Konflik Palestina dan Israel
Gencatan Senjata Ditolak! AS Kembali Jadi Tembok Perdamaian Gaza
"Amerika Serikat sudah jelas: Kami tidak akan mendukung tindakan apa pun yang gagal mengutuk Hamas dan tidak menyerukan Hamas untuk melucuti senjata d
Penulis: Sri Anggun Oktaviana | Editor: Amirullah
Gencatan Senjata Ditolak! AS Kembali Jadi Tembok Perdamaian Gaza
SERAMBINEWS.COM – Amerika Serikat kembali menggunakan hak vetonya di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menggagalkan rancangan resolusi yang menyerukan "gencatan senjata segera, tanpa syarat dan permanen" antara Israel dan kelompok militan Hamas di Gaza.
Keputusan ini diambil meskipun 14 dari 15 negara anggota Dewan memberikan suara mendukung resolusi tersebut.
Dilansir dari kantor berita Reuters (5/6/2025), resolusi itu juga menuntut akses bantuan kemanusiaan yang tanpa hambatan ke seluruh wilayah Gaza yang saat ini dilanda krisis kemanusiaan akut.
Lebih dari dua juta penduduk sipil berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dihantui kelaparan, kekurangan air bersih, dan keterbatasan layanan kesehatan.
Baca juga: Harga Emas Mulai Turun Lagi, Efek Domino dari Drama Trump vs Xi Jinping?
Alasan Veto AS
Dalam penjelasannya sebelum pemungutan suara, Penjabat Duta Besar AS untuk PBB, Dorothy Shea, menyatakan bahwa resolusi tersebut tidak seimbang karena tidak mengecam tindakan Hamas.
"Amerika Serikat sudah jelas: Kami tidak akan mendukung tindakan apa pun yang gagal mengutuk Hamas dan tidak menyerukan Hamas untuk melucuti senjata dan meninggalkan Gaza," kata Shea.
Ia juga menegaskan bahwa mendukung resolusi tersebut bisa merusak upaya diplomatik yang sedang dilakukan AS untuk menengahi gencatan senjata secara bertahap.
Baca juga: 367 Rudal dan Drone Menghujani Ukraina! Zelenskiy Teriak, Trump Ledakkan Emosi pada Putin!
Reaksi Dunia Internasional
Keputusan AS ini menuai kritik dari banyak pihak.
Duta Besar Inggris untuk PBB, Barbara Woodward, menyebut operasi militer Israel dan pembatasan bantuan kemanusiaan sebagai tindakan yang “tidak dapat dibenarkan, tidak proporsional, dan kontraproduktif.”
Sementara itu, Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, membela keputusan negaranya untuk terus berperang. Ia menolak konsep gencatan senjata permanen dengan alasan bahwa Hamas tidak bisa dibiarkan tetap berada di Gaza.
"Anda memilih peredaan dan penyerahan. Anda memilih jalan yang tidak mengarah pada perdamaian. Hanya menuju lebih banyak teror," ujar Danon kepada anggota dewan yang mendukung resolusi tersebut.
Sebaliknya, kelompok Hamas mengecam veto AS dan menyebutnya sebagai bentuk "keberpihakan buta pemerintah AS terhadap Israel."
Baca juga: Trump Kembali “Menggila”! Tarif Baja Digas Jadi 50 Persen, Ekonomi Global Siaga Satu!
Krisis Kemanusiaan Makin Parah
Perang di Gaza meletus sejak Oktober 2023, setelah Hamas meluncurkan serangan mengejutkan yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel dan menyandera sekitar 250 orang lainnya.
Israel membalas dengan operasi militer besar-besaran yang, menurut otoritas kesehatan Gaza, telah menewaskan lebih dari 54.000 warga Palestina mayoritasnya adalah warga sipil.
Ribuan jenazah lainnya masih tertimbun di bawah reruntuhan bangunan.
Di bawah tekanan internasional, Israel akhirnya mengizinkan kembali pengiriman bantuan pada 19 Mei. Namun, bantuan tersebut masih sangat terbatas dan jauh dari mencukupi.
Satu minggu kemudian, sebuah sistem distribusi bantuan baru yang kontroversial diluncurkan oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), yang didukung oleh AS dan Israel.
GHF menggunakan perusahaan keamanan dan logistik swasta asal AS untuk mengirimkan bantuan ke lokasi-lokasi distribusi yang disebut sebagai “zona aman”.
AS menyatakan bahwa sistem bantuan sebelumnya, yang dipimpin PBB, gagal karena tidak cukup aman dan efisien.
"Tidak seorang pun ingin melihat warga sipil Palestina di Gaza kelaparan atau kehausan," ujar Shea.
Namun ia menambahkan bahwa rancangan resolusi Dewan Keamanan tidak mengakui kekurangan dalam metode pengiriman bantuan sebelumnya.
Baca juga: Harga Emas Tergelincir Setelah Trump Ubah Haluan! Perang Dagang Ditunda, Gejolak Masih Mengintai!
Penolakan PBB dan Organisasi Kemanusiaan
Meski didukung oleh Washington dan Tel Aviv, GHF mendapat penolakan dari PBB dan banyak organisasi kemanusiaan internasional.
Mereka menilai sistem ini tidak netral, mempolitisasi bantuan, dan memaksa perpindahan paksa warga Palestina.
Tidak ada bantuan yang disalurkan oleh GHF pada hari Rabu karena insiden mematikan sehari sebelumnya.
Dalam pernyataan publik, GHF meminta militer Israel untuk meningkatkan keselamatan di sekitar zona distribusi dan memberikan pelatihan lebih kepada tentara terkait keselamatan sipil.
Di media sosial, GHF menyebut bahwa “pekerjaan pemeliharaan yang sedang berlangsung” menjadi alasan ditundanya distribusi bantuan pada hari Kamis.
Mereka mengklaim telah mendistribusikan lebih dari tujuh juta makanan sejak mulai beroperasi.
PBB: Hapus Semua Pembatasan
Sementara itu, Kepala Bantuan Kemanusiaan PBB Tom Fletcher menyerukan agar semua perbatasan dibuka untuk bantuan.
"Buka semua tempat penyeberangan. Biarkan bantuan penyelamat masuk dalam jumlah besar, dari segala arah. Hapus batasan tentang apa dan berapa banyak bantuan yang dapat kami bawa. Pastikan konvoi kami tidak terhambat oleh penundaan dan penolakan," tegas Fletcher.
PBB menegaskan bahwa mereka memiliki rencana, logistik, dan pengalaman untuk menangani krisis di Gaza, asalkan tidak dihalangi oleh kebijakan militer dan politik yang diskriminatif.
Duta Besar Slovenia untuk PBB, Samuel Zbogar, menambahkan dengan nada tegas:
"Sudah cukup penderitaan warga sipil. Sudah cukup makanan digunakan sebagai senjata. Sudah cukup sudah."
Baca juga: Tung Tung Tung Sahur Meledak di TikTok! Meme Lokal Jadi Viral di Dunia Brainrot Global
Majelis Umum PBB
Setelah veto AS di Dewan Keamanan, para diplomat mengatakan bahwa rancangan resolusi serupa kemungkinan akan diajukan ke Majelis Umum PBB, yang beranggotakan 193 negara.
Tidak ada negara yang memiliki hak veto di sana, sehingga rancangan tersebut hampir pasti akan disetujui secara mayoritas.
Namun, Duta Besar Israel, Danny Danon, menganggap langkah ini sia-sia.
"Jangan buang-buang waktu Anda lagi, karena tidak ada resolusi, tidak ada suara, tidak ada kegagalan moral, yang akan menghalangi jalan kita," ujarnya dengan nada menantang.
Baca juga: Ini Dia Asal Mula Tung Tung Tung Sahur, Ballerina Cappucina dan Mahluk Anomali Lainnya yang Viral
(Serambinews.com/Sri Anggun Oktaviana)
Israel Serang Rumah Sakit Nasser di Gaza, 15 Orang Tewas Termasuk 4 Jurnalis |
![]() |
---|
Israel Siap Gencatan Senjata Jika Hamas Dibubarkan? Trump Ultimatum Hamas: Terima atau Hancur! |
![]() |
---|
Dubes AS Mike Huckabee Tolak Palestina di Tepi Barat: Kenapa Harus di Tanah yang Sama dengan Israel? |
![]() |
---|
Biadab! Israel Kembali Bantai Puluhan Warga Gaza di Titik Bantuan di Tengah Kelaparan |
![]() |
---|
Misi Kemanusiaan Disergap! Israel Tahan Kapal Bantuan Bersama Greta Thunberg |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.