Abdya

Hj Rosnani Adam Ungkap Ketahanan Pangan Berbasis Desa Qaryah Tayyibah di Milad 'Aisyiyah

Di Abdya sendiri, kata Rosnani, ‘Aisyiyah sudah melakoni berbagai program yang menyentuh langsung dengan masyarakat...

Penulis: Masrian Mizani | Editor: Eddy Fitriadi
Serambinews.com/Masrian Mizani 
MILAD AISYIYAH - Pelaksanaan Milad Ke-108 'Aisyiyah Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Masjid At-Taqwa, Blangpidie, Minggu (15/6/2025). 

Laporan Masrian Mizani I Aceh Barat Daya 

SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE - Pimpinan Daerah (PD) ‘Aisyiyah Kabupaten Aceh Barat Daya melaksanakan Milad ke-108 tahun dengan mengusung tema 'Memperkokoh Ketahanan Pangan Berbasis Desa Qaryah Tayyibah, Menuju Ketahanan Nasional”.

Kegiatan ini berlangsung di Gedung Dakwah Muhammadiyah Abdya, Masjid At-Taqwa, Blangpidie, Minggu (15/5/2025).

Ketua PD ‘Aisyiyah Abdya Hj Rosnani Adam menyebutkan, lembaga tersebut sudah hadir dan memberikan kontribusi untuk Negara Indonesia sejak tahun 1919.

Di Abdya sendiri, kata Rosnani, ‘Aisyiyah sudah melakoni berbagai program yang menyentuh langsung dengan masyarakat, seperti pendidikan, sosial kesehatan, dakwah agama, dan berbagai usaha lainnya, yang diharapkan terus menyinari dan membuka jalan yang benar bagi masyarakat.

“Melalui Milad ini, mari kita terus bekerja dan berdakwah untuk mencerahkan masyarakat. Dakwah yang memerdekakan, memberdayakan, dan memajukan,” ucap Rosnani.

Menurutnya, pemilihan tema pada Milad ‘Aisyiyah tahun ini sangat tepat dalam mendorong kiprah yang lebih besar dan lebih nyata pada masyarakat.

“Momen Milad ke-108 ini, ‘Aisyiyah harus mensyukuri sebagai tanda pengakuan kebesaran Allah, karena sampai sekarang lembaga ini masih eksis ditengah-tengah ummat,” ujarnya.

Rosnani menyebutkan, umur 108 tahun ‘Aisyiyah bukan sekadar angka, namun ia adalah jejak perjalanan sejarah atau sebuah ikhtiar panjang dari perempuan-perempuan tangguh yang memilih berkhidmat bukan hanya untuk rumah tangga tetapi juga untuk umat, bangsa, dan peradaban.

"Di usia yang lebih dari satu abat ini, kita dihadapkan pada tantangan zaman yang semakin kompleks, seperti krisis iklim, moral, identitas, dan pangan,” kata Rosnani.

“Ketika kenaikan harga bahan pokok, berkurangnya lahan pertanian, dan migrasi anak-anak desa ke kota, ‘Aisyiyah hadir dengan tema yang tidak sekadar strategis, tetapi juga sangat relevan dan visioner yaitu 'Ketahanan Pangan Berbasis Desa Qaryah Thayyibah," tambahnya.

Rosnani menjelaskan, Qaryah Thayyibah bukan sekadar desa, tapi peradaban, bukan hanya desa yang subur tanahnya, ia adalah desa yang makmur jiwa dan raganya, desa yang memuliakan petaninya, menjunjung tinggi nilai gotong royong, menjaga alam sebagai amanah, dan menjadikan pangan bukan sekadar urusan perut, tetapi urusan iman.

"Kita ingin mengajak untuk kembali menengok akar, bahwa ketahanan pangan bukan dimulai dari supermarket, tapi dari sawah yang dirawat dengan cinta. Bukan dari pasar global, tapi dari halaman rumah dan kebun keluarga," sebutnya.

“Mengapa perempuan harus terlibat, karena sejarah telah membuktikan, perempuan adalah penjaga kehidupan,” tambah Rosnani.

Di tangan perempuan, sebutnya, benih bukan hanya ditanam, tapi dirawat dan diwariskan. 

“Di tangan ibu, makanan bukan hanya dimasak, tapi dipilih dengan kasih dan tanggung jawab. Di tangan perempuan desa, bumi diberi napas untuk terus tumbuh," ucap Rosnani.

‘Aisyiyah hari ini, sebut Rosnani, sebagaimana dulu pertama didirikan oleh Nyai Ahmad Dahlan, memanggil perempuan-perempuan Indonesia untuk bangkit, bersuara, dan berperan aktif sebagai lokomotif ketahanan pangan nasional.

"Jangan pernah remehkan langkah-langkah kecil dari desa. Satu kelompok tani perempuan yang berhasil menanam sayur di pekarangan rumah, itu adalah benteng ketahanan nasional. Satu ibu rumah tangga yang memilih bahan makanan lokal untuk keluarganya, itu adalah sikap politik kedaulatan," sebut Rosnani.

Di usia 108 tahun ini, ucapnya, Aisyiyah tidak ingin hanya dikenang sebagai organisasi perempuan, namun ingin dikenang sebagai perempuan yang memilih bergerak saat banyak yang memilih diam. 

“Perempuan yang tidak menunggu perubahan, tapi menjadi perubahan. Perempuan yang tidak hanya berdoa, tapi juga mencangkul tanah, menanam harapan, dan memanen masa depan," pungkas Rosnani. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved