Berita Aceh Barat

Napi Lapas Meulaboh Sulap Limbah Batubara Jadi Batako Bernilai Ekonomi

Dalam satu hari, para warga binaan mampu memproduksi sekitar 250 buah batako, dan permintaan dari konsumen terus berdatangan, bahkan telah ada

Penulis: Sadul Bahri | Editor: Muhammad Hadi
FOR SERAMBINEWS.COM
Pihak Lapas Kelas IIB Meulaboh, Aceh Barat bersama warga binaan memperlihatkan batako dari hasil produksi limbah batu bara, Rabu (25/5/2025) di Lapas setempat 

Laporan Sa'dul Bahri | Aceh Barat

SERAMBINEWS.COM, MEULABOH – Terobosan baru dilakukan Lapas Kelas IIB Meulaboh dalam membina kemandirian warga binaannya. 

Melalui kerja sama dengan PLTU Nusantara Power Unit Pembangkit Nagan Raya, para narapidana kini berhasil mengubah limbah pembakaran batubara PLTU, yakni Fly Ash dan Bottom Ash (FABA), menjadi batako berkualitas tinggi dan bernilai jual.

Langkah inovatif ini menjadi bukti nyata bahwa pembinaan di Lapas tidak hanya sebatas rutinitas, tetapi mampu mencetak karya nyata yang bermanfaat secara ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Kalapas Kelas IIB Meulaboh, Tendi Kustendi, menjelaskan bahwa program ini merupakan bagian dari upaya mendukung 13 program akselerasi Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, salah satu diantaranya penguatan dan Peningkatan Pendayagunaan Warga Binaan untuk Menghasilkan Produk UMKM.

“Dukungan ini kami wujudkan dengan memanfaatkan material FABA hasil pembakaran PLTU Nagan Raya, yang oleh narapidana kami diolah menjadi batako. Hasilnya, bukan hanya bernilai ekonomi, tapi juga berkualitas dan berdaya saing,” ujar Tendi.

Baca juga: Napi Kasus Narkotika Dominasi Penghuni Lapas Kualasimpang, Kapasitas Over hingga 300 Persen

Lebih lanjut Tendi juga menekankan bahwa program ini bukan hanya soal pembinaan teknis, tapi juga memberi harapan dan peluang kedua bagi para warga binaan agar bisa kembali ke masyarakat dengan keterampilan dan rasa percaya diri yang baru.

Sementara Kasubsi Kegiatan Kerja, Denni HS, menyebutkam, bahwa program pemanfaatan limbah FABA ini telah menunjukkan hasil yang menjanjikan. 

Dalam satu hari, para warga binaan mampu memproduksi sekitar 250 buah batako, dan permintaan dari konsumen terus berdatangan, bahkan telah ada yang memesan jauh-jauh hari.

“Dari sisi biaya, FABA jauh lebih murah dibandingkan pasir dan semen, tapi kualitas batako yang dihasilkan tetap tinggi. 

Ini sangat efisien dan memberikan nilai tambah besar, baik untuk pelatihan keterampilan maupun aspek lingkungan,” ujar Denni.

Baca juga: 1.500 Peserta Meriahkan Olahraga Bersama Lintas Instansi di Polda Aceh

Ia juga menambahkan bahwa program ini merupakan contoh konkret ekonomi sirkular dalam dunia pemasyarakatan limbah diolah menjadi produk berguna, sekaligus membentuk karakter kerja dan keterampilan narapidana secara berkelanjutan.

Ia menambahkan, program ini tidak akan terwujud tanpa kolaborasi erat antara Lapas Meulaboh dan PLTU Nusantara Power Unit Nagan Raya.

 Pihak PLTU dinilai telah memberikan dukungan yang luar biasa dengan membuka akses pemanfaatan limbah FABA untuk keperluan pembinaan.

“Kolaborasi seperti ini harus terus dikembangkan karena memberi manfaat yang luas. Bukan hanya bagi lembaga dan perusahaan, tapi juga bagi masyarakat dan lingkungan,” tutupnya.(sb)

Baca juga: Cegah Sengketa, Kemenag Aceh Besar Lakukan Pengukuran Tanah Wakaf di Pulo Aceh

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved