diperlihatkan kosong, lalu dikunci di hadapan semua kardinal.
Surat suara dimasukkan ke dalam kotak melalui celah kecil dan setelah selesai, kotak dibawa kembali ke Kapel Sistina dan dibuka di hadapan seluruh kardinal.
Proses Penghitungan Suara
Setelah semua kardinal memberikan suara, penghitungan dimulai:
- Pengawas pertama mengocok semua surat suara dalam sebuah piala besar.
- Kemudian surat suara dihitung satu per satu.
- Jika jumlah surat suara tidak sesuai dengan jumlah pemilih, semuanya dibakar dan pemungutan suara diulang.
- Jika jumlahnya cocok, pengawas membuka dan membacakan nama yang tertera dengan suara keras.
- Jika ada dua surat suara yang ditulis oleh orang yang sama dan mencantumkan nama yang sama, maka dihitung sebagai satu suara.
- Jika kedua nama berbeda, surat suara dianggap tidak sah.
Setelah semua suara dihitung, surat suara itu ditusuk dengan jarum melalui kata Eligo dan diikat dengan tali.
Surat suara itu kemudian disimpan sebagai arsip resmi.
Baca juga: Emas Melesat! Harga Tertinggi dalam Dua Minggu di Tengah Guncangan Tarif Trump
Mayoritas Dua Pertiga Dibutuhkan
Untuk bisa terpilih sebagai Paus, seorang kandidat harus mendapatkan mayoritas dua pertiga dari jumlah suara.
Dalam konklaf dengan 133 pemilih, berarti diperlukan minimal 89 suara.
Tungku dan Warna Asap
Setelah penghitungan selesai, semua surat suara dibakar dalam sebuah tungku besi cor di Kapel Sistina.
Sejak tahun 2005, ada dua tungku: satu untuk membakar surat suara, dan satu lagi terhubung ke cerobong asap yang terlihat dari Lapangan Santo Petrus.
Jika tidak ada Paus yang terpilih, bahan kimia ditambahkan untuk menghasilkan asap hitam.
Jika seorang Paus telah terpilih, bahan kimia menghasilkan asap putih, tanda bagi seluruh dunia bahwa seorang Paus baru telah dipilih.
Jika dua putaran suara berlangsung secara berurutan, surat suara dari kedua putaran dibakar sekaligus setelah yang kedua selesai.
"Ruang Air Mata": Saat Paus Terpilih
Setelah satu nama mendapatkan dua pertiga suara, konklaf berakhir.
Paus yang baru terpilih dibawa ke ruangan kecil di sebelah Kapel Sistina yang dikenal sebagai "Ruang Air Mata", disebut demikian karena banyak yang menangis di sana karena rasa haru atau beban tanggung jawab besar.
Di ruang ini, Paus mengenakan jubah putih untuk pertama kalinya.
Kemudian, ia akan kembali ke Kapel Sistina dan menerima penghormatan dari para kardinal.
Baca juga: VIDEO - Diam-diam Inggris Kirim Komponen Jet untuk Israel, Lisensi Ekspor Dilanggar
Kapan Pemungutan Suara Dihentikan?
Pemungutan suara dilakukan empat kali sehari: dua kali pagi dan dua kali sore.
Jika setelah tiga hari tidak ada yang terpilih, proses dihentikan untuk satu hari doa dan refleksi.
Setelah itu, pemungutan suara dilanjutkan.
Jika setelah 21 putaran tidak juga menghasilkan Paus, para kardinal harus memilih hanya dari dua kandidat dengan suara terbanyak.
Namun, mayoritas dua pertiga tetap dibutuhkan, dan kedua kandidat tidak boleh memberikan suara dalam putaran itu.
Akhir dari Konklaf
Begitu Paus baru dipilih, nama dan wajahnya diumumkan ke publik melalui balkon Basilika Santo Petrus.
Kardinal senior akan berkata, “Habemus Papam!” yang artinya “Kita punya Paus!” Lalu Paus baru memberikan berkat pertamanya kepada dunia.
Proses pemilihan Paus adalah salah satu tradisi tertua dan paling sakral di dunia.
Di balik pintu tertutup Kapel Sistina, para kardinal tidak hanya memilih seorang pemimpin, tetapi juga seseorang yang akan membimbing lebih dari satu miliar umat Katolik di seluruh dunia dalam iman dan moral.
Baca juga: Gempar! Trump Janjikan Kesepakatan Dagang Raksasa, Dunia Tunggu Arah Baru Perdagangan Global
(Serambinews.com/Sri Anggun Oktaviana)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.