Haba Mifa

Surga Fauna Langka di Tengah Tambang, Komitmen PT Mifa Jaga Alam Aceh

“Sebagai perusahaan tambang, kami tidak hanya bicara soal angka dan produksi. Tapi kami juga punya tanggung jawab besar terhadap kelestarian alam,”

|
Penulis: Sadul Bahri | Editor: IKL
FOR SERAMBINEWS.COM
Ragam jenis fauna yang terpotret di area konservasi PT Mifa Bersaudara. 

SERAMBINEWS.COM, MEULABOH – Di tengah aktivitas industri tambang yang identik dengan hiruk-pikuk, ternyata ada sebuah oase kehidupan yang tenang dan memesona di Aceh Barat. Di sinilah, kawasan konservasi milik PT Mifa Bersaudara berdiri megah seluas 531 hektare, menjadi rumah bagi beragam satwa langka khas Aceh.

Kawasan ini bukan sembarang ruang hijau. Ia adalah tempat hidup berbagai spesies yang mulai langka dan terancam, seperti kedih (monyet endemik yang hanya ada di Sumatera), elang hitam yang gagah terbang melintasi langit, hingga kura-kura batok yang tenang menghuni perairan di sekitar lokasi. Di danau-danau kecilnya, burung belibis terlihat berenang riang, menambah harmoni alam yang memukau.

Keindahan tidak berhenti di situ. Burung pipit, punai kecil, raja udang mini, burung madu sepah raja dengan bulu berkilau, hingga bangau jong-jong yang elegan, semuanya menjadi bagian dari simfoni biodiversitas di area ini. Setiap pagi, kicauan burung dan suara serangga menciptakan orkestra alami yang menyambut matahari.

“Sebagai perusahaan tambang, kami tidak hanya bicara soal angka dan produksi. Tapi kami juga punya tanggung jawab besar terhadap kelestarian alam,” ungkap Aswan Dewangga, Division Head Environment PT Mifa Bersaudara, Selasa (15/7/2025).

Dalam pandangan Mifa, pertambangan dan perlindungan lingkungan bukanlah dua kutub yang berseberangan. Melalui penerapan prinsip Good Mining Practice, Mifa membuktikan bahwa aktivitas ekonomi bisa selaras dengan komitmen terhadap Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya pada perlindungan keanekaragaman hayati.

Tim lingkungan PT Mifa mencatat pertumbuhan jumlah spesies dari berbagai kelas hewan: aves (burung), insecta (serangga), mamalia, hingga reptilia. Fakta ini menunjukkan bahwa ekosistem di kawasan konservasi terus berkembang dan semakin sehat, menjadi habitat alami yang ideal.

“Biodiversitas bukan cuma soal alam yang indah, tapi juga menyangkut ketahanan pangan, sumber obat-obatan, hingga keseimbangan ekologis. Maka, tugas kita bersama adalah menjaganya,” tambah Aswan.

Bagi Mifa, konservasi ini lebih dari sekadar kewajiban lingkungan. Kawasan tersebut diharapkan dapat berkembang menjadi laboratorium hidup, tempat bagi pelajar, peneliti, dan masyarakat umum yang ingin mengenal lebih dekat ekosistem hutan tropis dan fauna khas Aceh.

“Kami ingin menjadikan kawasan ini sebagai ruang edukasi, tempat anak-anak dan generasi muda belajar langsung bagaimana mencintai dan menjaga alam,” tutup Aswan.

Dengan langkah ini, PT Mifa Bersaudara memberi pesan kuat: alam dan industri bisa tumbuh bersama, selama ada komitmen dan kesadaran untuk menjaga keseimbangan. Di tengah dunia yang terus berubah, kawasan konservasi Mifa menjadi bukti bahwa harapan untuk masa depan yang hijau masih tetap hidup di jantung tambang Aceh.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved