Gaza
Donald Trump Ingin Ubah Gaza Jadi “Zona Kebebasan”, Netanyahu Tegaskan Hubungan AS-Israel
Ia mengatakan punya konsep untuk menjadikan Gaza seperti “Riviera di Timur Tengah”.
Penulis: Gina Zahrina | Editor: Amirullah
SERAMBINEWS.COM - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menuai sorotan setelah menyatakan ingin “merebut” Jalur Gaza dan mengubahnya menjadi “zona kebebasan”.
Pernyataan ini disampaikan Donald Trump saat kunjungan ke Qatar pada (15/5/2025) lalu, dalam pertemuan dengan pejabat dan pelaku bisnis.
Donald Trump menyebut wilayah Gaza saat ini “tidak dapat diterima” karena banyak bangunan yang hancur akibat perang.
Donald Trump mengatakan punya konsep untuk menjadikan Gaza seperti “Riviera di Timur Tengah” sebagaimana dikutip dair Reuters. Namun, ia tidak menjelaskan secara rinci maksud dari zona kebebasan tersebut.
Pernyataan Donald Trump langsung menuai kecaman dari berbagai pihak. Hamas menilai ide itu sebagai bentuk pembersihan etnis, sementara negara-negara Arab menolak keras rencana apapun yang dianggap mengabaikan hak rakyat Palestina.
Netanyahu Bantah Isu Retaknya Hubungan dengan Donald Trump
Sementara itu, melansir dari Kompas, perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membantah spekulasi tentang renggangnya hubungan antara dirinya dengan Presiden Trump.
Baca juga: Donald Trump Umumkan Rusia-Ukraina Siap Berdamai, Apakah Perang Akan Segera Berakhir?
Hal ini menyusul kunjungan Trump ke negara-negara Teluk tanpa menyertakan Israel dalam agendanya.
Dalam konferensi pers pada Rabu (21/5/2025), Netanyahu mengatakan bahwa dirinya baru saja berbicara langsung dengan Trump sekitar sepuluh hari lalu.
“Trump bilang kepada saya, ‘Bibi, saya tetap berkomitmen penuh kepada Anda dan kepada Israel,’” kata Netanyahu menirukan ucapan Trump yang dikutip lewat Kompas pada (22/5/2025).
Netanyahu juga menyampaikan bahwa Wakil Presiden AS JD Vance turut meyakinkannya bahwa hubungan kedua negara tetap kuat, dan meminta agar tidak mempercayai rumor di media.
AS Desak Akhiri Perang Gaza
Meski menegaskan komitmen terhadap Israel, Trump juga terus mendesak agar perang di Gaza segera diakhiri.
Pemerintah AS menyoroti krisis kemanusiaan akibat blokade Israel selama 11 minggu yang membuat warga sipil di Gaza menderita.
Baca juga: Israel Membom Generator Listrik Rumah Sakit Indonesia, Pelayanan Kesehatan Lumpuh
Sikap ini menimbulkan spekulasi bahwa AS mulai mengambil posisi lebih netral dalam konflik Israel-Palestina.
Namun, Netanyahu menegaskan bahwa kerja sama strategis dengan AS tetap terjaga, meskipun ada perbedaan pandangan.
Gaza Bukan Properti Dagang
Menanggapi pernyataan Trump, pejabat Hamas Basem Naim menegaskan bahwa Gaza adalah bagian tak terpisahkan dari Palestina.
“Gaza bukanlah real estate untuk dijual di pasar terbuka,” tegas Naim.
Hingga kini, serangan Israel ke Gaza yang dimulai sejak Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 53.000 warga Palestina. Israel menyebut serangan itu sebagai balasan atas serangan Hamas ke wilayah selatan Israel tahun lalu.
(Serambinews.com/Gina Zahrina)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.