Breaking News

Kesehatan

Dengarkan Murottal Al Quran Saat Hamil Bagus, Tapi dr Boyke Justru Sarankan Hal Ini Lebih Baik

Banyak ibu hamil yang rutin memperdengarkan murottal Al Quran untuk janin dalam kandungan, dengan harapan sang buah hati tumbuh tenang dan cerdas.

|
Penulis: Firdha Ustin | Editor: Amirullah
Meta AI
Ilustrasi - Ibu hamil sedang memperdengarkan murottal Al Quran untuk janin dalam kandungan, gambar ini merupakan buatan Meta AI, Senin (7/7/202%). 

SERAMBINEWS.COM - Banyak ibu hamil yang rutin memperdengarkan murottal Al Quran untuk janin dalam kandungan, dengan harapan sang buah hati tumbuh tenang dan cerdas secara spiritual. 

Tapi menurut dr Boyke Dian Nugraha, dokter kandungan sekaligus seksolog, ada cara yang jauh lebih kuat selain memperdengarkan murottal Al Quran, bahkan cara ini bisa membangun koneksi kuat antara ibu dan anak sejak dini.

Dalam sebuah perbincangan bersama Deddy Corbuzier, dr Boyke menanggapi pertanyaan soal apakah memperdengarkan musik atau murottal Al Quran saat hamil memang memberi manfaat.

"Bagus," ujar dr Boyke singkat dikutip Serambinews.com dari kanal YouTube Deddy Corbuzier, Senin (7/7/2025).

Namun lanjut dr Boyke, ia menegaskan bahwa akan jauh lebih baik jika orang tuanya sendiri yang membacakan Al Quran secara langsung daripada hanya sekadar memperdengarkan murottal Al Quran untuk janin dalam kandungan.

 "Tapi akan jauh lebih baik justru kalau orang tuanya sendiri yang membacakan Al Quran langsung," tegasnya.

Baca juga: Seksolog dr Boyke: Konsumsi Junk Food Bisa Ganggu Hormon dan Kesuburan Pria-Wanita

Menurutnya, ketika ayah atau ibu secara langsung mengaji atau berbicara kepada janin, terjadi yang disebut sebagai koneksi psikofisiologis, hubungan mendalam antara aspek psikologis dan fisiologis antara orang tua dan bayi yang belum lahir.

“Suara orang tua sendiri punya efek yang berbeda. Itu membangun ikatan batin sejak dalam kandungan,” jelasnya.

Seksolog dr Boyke
Seksolog dr Boyke (TAULANY TV)

Tak hanya berhenti di masa kehamilan, dr Boyke juga menyinggung pentingnya pelukan dan kasih sayang saat menyusui.

Menurutnya, ASI bukan hanya tentang memberi gizi, tapi juga menyampaikan cinta.

“Lewat pelukan saat menyusui, ada sentuhan emosional. Itu yang membentuk kelekatan anak dengan orang tuanya,” tambahnya.

Lebih lanjut, dr Boyke juga menyampaikan keprihatinan bahwa banyak kasus kelainan seksual pada anak muda saat ini bisa jadi bermula dari kurangnya sentuhan kasih dan kehadiran emosional orang tua sejak dini.

Baca juga: Dr Boyke: 1000 Hari Pertama Kehidupan: Kunci Anak Sehat, Cerdas dan Terhindar dari Gangguan Perilaku

"Begitu juga dengan saat pemberian ASI, kedekatan emosional bisa melalui pelukannya. Dan faktanya anak-anak sekarang banyak kelainan seksual bisa karena kurang pelukan kasih sayang dari orang tuanya," ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, dr Boyke selaku dokter kandungan juga menegaskan pentingnya momen 1000 hari pertama sejak kehamilan.

Saat masih di kandungan, supaya tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan, ibu harus bahagia, bapak juga harus bahagia, dan bapak harus bisa memberikan motivasi pada istrinya.

Selain itu, kebutuhan zat besi, folat, vitamin A, protein, dan zinc harus cukup supaya tidak ada gangguan pada janin.

Setelah itu, selama 6 bulan pertama setelah lahir, wajib memberikan ASI eksklusif.

Lalu selama 500 hari berikutnya, anak harus mendapatkan makanan tambahan yang cukup dan sehat.

Baca juga: dr Boyke Bongkar Fakta Mengejutkan: Anak Kurang Kasih Sayang Bisa Alami Penyimpangan Seksual!

Kemudian, saat membesarkan anak jangan sampai ada bullying, jangan membanding-bandingkan dan jangan ada kekerasan.

Dengan begitu, kita bisa menghasilkan anak yang sehat secara fisik dan mental, sehingga di masa dewasa tidak muncul kelainan seksual atau perilaku menyimpang seperti fetish atau kecenderungan pada hewan.

Semua itu berawal dari cara kita merawat dan mendidik sejak dini.

"Apalagi anak-anak yang kurang mendapat pujian dari orang tuanya, di sinilah pentingnya peran orangtua, namun kenyataannya banyak ketidakhadiran orang tua saat masa perkembangannya yang menjadi penyebab anak melenceng," pungkas dr Boyke.

Dr Boyke Ungkap Risiko Membedaki Area Selangkangan Bayi: Bisa Sebabkan Kista Ovarium di Usia Remaja

Praktik membedaki area selangkangan bayi perempuan usai mandi atau buang air ternyata bukan kebiasaan yang sepele.

Menurut dr Boyke Dian Nugraha, kebiasaan membedaki area selangkangan ini justru bisa berdampak serius pada kesehatan organ reproduksi anak di masa depan.

Dalam sebuah podcast di kanal YouTube Has Creative yang dikutip Serambinews.com, Selasa (10/6/2025), dr Boyke menyampaikan bahwa penggunaan bedak di area kewanitaan dapat menyebabkan partikel bedak masuk ke dalam vagina, lalu menempel di indung telur (ovarium), yang pada akhirnya bisa memicu pertumbuhan kista.

“Banyak orang tua yang setelah anak buang air atau mandi, area Miss V-nya dibedaki agar kering. Tapi bedak itu lama-lama bisa masuk ke dalam, lalu menempel di indung telur. Akibatnya bisa muncul kista ovarium,” ungkap dr Boyke.

Ia bahkan membagikan pengalaman langsung saat menangani operasi kista pada seorang anak berusia 14 tahun.

Kista yang ditemukan berukuran besar dan menimbulkan rasa sakit.

Setelah ditelusuri, sang ibu mengakui bahwa anaknya rutin dibedaki di area kewanitaannya saat masih bayi.

“Saya tanya ibunya, 'Dulu waktu bayi, suka dibedakin area Miss V-nya?' Dijawab, 'Iya, dok.' Nah, itulah akibatnya,” katanya.

Dokter spesialis kebidanan dan kandungan itu pun mengimbau generasi muda, khususnya para ibu muda dari generasi Z untuk lebih memahami cara merawat organ intim anak sejak dini.

Menurutnya, edukasi mengenai kebersihan, penggunaan pembalut yang benar saat pubertas, dan perawatan area kewanitaan harus menjadi perhatian utama.

“Banyak hal kecil yang tampak sepele tapi bisa berdampak besar. Salah satunya ya kebiasaan membedaki itu,” tegas dr Boyke.

Bedak Bukan Solusi Lembap

Praktik membedaki area selangkangan umumnya dilakukan agar kulit bayi tidak lembap dan terhindar dari ruam.

Namun, dr Boyke menegaskan bahwa solusi ini justru bisa menimbulkan risiko kesehatan jangka panjang.

Sebagai gantinya, ia menyarankan orang tua menjaga kebersihan area genital dengan cara yang tepat dan alami, tanpa penggunaan produk yang bisa mengganggu keseimbangan organ intim.

(Serambinews.com/Firdha Ustin)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved